GalaPos ID, Surabaya.
Pondok Pesantren Maftahul Uluum Jatinom, Blitar, resmi merampungkan verifikasi daring sebagai calon penerima Anugerah Eco Pesantren 2025 yang digelar Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Timur. Verifikasi ini menjadi tahap penting karena ponpes tersebut merupakan satu-satunya wakil Blitar yang masuk proses penilaian tingkat provinsi.
"Apakah ponpes mampu menjadi pusat pendidikan lingkungan hidup, atau sekadar kandidat penghargaan? Verifikasi Eco Pesantren di Blitar membuka pertanyaan besar itu."
Baca juga:
- Ambiqu Kulineri Naik Kelas, Limbah Ikan Jadi Produk Bernilai
- Tradisi Nyunggi Susu 2025 dan Upaya Menaikkan Kesejahteraan Peternak
- Obat atau Jamu, Ampuh Atasi Pegal Linu?
Gala Poin:
1. Jatinom Blitar menjalani verifikasi Eco Pesantren dengan penilaian berbagai aspek lingkungan.
2. DLH Jatim menilai ponpes memiliki praktik pengelolaan limbah dan budidaya yang baik.
3. Tantangan utama tetap pada keberlanjutan praktik, bukan sekadar mengejar penghargaan.
Dalam verifikasi tersebut, tim DLH Jatim yang dipimpin Mita Triani, SS, MM, mendalami sejumlah aspek—mulai dari manajemen kebersihan, pengelolaan sampah, ruang terbuka hijau, sanitasi, hingga praktik budidaya anggur dan domba yang memanfaatkan kompos serta kotoran hewan.
Pendalaman ini menjadi indikator utama apakah pesantren benar-benar siap menerapkan prinsip lingkungan secara berkelanjutan.
“Ini sangat bagus sekali, pengelolaan limbah, ruang terbuka hijau dan ada budidaya anggur yang menggunakan pupuk dari kotoran domba,” tegas Mita, yang mengaku terkesan dengan kegiatan pesantren.
Baca juga:
Tips Bangun Pagi dan Olahraga Tanpa Drama
Pihak pesantren diwakili langsung oleh Ahmad Khubby Ali Rohmad, atau Gus Bobby, yang menegaskan bahwa praktik lingkungan adalah bagian dari nilai dasar pendidikan pesantren.
“Prinsip kebersihan, keseimbangan alam, hemat energi dan pengelolaan manajemen pengelolaan sampah adalah nilai-nilai islami yang harus dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Gus Bobby, dalam keterangan yang diterima GalaPos ID, Senin, 17 November 2025.
Meski demikian, penghargaan bukan tujuan utama. Gus Bobby menyebut edukasi santri harus tetap menjadi fokus.
“Tentu harapannya bukan sekedar penghargaan, tapi nilai edukasi ini harus terus menjadi semangat dalam menciptakan ekosistem yang sehat dan berkelanjutan,” ujarnya.
Pondok Maftahul Uluum yang berdiri sejak 1868 ini dikenal sebagai pesantren tua di Blitar. Selain pendidikan MTs dan MA berbasis salafiyyah, pesantren juga mengembangkan berbagai program konservasi lingkungan dan life skill, termasuk budidaya anggur dan domba.
Tercatat, terdapat 190 varian anggur dari 20 negara, serta 4 varian lokal yang sedang diuji kelayakan oleh Kementerian Pertanian RI untuk bisa dipasarkan resmi.
Namun, di balik apresiasi terhadap program lingkungan ini, muncul pertanyaan: seberapa jauh pesantren mampu menjaga konsistensi praktik ekologis tanpa bergantung pada momentum penghargaan?
Implementasi jangka panjang menjadi tantangan besar bagi lembaga pendidikan berbasis komunitas.
Baca juga:
Laporan Lengkap Kecelakaan BYD Atto di Tanjung Priok Terungkap
"Pondok Pesantren Maftahul Uluum Jatinom menjalani verifikasi Eco Pesantren 2025. Artikel ini mengulas proses, penilaian, praktik lingkungan, serta catatan kritis mengenai tantangan implementasi dan keberlanjutan."
#EcoPesantren #PesantrenHijau #Lingkungan #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia
.jpg)
.jpg)