GalaPos ID, Aceh.
Bencana hidrometeorologi yang melanda Aceh kembali mengungkap betapa rapuhnya kesiapan pemerintah daerah menghadapi cuaca ekstrem. BNPB mencatat 35 korban meninggal, 25 orang hilang, dan 8 luka-luka di berbagai kabupaten/kota.
![]() |
| Brigif TP 90/YGD dan Yonif TP 854 memperkuat penanganan darurat di Desa Pameu, membawa perahu karet, alat berat, hingga posko kesehatan demi keselamatan warga. Foto: istimewa. |
"Aceh mencatat 35 korban meninggal akibat banjir dan longsor. Namun bukan hanya angka yang mencengangkan — ketidaksiapan daerah kembali disorot setelah ribuan warga harus mengungsi tanpa dukungan mitigasi yang memadai."
Baca juga:
- Korban Tewas Bencana Sumut Naik Jadi 116, Puluhan Masih Hilang
- Jalan Vital Tarutung–Sibolga Ditargetkan Pulih dalam Dua Hari
- GBK Bergemuruh, Persija Kokoh di Papan Atas Super League 2025/26
Gala Poin:
1. Aceh mencatat 35 korban meninggal, 25 hilang, dan hampir 5.000 keluarga mengungsi.
2. Infrastruktur runtuh di banyak wilayah, menghambat penanganan dan distribusi logistik.
3. Respons darurat besar, tetapi mitigasi daerah kembali dipertanyakan karena pola bencana berulang.
“Ini akan berkembang terus datanya. Dan sementara yang terdata ada 35 jiwa yang meninggal dunia,” ujar Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Jumat, 28 November 2025.
Selain korban jiwa, sebanyak 4.846 keluarga terpaksa mengungsi di 20 kabupaten/kota, termasuk 96 titik pengungsian di Lhokseumawe.
Infrastruktur lumpuh, dan kerusakan terjadi di berbagai jalur utama. Jalur nasional Sumut–Aceh terputus akibat longsor, sedangkan kerusakan jembatan Meureudu memutus konektivitas Banda Aceh–Lhokseumawe–Aceh Timur–Langsa–Aceh Tamiang.
Beberapa daerah bahkan tidak dapat diakses melalui jalur darat, seperti Gayo Lues, Aceh Tengah, dan Bener Meriah. Kondisi ini membuat penanganan darurat terhambat dan memperburuk situasi warga.
Untuk menjaga kelancaran komunikasi darurat, perangkat Starlink dipasang di sejumlah titik, termasuk Gayo Lues dan Aceh Tengah.
Baca juga:
Evakuasi Berubah Tragedi, Prajurit TNI Tertimbun Longsor dan Dua Hilang
Pemerintah pusat mengerahkan personel BNPB, tiga pesawat Hercules, serta logistik berupa beras, minyak, mie instan, tenda, genset, hingga perangkat komunikasi.
TNI melalui Kodam Iskandar Muda juga mengerahkan ratusan prajurit.
“TNI hadir untuk rakyat. Kami akan terus berada di garis depan membantu pemerintah daerah dan masyarakat. Semoga upaya ini mempercepat pemulihan dan mengurangi risiko bagi warga,” kata Pangdam IM, Mayjen TNI Joko Hadi Susilo, dalam keterangan, Jumat, 28 November 2025.
Komandan Brigif TP 90/YGD, Kolonel Inf Hulisda Melala, menambahkan: “Kehadiran kami di sini untuk memastikan keselamatan warga. Setiap prajurit bekerja dengan penuh tanggung jawab.”
Meski respons darurat terlihat masif, kenyataannya masyarakat kembali harus menghadapi bencana tanpa mitigasi memadai. Banjir dan longsor di 16 kabupaten/kota menunjukkan bahwa ancaman sudah diprediksi, tetapi persiapan tidak optimal.
Warga harus bergantung pada bantuan instan karena tidak adanya sistem pengurangan risiko yang kuat, mulai dari edukasi publik, pemeliharaan daerah aliran sungai, penataan pemukiman rawan, hingga prosedur peringatan dini.
Ketika curah hujan ekstrem tiba, kerentanan masyarakat kembali terekspos — bukan sebagai kejadian baru, tetapi sebagai pola lama yang terus berulang.
Baca juga:#BencanaAceh #Hidrometeorologi #KesiapsiagaanBencana #InvestigasiAceh #KrisisIklim #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia
Ratusan Warga Pidie Jaya Dievakuasi, Mitigasi Dipertanyakan
"Situasi bencana Aceh: data korban, kerusakan infrastruktur, ribuan pengungsi, penanganan TNI dan BNPB, serta kritik terhadap lemahnya kesiapsiagaan daerah meski ancaman hidrometeorologi telah diprediksi."
.jpeg)
.jpeg)