GalaPos ID, Cilegon.
Peresmian PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) oleh Presiden RI pada 10 November lalu dinilai sebagai momentum besar bagi industri petrokimia nasional. Namun bagi Anggota Komisi VII DPR RI, Ilham Permana, proyek ini tidak boleh dipandang sebelah mata.
Ia mengingatkan adanya risiko ketergantungan impor bahan baku dan volatilitas harga global.
![]() |
| Anggota Komisi VII DPR RI Ilham Permana menilai Lotte Chemical Indonesia sebagai pilar strategis bagi kemandirian industri petrokimia nasional. Foto: istimewa |
"Di tengah ketergantungan impor petrokimia lebih dari 50 persen, peresmian Lotte Chemical Indonesia (LCI) memantik pertanyaan mendasar: benarkah proyek ini akan menjadi “game changer” atau hanya jargon industri yang belum tentu menjawab persoalan struktural Indonesia?"
Baca juga:
- Momen Duka Hari Kesembilan, Balita Longsor Majenang Ditemukan
- Pijat Bayi: Antara Tradisi, Sains, dan Peran Kritis Orang Tua
- Kesiapan Militer dan Diplomasi Nuklir Iran di Tengah Tekanan Internasional
Gala Poin:
1. DPR RI mengapresiasi peresmian LCI sebagai potensi pengubah peta industri petrokimia Indonesia.
2. Legislator menyoroti risiko ketergantungan impor bahan baku, terutama nafta dan LPG.
3. Pertanyaan kritis muncul terkait kemampuan LCI menjaga daya saing di tengah volatilitas harga global.
Ia menilai LCI memang bisa menjadi titik balik, tetapi hanya jika pemerintah dan industri mampu menjawab persoalan paling mendasar: ketergantungan impor bahan baku dan daya saing biaya produksi.
“Di tengah kenyataan bahwa kebutuhan petrokimia nasional kita masih 50 persen importasi, kehadiran Lotte Chemical Indonesia ini menjadi ‘game changer’,” ujar Ilham pada kunjungan kerja di Cilegon, Jumat, 21 November 2025.
Ia menambahkan, “Ya game changer bagi kemandirian industri nasional kita, oleh karenanya kami apresiasi itu.”
Namun apresiasi itu tidak datang tanpa catatan. Ilham mengkritisi langsung isu strategis yang kerap dilewatkan dalam narasi besar industrialisasi: konsistensi daya saing produk di tengah volatilitas harga global.
Baca juga:
Telur Mentah vs Telur Matang, Mana Lebih Baik untuk Tubuh?
“Bagaimana memastikan bahwa produk yang bapak hasilkan berupa profilena dan etilena ini tetap kompetitif di tengah volatilitas harga global,” tanyanya.
Ilham menekankan bahwa nafta dan LPG yang dibutuhkan sebagai bahan baku masih diimpor, sehingga harga resin serta turunan bisa sewaktu-waktu melonjak.
“Nafta dan elpiji bapak butuhkan sebagai raw material itu masih impor,” pungkasnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengingatkan target produksi yang dipaparkan LCI, yakni 1.000 KTA propilena dan 520 KTA etilena.
Target ini, menurutnya, harus diikuti jaminan keberlanjutan pasokan bahan baku dan strategi biaya yang efektif.
![]() |
| Komisi VII DPR RI menilai proyek Lotte Chemical Indonesia bernilai strategis bagi kemandirian industri nasional. Foto: istimewa |
Kunjungan Komisi VII ini diklaim bukan seremonial belaka. Ilham menegaskan bahwa DPR ingin memastikan bahwa proyek ini benar-benar menopang kemandirian industri, bukan justru menjerat Indonesia pada kerentanan baru dalam rantai pasok global.
Diketahui, proyek PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) kembali menjadi sorotan dalam kunjungan kerja Komisi VII DPR RI pada Jumat (21/11). Legislator memandang proyek bernilai USD 3,9 miliar ini sebagai infrastruktur industri yang harus dijaga ketat, terutama karena Indonesia masih mengimpor lebih dari 50 persen kebutuhan petrokimia.
Baca juga:
Dua Wajah Pasar Kripto, Fear & Greed Index 15 vs Proyeksi Brandt USD 150.000
"Anggota Komisi VII DPR RI Ilham Permana menilai Lotte Chemical Indonesia sebagai pilar strategis bagi kemandirian industri petrokimia nasional. Namun ia mengingatkan adanya risiko ketergantungan impor bahan baku dan volatilitas harga global."
#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #IndustriPetrokimia #LCI #KomisiVII

