GalaPos ID, Trenggalek.
Transformasi Ambiqu Kulineri dari UMKM pengolah ikan menjadi IKM Hijau menjadi sorotan karena dianggap berhasil mengubah limbah menjadi peluang ekonomi.
Namun, di balik capaian tersebut, muncul pertanyaan mengenai sejauh mana pelaku usaha dapat mempertahankan inovasi tanpa ketergantungan pada program pemerintah.
"Ambiqu Kulineri menjadi sorotan sebagai UMKM yang mampu keluar dari masalah limbah. Namun, apakah inovasi ini mampu bertahan tanpa intervensi pemerintah?"
Baca juga:
- Ambiqu Kulineri Naik Kelas, Limbah Ikan Jadi Produk Bernilai
- Tradisi Nyunggi Susu 2025 dan Upaya Menaikkan Kesejahteraan Peternak
- Obat atau Jamu, Ampuh Atasi Pegal Linu?
Gala Poin:
1. Ambiqu berhasil memanfaatkan limbah ikan menjadi produk bernilai tambah.
2. Pendampingan pemerintah menjadi faktor utama keberhasilan, namun tantangan kemandirian masih mengemuka.
3. UMKM diharapkan mencontoh inovasi Ambiqu sebagai langkah menuju ekonomi hijau.
Ambiqu Kulineri selama ini dikenal dengan slogan “Cara Keren Makan Ikan”. Kini, unit usaha tersebut berhasil menciptakan produk baru dari limbah tulang dan kulit ikan sebagai pakan ternak.
Perubahan model produksi tersebut disebut sebagai buah dari pendampingan intensif Kementerian Perindustrian melalui BSPJI Surabaya.
Novita Hardini, Anggota DPR RI Dapil VII Jawa Timur, menjadi tokoh pendorong transformasi ini.
“Alhamdulillah hari ini kita menyaksikan bagaimana Ambiqu bukan hanya naik kelas menjadi IKM, tetapi sudah menjadi IKM hijau. Limbah yang dulu dibuang kini bernilai ekonomis dan punya pasar,” ujarnya saat kunjungan lapangan, Senin, 17 November 2025.
Baca juga:
Tips Bangun Pagi dan Olahraga Tanpa Drama
Ia menekankan pentingnya visi jangka panjang.
“Kita harus memikirkan keberlanjutan 20 hingga 50 tahun ke depan. Jika industri kecil kita ingin bertahan, maka transformasi ramah lingkungan harus dimulai sekarang,” tegasnya.
Dukungan pemerintah menjadi elemen penting. Alat pengolah limbah yang diterima Ambiqu berasal dari program aspirasi dan pendampingan berkelanjutan. Namun, di tengah apresiasi, muncul tantangan baru: bagaimana UMKM dapat mandiri secara teknologi dan keuangan tanpa terus mengandalkan bantuan negara.
Kepala BSPJI Surabaya, Ransi Pasae, memuji kapasitas belajar Ambiqu. “Inovasinya luar biasa. Tidak banyak IKM yang mau belajar dari riset dan jurnal. Ambiqu justru aktif terus mengembangkan diri,” katanya.
Pendiri Ambiqu Kulineri, Sri Utami Dewi, mengakui perjalanan usahanya tidak mudah sejak 2017.
“Dulu limbah ikan ini jadi masalah. Setelah bertemu Bunda Novita dan BSPJI, kami belajar bagaimana mengolahnya agar bernilai tambah. Ini membantu keberlanjutan usaha kami,” ujarnya.
Sri Utami menegaskan pentingnya adaptasi.
“Pasar berubah terus, jadi pelaku usaha harus ikut berkembang. Dan yang paling penting adalah strategi marketing termasuk marketing langit,” tambahnya.
Ke depan, kemampuan Ambiqu mempertahankan inovasi menjadi penentu apakah model IKM Hijau ini dapat dicontoh UMKM lain secara berkelanjutan tanpa ketergantungan besar pada intervensi pemerintah.
Baca juga:
Laporan Lengkap Kecelakaan BYD Atto di Tanjung Priok Terungkap
"Artikel ini membahas perjalanan Ambiqu Kulineri dari UMKM rumahan menjadi IKM Hijau, termasuk peran Novita Hardini, pendampingan Kemenperin, dan tantangan masa depan untuk menjaga kemandirian usaha."
#EkonomiHijau #IKM #Trenggalek #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia
.jpeg)
.jpeg)