GalaPos ID, Blitar.
Upaya Pondok Pesantren Maftahul Uluum Jatinom Blitar untuk meraih Anugerah Eco Pesantren 2025 menarik perhatian publik setelah lembaga ini menyelesaikan verifikasi daring oleh Dinas Lingkungan Hidup Jawa Timur.
Proses penilaian ini menyoroti sejauh mana lembaga pendidikan berbasis keagamaan dapat menerapkan prinsip ekologis secara sistematis.
"Budidaya anggur 190 varian dan pengelolaan kompos mungkin menarik perhatian, tetapi mampukah pesantren mempertahankan kualitas lingkungan tanpa intervensi eksternal?"
Baca juga:
- Fakta di Balik Manfaat Buah Langsat untuk Kesehatan
- Ambiqu Kulineri Naik Kelas, Limbah Ikan Jadi Produk Bernilai
- Tradisi Nyunggi Susu 2025 dan Upaya Menaikkan Kesejahteraan Peternak
Gala Poin:
1. DLH Jatim menilai pengelolaan lingkungan Jatinom cukup komprehensif.
2. Pesantren memasukkan nilai agama sebagai dasar konservasi.
3. Keberlanjutan program menjadi tantangan terbesar pascaverifikasi.
Tim DLH Jatim yang dipimpin Penyuluh Lingkungan Hidup Mita Triani, melakukan pendalaman pada berbagai indikator, termasuk pengelolaan sampah, kebersihan, sanitasi, ruang hijau, hingga budidaya anggur dan domba yang memanfaatkan kompos.
Gaya pengelolaan terintegrasi ini dinilai menjadi ciri ponpes yang serius mengelola dampak lingkungan.
“Ini sangat bagus sekali, pengelolaan limbah, ruang terbuka hijau dan ada budidaya anggur yang menggunakan pupuk dari kotoran domba,” ujar Mita dalam verifikasi daring.
Baca juga:
Obat atau Jamu, Ampuh Atasi Pegal Linu?
Dalam kesempatan sama, wakil pengasuh pondok, Ahmad Khubby Ali Rohmad, atau yang akrab disapa Gus Bobby, menegaskan bahwa kepedulian ekologis merupakan bagian dari nilai pendidikan pesantren.
“Prinsip kebersihan, keseimbangan alam, hemat energi dan pengelolaan manajemen pengelolaan sampah adalah nilai-nilai islami yang harus dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari,” kata Gus Bobby dalam keterangan yang diterima GalaPos ID, Senin, 17 November 2025.
Pondok Jatinom, yang berdiri sejak 1868, memang dikenal berfokus pada pendidikan salafiyyah sekaligus keterampilan hidup. Budidaya anggur yang mencapai 190 varian dari 20 negara, serta empat varian lokal yang tengah diuji oleh Kementerian Pertanian sebagaimana disampaikan pihak pesantren, menjadi salah satu daya tarik utama dan pembeda dari pesantren lain.
Meski berbagai capaian tersebut membuat Jatinom menjadi kandidat kuat Eco Pesantren 2025, pengamat lingkungan menilai keberlanjutan menjadi isu penting.
Program ekologis sering kali berjalan baik saat sedang dinilai, namun tidak sedikit lembaga yang mengalami penurunan kualitas setelah penghargaan diberikan.
Karena itu, publik kini menantikan apakah Jatinom mampu menunjukkan konsistensi sebagai pesantren berbasis konservasi lingkungan, bukan sekadar lembaga yang tampil baik saat verifikasi berlangsung.
Baca juga:
Tips Bangun Pagi dan Olahraga Tanpa Drama
"Sebagai calon penerima Anugerah Eco Pesantren 2025, Pondok Jatinom menonjol dengan praktik lingkungan dan edukasi santri. Artikel ini menelusuri rekam jejak program hijau, nilai keagamaan, hingga keraguan publik soal konsistensinya."
#EcoPesantren #Blitar #Lingkungan #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia
.jpg)
.jpg)