GalaPos ID, Jakarta.
Menurut Cryptopolitan, kasus biaya transaksi yang tidak disengaja bukan hal baru di dunia kripto. Pada tahun 2023, seorang pengguna dilaporkan membayar 83,65 BTC atau sekitar Rp139 miliar karena kesalahan input yang sama.
Insiden tersebut masih tercatat sebagai salah satu biaya transaksi terbesar sepanjang sejarah Bitcoin.
"Jika kehilangan Rp1,7 miliar karena salah input transaksi terdengar mengejutkan, maka kisah ini jauh lebih ekstrem. Dalam sejarah kripto, ada pengguna yang kehilangan hingga Rp139 miliar hanya karena kelalaian kecil dalam mengatur biaya transaksi. Dunia blockchain memang menjanjikan kebebasan finansial, tapi juga risiko yang tidak main-main."
Baca juga:
- DPR Pertanyakan Aqua, Air Gunung atau Air Tanah?
- Novita Hardini: Audit Lingkungan terhadap Perusahaan Air Minum Kemasan
- Dari Durian hingga Kopi, Empat Lawang Tunjukkan Potensi Agro
Gala Poin:
1. Kasus biaya transaksi salah input di Bitcoin pernah mencapai Rp139 miliar.
2. Kesalahan juga terjadi di jaringan Ethereum dengan nilai $24 juta.
3. Pengguna disarankan mengaktifkan estimasi biaya otomatis dan memahami mekanisme transaksi.
Tak hanya di Bitcoin, jaringan Ethereum (ETH) juga pernah mengalami kasus serupa. Pada tahun 2021, sebuah transaksi tercatat mengeluarkan biaya sebesar $24 juta karena kesalahan input.
Dalam beberapa kasus, penambang yang menerima biaya tersebut memilih untuk mengembalikannya, namun prosesnya sangat rumit dan membutuhkan bukti kepemilikan private key yang sah.
“Banyak pengguna tidak memahami bagaimana sistem biaya di blockchain bekerja. Kesalahan di kolom ‘output’ atau ‘change’ bisa membuat dana sisa justru terkirim ke penambang,” jelas seorang analis keamanan blockchain yang dikutip dalam laporan tersebut.
Untuk mencegah kerugian seperti ini, para ahli menyarankan agar pengguna mengaktifkan estimasi biaya otomatis pada dompet kripto mereka.
Baca juga:
Brantas Tercemar Berat, ECOTON: Butuh Aksi Nyata Bukan Janji
Fitur ini memungkinkan sistem menghitung biaya ideal berdasarkan kondisi jaringan secara real-time, sehingga mengurangi risiko human error.
Selain itu, pengguna disarankan untuk tidak melakukan pengaturan manual tanpa pemahaman mendalam tentang struktur transaksi di blockchain.
Dengan meningkatnya adopsi kripto di seluruh dunia, kasus seperti ini menjadi pengingat keras bahwa teknologi canggih tetap membutuhkan literasi keuangan digital dan kehati-hatian tinggi dari penggunanya.
Sebelumnya, seorang pengguna Bitcoin (BTC) dilaporkan melakukan kesalahan fatal saat mengirim dana pada Senin, 11 November 2025. Menurut laporan Cryptopolitan, pengguna tersebut secara tidak sengaja menetapkan biaya transaksi sebesar 0,99 BTC—setara dengan Rp1.749.000.000—untuk mentransfer hanya Rp166.690.
Kesalahan itu terjadi karena pengguna tidak menggunakan fitur estimasi otomatis yang biasanya tersedia di dompet kripto modern.
Disclaimer:
Konten ini disajikan untuk tujuan informasi dan
edukasi. GalaPos ID menyusun materi dari berbagai sumber terpercaya,
tanpa pengaruh pihak luar. Perlu diingat, performa aset di masa lalu
tidak menjamin hasil di masa depan. Investasi kripto bersifat fluktuatif
dan berisiko tinggi. Selalu lakukan riset sendiri dan gunakan dana yang
siap untuk risiko (uang dingin). Segala keputusan investasi sepenuhnya
menjadi tanggung jawab pembaca. Investasi cerdas dimulai dari
pengetahuan yang cukup.
Baca juga:
Intimidasi dan Gugatan, Jurnalis Batam: Ancaman Ganda bagi Pers Indonesia
"Kasus biaya transaksi salah input di jaringan kripto bukan hal baru. Sejarah mencatat ada pengguna yang kehilangan hingga Rp139 miliar karena kesalahan serupa. Para ahli menjelaskan cara mencegah kerugian serupa di masa depan."
#Crypto #BlockchainError #Bitcoin #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia