Diet Lacto-Vegetarian: Antara Etika, Lingkungan, dan Kesehatan

GalaPos ID, Lampung.
Gaya hidup berbasis tanaman terus menguat, dan di tengah beragam pola makan vegetarian, 'diet lacto-vegetarian' menjadi salah satu yang paling banyak diadopsi. Pola makan ini tidak sepenuhnya meninggalkan produk hewani, tetapi hanya memperbolehkan konsumsi susu dan olahannya.

Diet Lacto-Vegetarian: Manfaat, Risiko, dan Aturan yang Harus Anda Tahu
Foto ilustrasi komunitas perempuan yang tengah menyukai diet lacto-vegetarian



"Di tengah tren hidup sehat yang semakin populer, diet lacto-vegetarian muncul sebagai pilihan yang dipuji sekaligus dipertanyakan. Benarkah pola makan tanpa daging namun tetap mengonsumsi susu ini benar-benar lebih sehat?" 
Baca juga: 
Gala Poin: 
1. Diet lacto-vegetarian memperbolehkan produk susu tetapi melarang daging, telur, dan ikan. 
2. Manfaat kesehatan mencakup penurunan kolesterol, pengendalian gula darah, serta potensi penurunan risiko kanikan 
3. Risiko kekurangan nutrisi dapat terjadi bila diet tidak direncanakan dengan baik.


Selama ini, masyarakat kerap menganggap diet vegetarian sebagai pola makan yang hanya memasukkan sayur dan buah.

Untuk memenuhi kebutuhan protein, pelaku diet biasanya mengandalkan kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati.

Namun, diet lacto-vegetarian menawarkan pendekatan berbeda. Buah dan sayur tetap menjadi fondasi utama, tetapi susu, yoghurt, dan keju masih diperkenankan sebagai sumber protein hewani.


Konsumsi telur, daging, ikan, hingga olahan hewani lain tidak diperbolehkan. Keputusan untuk menjalani pola makan ini biasanya dipicu beberapa alasan.

Sebagian memilihnya karena pertimbangan etika dan lingkungan, sementara lainnya melakukannya demi kesehatan, misalnya menghindari daging merah.

Manfaat Kesehatan yang Mulai Diakui
Berbagai penelitian menyebut diet lacto-vegetarian dapat meningkatkan kesehatan jantung. Pola makan ini membantu menjaga tekanan darah tetap stabil sekaligus menurunkan kolesterol LDL.

Manfaat lain juga terlihat pada pengendalian gula darah. Studi terhadap 156.000 partisipan menunjukkan bahwa pelaku diet ini memiliki risiko diabetes tipe 2 lebih rendah hingga 33 persen dibandingkan yang tidak menjalaninya.

Diet Lacto-Vegetarian Kian Diminati: Di Antara Etika, Lingkungan, dan Gaya Hidup Sehat



Tak hanya itu, penurunan BMI hingga penurunan risiko kanker colorectal dan payudara turut tercatat dalam sejumlah penelitian. Secara umum, risiko kanker bisa menurun 10–12 persen bila dilakukan dengan benar.

Risiko Kekurangan Nutrisi Masih Mengintai
Di balik manfaatnya, pelaku diet perlu waspada terhadap defisiensi nutrisi, terutama zat besi, vitamin B12, dan omega-3. Kekurangan ini dapat memicu anemia, gangguan pertumbuhan pada anak, hingga perubahan suasana hati.

Efek samping tersebut masih dapat diatasi dengan suplemen dan perencanaan diet yang tepat.


Apa Saja yang Boleh dan Tidak Boleh Dimakan?
Pola makan lacto-vegetarian memperbolehkan konsumsi buah, sayur, kacang-kacangan, biji-bijian, serta olahan susu. Di sisi lain, semua jenis daging, telur, seafood, hingga gelatin dilarang.

Bagi pelaku diet, mengombinasikan berbagai bahan nabati dan olahan susu sangat penting agar asupan nutrisi tetap terpenuhi sekaligus tetap menciptakan pengalaman makan yang menyenangkan.


Baca juga: 
Minuman Manis dan Ancaman Kesehatan Publik

 

"Diet lacto-vegetarian semakin populer karena dianggap menyehatkan sekaligus ramah lingkungan. Artikel ini mengulas manfaat, risiko, dan aturan konsumsi diet lacto-vegetarian secara kritis sebagai panduan pembaca sebelum menjalani pola makan berbasis tanaman ini."

#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #Diet #LactoVegetarian #Perempuan
Lebih baru Lebih lama

Nasional

نموذج الاتصال