GalaPos ID, Jakarta.
Di tengah angka partisipasi kerja penyandang disabilitas yang masih stagnan di bawah 2% di sektor formal, Bank DBS Indonesia bersama Koneksi Inklusif Indonesia (KONEKIN) kembali meluncurkan program pelatihan inklusif bertajuk DBS BERSIAP Volume 2.
Program ini menyasar 50 mahasiswa disabilitas dari berbagai latar belakang pendidikan, dengan pelatihan intensif selama 1,5 bulan secara daring dari Agustus hingga September 2025.
“Meski Undang-Undang telah mewajibkan kuota pekerja disabilitas di perusahaan, kenyataannya baru segelintir yang terserap. Di tengah minimnya keterlibatan dan lambannya implementasi, program DBS BERSIAP hadir sebagai perlawanan terhadap ketimpangan lama: diskriminasi diam-diam di balik meja rekrutmen.”
Baca juga:
- Scammer Terungkap! Modus Baru Pengiriman dari Manado ke Kamboja
- Ferry Juliantono Menteri Koperasi, Anggota DPR: Paket Lengkap
- Bukan Asam Urat Biasa, Kenali Tanda Rematik
Gala Poin:
1. Ketimpangan nyata antara regulasi dan realisasi. Meski ada UU yang mengatur kuota pekerja disabilitas, realisasi masih jauh dari target dengan partisipasi sektor formal hanya 1,1%.
2. Potensi SDM penyandang disabilitas terabaikan. Sebanyak 1,5 juta penyandang disabilitas sudah menyelesaikan pendidikan menengah dan tinggi, namun tidak terserap secara proporsional di dunia kerja formal.
3. Program DBS BERSIAP sebagai solusi jangka pendek. Program ini penting sebagai inisiatif inklusi, namun perlu didorong dengan advokasi kebijakan dan komitmen sistemik agar tidak hanya bersifat simbolik.
Mengulang kolaborasi yang dianggap sukses di tahun sebelumnya, program ini ditujukan untuk memperkuat kesiapan penyandang disabilitas memasuki dunia kerja—khususnya sektor perbankan yang dikenal kompetitif dan kaku dalam menerima keberagaman.
Mona Monika, Head of Group Strategic Marketing and Communications Bank DBS Indonesia, menegaskan komitmen mereka dalam program tersebut.
“DBS Foundation melalui program DBS BERSIAP berkomitmen untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan bersama KONEKIN untuk membantu teman-teman yang memiliki disabilitas untuk memiliki masa depan yang lebih baik. Kami berharap semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk terserap di dunia kerja," sebut Mona, dalam siaran pers yang diterima, Selasa, 9 September 2025.
Baca juga:
Dari Kopi ke Cireng, Kisah Hidup Nandi Juliawan
Sayangnya, hanya 45% yang bekerja, dan mayoritas di sektor non-formal (83%). Yang terserap di sektor formal? Hanya sekitar 1,1%, jauh dari mandat UU No. 8 Tahun 2016 yang mengamanatkan kuota minimal 1% untuk swasta dan 2% untuk BUMN.
Lebih ironis lagi, lebih dari 1,5 juta penyandang disabilitas usia kerja telah menyelesaikan pendidikan menengah, diploma, hingga perguruan tinggi. Potensi besar ini justru seperti dibiarkan mengendap tanpa arah.
CEO dan Founder KONEKIN, Marthella Sirait, mengakui pentingnya pelatihan ini sebagai jembatan awal:
"Tim DBS dan KONEKIN ingin memberikan yang terbaik dan lebih baik lagi dari DBS BERSIAP tahun lalu, harapannya sesuai dengan kebutuhan teman-teman disabilitas dan mempersiapkan teman-teman untuk masuk ke dunia kerja."
Tapi pertanyaannya tetap menggantung: apakah dunia kerja sungguh-sungguh siap menerima lulusan program seperti ini?
Ataukah ini hanya akan menjadi program seremonial tahunan, tanpa daya dorong sistemik yang berkelanjutan?
Menurut Kementerian Ketenagakerjaan (2024), mayoritas pekerja disabilitas saat ini masih didominasi oleh kategori fisik (52%) dan sensorik (45%), meninggalkan kelompok disabilitas intelektual, mental, dan ganda yang nyaris tak terwakili.
Baca juga:
Cara Mudah Buat URL Pendek via Share.google.com untuk Pemula
Jika tren ini terus dibiarkan, maka program-program seperti DBS BERSIAP bisa saja berujung pada ilusi kemajuan—menyejukkan di permukaan, tapi menyisakan diskriminasi struktural yang belum dibongkar hingga ke akarnya.
Pelatihan dan mentoring tentu penting. Namun tanpa reformasi kebijakan ketenagakerjaan yang lebih inklusif dan sanksi nyata bagi perusahaan yang mengabaikan kuota disabilitas, inisiatif seperti ini rentan menjadi tambal sulam atas sistem yang sudah bocor sejak lama.
Baca juga:
Encuy dan Panggilan Mendesak Kesadaran Kesehatan Mental
“Program pelatihan inklusif DBS BERSIAP kembali digelar, menyasar mahasiswa disabilitas untuk menyiapkan mereka ke sektor kerja formal. Namun, di balik optimisme ini, persoalan sistemik belum tuntas. Benarkah dunia kerja sudah siap menyambut tenaga disabilitas?”
#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #Disabilitas #InklusiTanpaPengecualian #AksesKerja