Rugi Menciut Tapi Saham Anjlok, Ada Apa dengan GoTo

GalaPos ID, Jakarta.
Kinerja keuangan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) sepanjang semester I 2025 menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Kerugian perusahaan menyusut drastis menjadi Rp580,01 miliar, dari sebelumnya Rp2,70 triliun di periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini mencapai 78,51%.
Meski, GoTo berhasil memangkas rugi bersih hingga 78%, namun sahamnya anjlok lebih dari 30% dalam enam bulan terakhir. Kenapa pasar tidak percaya?

Saham GOTO turun lebih dari 32% dalam enam bulan terakhir, menandakan keraguan pasar
Foto: Ilustrasi GoTo. (Dok. gotocompany.com)

 "Ketika perusahaan teknologi terbesar di Indonesia mengumumkan pinjaman miliaran rupiah dari bank asing, sementara sahamnya anjlok dan masih merugi—publik berhak bertanya: apakah ini langkah pertumbuhan strategis, atau sinyal perlambatan yang dikemas rapi?"

Baca juga:

Gala Poin:
1. GoTo memperoleh pinjaman baru Rp4,65 triliun dari DBS Indonesia dan UOB untuk melunasi utang dan membiayai kebutuhan operasional.
2. Rugi bersih GoTo menyusut 78,51% pada semester I 2025 berkat peningkatan pendapatan dan efisiensi biaya.
3. Saham GOTO justru turun 32,53% dalam enam bulan terakhir, menandakan kepercayaan investor yang belum pulih.


Perbaikan tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan bersih tahunan sebesar 10,62% menjadi Rp8,56 triliun, serta efisiensi biaya dan beban operasional.

Namun ironisnya, harga saham GOTO terus merosot. Pada perdagangan Kamis (18/9/2025), sahamnya ditutup melemah 1,75% ke level 56, dengan penurunan total dalam enam bulan terakhir sebesar 32,53%.

Kondisi ini mencerminkan jurang antara performa keuangan internal dan persepsi investor. Apakah investor ragu akan keberlanjutan efisiensi ini? Ataukah ini mencerminkan kekhawatiran terhadap fundamental yang belum sepenuhnya pulih?

Publik dan pemegang saham patut mencermati, bahwa meski rugi menciut, perusahaan masih belum mampu mencetak laba. Dalam konteks pasar terbuka, pemangkasan rugi belum cukup; yang dibutuhkan adalah bukti nyata profitabilitas dan arah bisnis yang jelas.

Baca juga:
Sidak Beras SPHP di Bengkulu, Mentan Amran: Tak Ada Impor

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), raksasa teknologi asal Indonesia, kembali menjadi sorotan. Pada Kamis (18/9/2025), perseroan mengumumkan telah mengantongi fasilitas pinjaman berjangka senilai Rp4,65 triliun dari PT Bank DBS Indonesia dan United Overseas Bank (UOB) Limited), dengan tenor empat tahun.

Pinjaman ini sebagian besar akan digunakan untuk melunasi sisa utang lama sebesar Rp467 miliar yang jatuh tempo pada Juni 2025. Sisanya akan dialokasikan untuk modal kerja, investasi, dan kebutuhan korporasi umum.

"Fasilitas baru ini memperkuat posisi keuangan GoTo dan memberikan fleksibilitas tambahan untuk mendukung pertumbuhan serta efisiensi ekosistem GoTo secara berkelanjutan," ujar Simon Ho, Chief Financial Officer GoTo dalam keterbukaan informasi resmi, Kamis, 18 September 2025.

Pihak bank pun menyatakan keyakinannya terhadap ketahanan dan prospek bisnis GoTo, menyebut bahwa fasilitas ini mencerminkan komitmen mendukung pertumbuhan jangka panjang perusahaan teknologi terbesar di Indonesia tersebut.

Saham GOTO turun lebih dari 32% dalam enam bulan terakhir, menandakan keraguan pasar
Foto: Ilustrasi GoTo. (Dok. gotocompany.com)

Namun demikian, perlu dicatat bahwa hingga pengumuman ini disampaikan, fasilitas pinjaman tersebut belum dicairkan. GoTo menegaskan bahwa langkah ini tidak akan berdampak negatif terhadap operasional, hukum, maupun keberlangsungan bisnis perusahaan.

Kinerja Keuangan Membaik, Tapi Saham Rontok
Di sisi lain, laporan keuangan semester pertama 2025 menunjukkan bahwa kerugian bersih GoTo berhasil ditekan signifikan. Rugi diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp580,01 miliar, jauh menyusut dari Rp2,70 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini mencapai 78,51%.

Pencapaian ini didukung oleh kenaikan pendapatan bersih 10,62% secara tahunan (year-on-year) menjadi Rp8,56 triliun, serta efisiensi biaya dan beban operasional di berbagai lini.

Baca juga:
Penelantaran Anak, Refleksi Sistem Perlindungan Anak

Namun, realitas pasar berkata lain. Harga saham GOTO justru tertekan tajam. Pada perdagangan Kamis (18/9/2025), saham GOTO ditutup turun 1,75% ke level 56. Dalam enam bulan terakhir, nilai saham perusahaan sudah merosot 32,53%.

Investor Belum Percaya?
Fenomena ini menciptakan ironi tajam: kerugian menyusut signifikan, namun saham terus rontok. Pertanyaannya: mengapa pasar tidak merespons positif?
 
Kondisi ini bisa mencerminkan ketidakpercayaan investor terhadap keberlanjutan efisiensi GoTo, atau ketidakpastian terhadap prospek jangka panjang perusahaan yang belum mencetak laba. Fasilitas pinjaman baru pun bisa dibaca ganda—sebagai langkah memperkuat posisi kas, atau sinyal perlunya likuiditas tambahan di tengah tekanan operasional.

Apa pun itu, publik dan pemegang saham patut menyoroti dengan tajam: pemangkasan rugi belum berarti perusahaan sehat sepenuhnya, apalagi jika kepercayaan pasar tak kunjung pulih.

 

Baca juga:
Persiapan Timnas Futsal Belum Matang, Ini Kata Pelatih

"PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk mendapat pinjaman jumbo dari bank asing di saat rugi bersih menyusut drastis. Tapi, pasar belum yakin. Saham anjlok hingga 32% dalam enam bulan. Apa yang sebenarnya terjadi?"

#SahamGOTO #KinerjaKeuangan #InvestorWatch #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال