Nuklir Iran dan Diplomasi yang Diputus di Ujung Senjata

GalaPos ID, Iran.
Serangan udara skala besar Israel terhadap Iran pada 13 Juni 2025 tidak hanya menewaskan komandan senior dan ilmuwan nuklir, tetapi juga secara drastis mengubah kalkulasi keamanan global dengan menargetkan jantung program nuklir kontroversial Iran.
Konteks internasional memanas: klaim kesiapan ini muncul pasca serangan Israel yang menghancurkan fasilitas nuklir kunci Iran dan tekanan diplomatik AS yang gagal.

Dampak Serangan Nuklir: Rantai Pasok Iran Putus, Tapi Ancaman Belum Berakhir
Mayjen. Amir Hatami, Panglima Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran, meninjau satuan-satuan Angkatan Darat di kawasan perbatasan timur laut. Foto: parstoday

"Serangan Israel tidak hanya merusak fasilitas nuklir Iran, tetapi juga memutus proses diplomasi yang diklaim hampir berhasil. Seberapa besar kemajuan program nuklir Iran benar-benar terhambat?"

Baca juga:

Gala Poin:
1. Serangan Israel pada Juni 2025 menyebabkan kerusakan signifikan pada fasilitas nuklir Natanz dan Isfahan, memutus rantai pasok nuklir Iran, meski situs bawah tanah Fordow dilaporkan selamat.
2. Serangan ini memutus proses negosiasi nuklir rahasia AS-Iran yang telah berlangsung selama dua bulan, di mana kedua pihak diklaim hampir mencapai kesepakatan.
3. Amerika Serikat, yang awalnya membantah terlibat, akhirnya diakui oleh Presiden Donald Trump sebagai pihak yang "bertanggung jawab penuh" atas serangan awal Israel tersebut.


Misi dengan tujuan tinggi dan risiko yang lebih besar itu, menurut analisis intelijen, berhasil mengganggu "rantai pasok" kompleks yang diperlukan Iran untuk menciptakan senjata nuklir.

Satelit dan penilaian pakar mengungkap gambaran dampak yang berbeda di setiap lokasi. Dikutip dari parstoday, Jumat, 21 November 2025, Natanz, serangan menghancurkan bagian atas tanah Pilot Fuel Enrichment Plant dan yang lebih krusial, menghancurkan infrastruktur listrik, termasuk pasokan utama dan generator cadangan.

"Ini adalah serangan spektrum penuh," ujar seorang sumber yang familiar dengan penilaian tersebut.

Pemadaman listrik ke ruang hall bawah tanah tempat centrifuges memutar uranium ini berpotensi menyebabkan kerusakan "tidak dapat pulih" pada mesin-mesin super sensitif tersebut.

Sementara di Isfahan, empat bangunan kritis dilaporkan rusak, meski Tehran membantah dan menyatakan kerusakan terbatas.

Baca juga:
Mahasiswa Universitas Pertamina Jadi Korban Pencurian di Kopi Kenangan 


Nasib berbeda dialami Fordow, fasilitas pengayaan yang dibenamkan jauh dalam gunung. Situs yang dianggap paling kebal ini nyaris tidak terdampak, berkat pertahanan udara Iran yang berhasil menembak jatuh drone Israel di sekitarnya.

Keberhasilan melindungi Fordow menjadi penentu, mengingat fasilitas itu pernah menjadi tempat ditemukannya uranium yang diperkaya hingga 83.7% - hampir menyentuh tingkat senjata.

Ironisnya, serangan ini datang di saat negosiasi rahasia AS-Iran yang dimediasi Oman dikabarkan hampir mencapai titik terang.

"Kami berencana untuk mengadakan putaran keenam pembahasan nuklir ini di Muscat, dan kami sebenarnya hampir mencapai kesepakatan," ujar Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, kepada BBC.

Proses yang telah berjalan sejak April 2025 itu disebut "disabotase" oleh serangan Israel tersebut, yang memaksa Iran keluar dari meja perundingan.

Peta Kerusakan Situs Nuklir Iran: Listrik Padam, Centrifuge Rusak, Tapi Uranium Masih Ada
Foto: parstoday.

 

Eskalasi ini kemudian meluas ketika Amerika Serikat secara resmi terlibat. Militer AS disebutkan melancarkan serangan sendiri terhadap situs nuklir Natanz, Fordow, dan Isfahan pada 22 Juni.

Keterlibatan yang awalnya dibantah oleh pejabat AS ini akhirnya diakui sendiri oleh Presiden Donald Trump. "Israel menyerang terlebih dahulu.

Serangan itu sangat, sangat kuat. Saya bertanggung jawab penuh atas hal itu," ujar Trump pada November 2025, seperti dikutip oleh media Iran.

Pengakuan Trump ini memicu kecaman keras Jubir Kemenlu Iran, Esmaeil Baghaei, yang menyerukan Washington untuk bertanggung jawab atas "pelanggaran terang-terangan dan kejahatan keji ini".

Baca juga:
Tips Menjaga Sayuran Tetap Segar 


Gelombang serangan dan konflik selama 12 hari itu akhirnya diakhiri dengan gencatan senjata pada 24 Juni, meninggalkan lanskap geopolitik Timur Tengah yang telah berubah selamanya dan program nuklir Iran yang, meski terpukul, belum sepenuhnya lumpuh.

Diketahui, pimpinan Organisasi Basij Mustaz'afin, Brigadir Jenderal Gholamreza Soleimani, menyatakan kesiapan penuh kekuatannya untuk "pertahanan menyeluruh" di seluruh negeri, mengacu pada amanat pendiri Republik Islam, Ayatollah Khomeini, dan Pemimpin Tertinggi saat ini, Ayatollah Khamenei.

Pernyataan ini muncul dalam konteks tensi regional yang masih tinggi pasca serangan besar-besaran Israel terhadap fasilitas nuklir Iran pada Juni 2025 lalu



Baca juga:
Detik-Detik Sirine Semeru: Warga Lari Selamatkan Diri, Desa Rata Tanah

"Dampak sesungguhnya dari serangan Israel terhadap program nuklir Iran, kegagalan negosiasi nuklir AS-Iran, dan eskalasi yang mengubah peta kekuatan di Timur Tengah."
#Nuklir #Iran #SeranganIsrael #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia

Lebih baru Lebih lama

Nasional

نموذج الاتصال