Dana IPO RI Tembus Rp 15 T, Sektor Energi Pimpin Lonjakan: Investor Waspada

GalaPos ID, Jakarta.
Indonesia kembali mencuri perhatian kawasan setelah Deloitte Southeast Asia 2025 menempatkan negara ini sebagai salah satu kekuatan baru pasar modal di Asia Tenggara.
Lonjakan aktivitas penawaran umum perdana (IPO) disebut menjadi indikator penting, terutama karena sejumlah perusahaan lokal berhasil melantai dengan valuasi tinggi dan dukungan investor institusional global.

Pasar Modal Indonesia Menggeliat, Tapi Risiko Global Kian Menekan

"Lonjakan IPO di Indonesia 2025 Kian Disorot: Energi, Real Estat, hingga Konsumer Memanas di Tengah Kehati-hatian Investor Global"

Baca juga:

Gala Poin:
1. Indonesia menghimpun US$ 921 juta dari 24 IPO sepanjang 2025, dipimpin sektor energi dan sumber daya.
2. Investor global tetap berhati-hati akibat tekanan makro seperti harga komoditas melemah, ketegangan perdagangan, dan penyesuaian tenaga kerja.
3. Pipeline IPO kuartal IV dari teknologi, logistik, dan jasa keuangan hanya akan menarik investor jika menunjukkan profitabilitas nyata.


Berdasarkan paparan Deloitte per 15 November 2025, total dana yang berhasil dihimpun dari 24 emiten mencapai US$ 921 juta atau sekitar Rp 15,35 triliun. Namun, di balik capaian tersebut, analis mengingatkan bahwa pasar tetap dibayangi tekanan makroekonomi global.

“Sektor energi dan sumber daya menjadi penyumbang dana terbesar, dengan aktivitas IPO mencakup perusahaan minyak dan gas, energi terbarukan, serta jasa penunjang pertambangan,” ujar Capital Markets Services Leader Deloitte Southeast Asia, Tay Hwee Ling, dalam konferensi pers virtual, Selasa, 18 November 2025.

Dua pemain besar—PT Merdeka Gold Resource Tbk dan PT Chandra DaYa Investasi Tbk—menjadi motor utama gelombang IPO.

Keduanya mencatatkan penggalangan dana masing-masing US$ 279 juta (Rp 4,65 triliun) dan US$ 144 juta (Rp 2,4 triliun).

Fenomena ini mengonfirmasi bahwa sektor energi, terutama yang berkaitan dengan transisi energi, masih menjadi magnet utama bagi investor global.

Baca juga:
SAR: Pencarian 12 Korban Longsor Majenang Terkendala Cuaca

Di posisi berikutnya, sektor real estat menunjukkan geliat baru melalui pencatatan PT Bangun Kosambi Sukses Tbk, perusahaan yang berafiliasi dengan Agung Sedayu Group.

Kehadiran perusahaan besar tersebut mengangkat persepsi pasar terhadap stabilitas sektor properti nasional, meski secara makro sektor ini masih menghadapi tekanan permintaan dan tingginya biaya pendanaan.

Untuk sektor konsumer, pencatatan PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk menjadi penopang peringkat ketiga. Kenaikan minat pada industri makanan ringan diperkirakan muncul dari strategi diversifikasi dan ekspansi pasar yang konsisten dilakukan pemain industri FMCG.

“Sektor infrastruktur dan energi, khususnya energi terbarukan, juga mencatat peningkatan minat seiring meningkatnya pipeline proyek strategis Indonesia dan percepatan transisi menuju energi bersih,” imbuh Hwee Ling.

Namun, di tengah optimisme tersebut, Deloitte mengingatkan bahwa investor tidak serta-merta agresif.

Gelombang IPO 2025: Energi, Properti, dan Konsumer Berebut Spotlight

 

Hwee Ling menegaskan adanya kondisi global yang menuntut kehati-hatian.

“Meskipun sentimen pasar menguat setelah pemilu, investor tetap berhati-hati di tengah tekanan makroekonomi seperti penurunan harga komoditas, ketegangan perdagangan global, dan penyesuaian tenaga kerja,” ujarnya.

Memasuki kuartal IV 2025, Deloitte mencatat adanya pipeline IPO dari sektor teknologi, logistik, dan jasa keuangan.

Tiga sektor tersebut disebut-sebut hanya akan menarik investor jika mampu menunjukkan arah profitabilitas yang jelas.

“Pipeline IPO pada kuartal IV 2025 mencakup perusahaan teknologi, logistik, dan jasa keuangan, yang diperkirakan menarik minat besar apabila mereka mampu menunjukkan profitabilitas dan ketahanan yang jelas,” pungkasnya.

Baca juga:
Maftahul Uluum Jatinom Jalani Verifikasi Eco Pesantren 2025

Dari temuan tersebut, terlihat bahwa kenaikan nilai IPO bukan sekadar sinyal pemulihan ekonomi, tetapi juga ujian bagi perusahaan untuk membuktikan ketahanan menghadapi ketidakpastian global.

Jika pipeline kuartal IV berhasil mencatatkan performa kuat, posisi Indonesia di bursa regional bisa semakin strategis—namun jika tidak, gelombang IPO 2025 dapat menjadi peringatan dini bahwa minat investor global masih rapuh.

 

Baca juga:
Transformasi UMKM Ambiqu, Antara Inovasi dan Tantangan Kemandirian

"Indonesia menjadi sorotan Deloitte Southeast Asia 2025 setelah sukses menghimpun dana IPO lebih dari US$ 921 juta. Sektor energi, real estat, dan konsumer memimpin gelombang pencatatan, sementara investor global tetap waspada terhadap tekanan makroekonomi. Mengulas dinamika pasar, data IPO terbesar, dan analisis kritis tentang arah pasar modal Indonesia."

#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #PasarModalIndonesia #IPO2025 #EkonomiRI

Lebih baru Lebih lama

Nasional

نموذج الاتصال