Garuda Rugi Rp2 Triliun Lebih, Tetty Paruntu Pertanyakan Efektivitas Direksi Baru

GalaPos ID, Jakarta.
Pergantian direksi Garuda Indonesia melalui RUPSLB pada 30 Juni 2025 menandai babak baru transformasi maskapai pelat merah itu. Namun di balik seremonial pembenahan manajemen, sejumlah indikator kinerja memperlihatkan persoalan yang jauh lebih serius.
Dua ekspatriat masuk jajaran direksi Garuda Indonesia di tengah tekanan likuiditas dan rencana suntikan modal jumbo. Apakah ini awal pembenahan serius atau sekadar tambal sulam manajemen BUMN?

Garuda Tertekan Kerugian Rp 2,33 T, DPR Minta Transformasi Transparan
Tetty Paruntu soroti arah baru Garuda Indonesia—direksi hasil RUPSLB 2025 dinilai harus buktikan efektivitas roadmap pemulihan dan restrukturisasi. Foto: istimewa


"Di balik pergantian direksi Garuda, data menunjukkan kerugian triliunan, armada yang tak siap terbang, serta tumpang tindih rute yang belum terselesaikan. Apakah publik sedang menyaksikan restrukturisasi jilid baru tanpa hasil konkret?"

Baca juga:

Gala Poin:
1. Kerugian besar dan armada serviceable rendah menekan rencana pemulihan Garuda.
2. DPR menyoroti tumpang tindih rute antar-maskapai dalam satu ekosistem yang menggerus pasar sendiri.
3. Transformasi dinilai berisiko menjadi “restrukturisasi berulang” jika tidak menyentuh akar persoalan operasional.


Anggota Komisi VI DPR RI, Christiany Eugenia Tetty Paruntu, menilai direksi baru memikul mandat strategis namun dengan beban struktural yang “belum pernah benar-benar diselesaikan” dalam restrukturisasi sebelumnya.

Pada semester I/2025, Garuda mencatat rugi bersih Rp 2,33 triliun. Pendapatan turun 4,47%, sementara harga avtur terus menekan biaya operasional. Sorotan berikutnya menyasar rendahnya kesiapan armada.

Dari 78 pesawat yang tercatat beroperasi, hanya 58 unit yang serviceable hingga November. Kondisi ini membuat kapasitas rute dan target pemulihan pendapatan berjalan dengan ruang gerak terbatas.

“Situasi ini menuntut kepemimpinan yang kuat, berani mengambil keputusan, dan mampu melakukan perubahan struktural. Direksi baru harus memastikan efisiensi dan memperbaiki fondasi operasional perusahaan,” kata Tetty, dalam keterangan yang diterima GalaPos ID, Selasa, 2 Desember 2025.

Persoalan Tumpang Tindih Rute: Masalah Lama yang Tak Dibongkar Tuntas
Di balik tekanan keuangan, DPR juga menyoroti masalah strategis yang selama ini ditengarai melemahkan daya saing Garuda: tumpang tindih rute dan persaingan internal antara Garuda, Citilink, dan Pelita Air.

Baca juga:
Bahaya Mi dan Pangsit Tawas, Pabrik Mie di Bogor Digrebek 


Dalam ekosistem maskapai yang sama, rute-rute tertentu saling berebut pasar, menciptakan internal cannibalization yang ironisnya justru menggerus pendapatan grup sendiri.

“Garuda perlu memastikan tidak ada lagi persaingan internal yang merugikan perusahaan sendiri. Integrasi dan penataan rute adalah kunci menciptakan ekosistem yang sehat dan berkelanjutan,” ujar Tetty.

Harmoni rute itu diminta menjadi agenda kerja 100 hari pertama direksi baru — indikator penting apakah transformasi benar-benar menyentuh akar persoalan atau berhenti pada pergantian orang semata.

Sorotan publik juga mengarah pada kemungkinan bahwa transformasi kali ini kembali terperosok ke pola lama: pergantian direksi, penataan rencana, namun eksekusi tidak menyelesaikan masalah struktural.

Dengan keuangan yang tertekan dan armada terbatas, Garuda harus menjawab apakah roadmap pemulihan telah realistis, atau kembali mengandalkan suntikan negara tanpa reformasi mendalam.

Armada Minim dan Rute Tumpang Tindih, Pemulihan Garuda Jadi Tanda Tanya
Transformasi Garuda memasuki babak baru: DPR minta manajemen pastikan transparansi, governance kuat, dan hasil nyata bagi keberlanjutan perusahaan. Foto: Garuda Indonesia

 

Diketahui, RUPSLB Garuda Indonesia pada 15 Oktober 2025 membawa perubahan besar: pergantian direktur utama, masuknya dua ekspatriat kelas dunia, serta perombakan manajemen makro.

Namun di balik gebrakan itu, publik dan DPR menuntut transparansi atas efektivitas transformasi yang telah berkali-kali dijanjikan sejak 2021.

Dua ekspatriat yang masuk jajaran direksi — Balagopal Kunduvara dan Neil Raymond Mills — membawa rekam jejak panjang di Singapore Airlines, Scandinavian Airlines, FlyDubai, hingga SpiceJet.

Baca juga:
Banjir Padang, Kerusakan Infrastruktur Capai Rp202 M 


Langkah ini sejalan dengan pernyataan Presiden Prabowo Subianto. Prabowo meminta agar Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) bisa mencari talenta terbaik termasuk berasal dari luar negeri.

Hal ini diungkapkan Prabowo saat dialog bersama Chairman Forbes, Steve Forbes, di Jakarta, Rabu, 15 Oktober 2025.

"Saya sudah mengubah regulasinya, sekarang ekspatriat, non-Indonesia bisa memimpin BUMN kita. Jadi saya sangat bersemangat," kata Prabowo.




Baca juga:
Diet Lacto-Vegetarian: Antara Etika, Lingkungan, dan Kesehatan

"Tekanan keuangan Garuda Indonesia, beban operasional yang belum pulih, serta kritik DPR terhadap arah transformasi yang dianggap belum menyentuh akar persoalan."

#Garuda #Maskapai #Direksi #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia

Lebih baru Lebih lama

Nasional

نموذج الاتصال