Prestasi dari Pinggiran, Anak-anak Pidie Ukir Sejarah Nasional

GalaPos ID, Pidie.
Di tengah realitas ketimpangan akses pendidikan dan pembinaan prestasi di Aceh, sebuah sekolah dasar dari Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie, mencatatkan sejarah baru. SDN 1 Bereunuen berhasil menjadi wajah baru pendidikan Aceh di tingkat nasional, berkat kerja kolektif yang melawan dominasi sistem "circle" yang selama ini menghambat pemerataan akses.

SDN 1 Bereunuen: Dari Keterbatasan Menuju Kejayaan Nasional

“Target utama adalah memindahkan prestasi kepada anak-anak berbakat di kabupaten, selain Kota Banda Aceh,” — Dr. Rasyidin

Baca juga:

Gala Poin:
1. Ketimpangan sistem pembinaan prestasi di Aceh terjadi akibat dominasi kelompok tertentu (circle) dan minimnya ruang apresiasi di tingkat kabupaten.
2. Melalui inisiatif berbasis kepercayaan dan dukungan komunitas, SDN 1 Bereunuen berhasil menembus kejuaraan nasional dan meraih medali emas.
3. Program pelatihan dan bimtek kini diperluas menjadi ruang peningkatan kualitas guru dan siswa di luar lingkaran dominan.


Selama bertahun-tahun, banyak guru di kabupaten-kabupaten di Aceh merasa terpinggirkan dari program pembinaan prestasi. Mereka tidak masuk dalam lingkaran kelompok tertentu yang disebut-sebut memiliki akses istimewa terhadap ruang apresiasi dan pelatihan.

“Banyak guru-guru non-circle tidak mendapatkan akses yang sama dengan guru-guru di dalam circle kelompok tertentu,” demikian kutipan dari laporan lapangan yang mencerminkan keresahan struktural selama ini.

Fenomena kooptasi ruang dan program pembinaan menjadi temuan penting dalam penelitian Dr. Rasyidin, seorang akademisi yang sejak tahun 2014 telah mencermati kesenjangan distribusi akses pembinaan prestasi di Aceh.

Baca juga:
Trump Ajukan Proposal Gencatan, Israel Targetkan Petinggi Hamas di Qatar 


Doktor bidang seni itu juga menyoroti kecenderungan ego sektoral dalam sistem kerja pengawasan yang justru menciptakan dominasi sempit, dan menjauhkan potensi besar anak-anak di kabupaten dari panggung apresiasi nasional.

"Kelangkaan ruang apresiasi dan kelangkaan program penunjang pembinaan peningkatan bakat generasi emas Aceh menjadi realitas pahit di lapangan," ungkap Rasyidin.

Ia menambahkan, struktur sistem yang memusat dan tidak inklusif menyebabkan kebuntuan regenerasi guru-guru berprestasi dan minimnya mobilisasi potensi daerah.

Tidak hanya berhenti sebagai peneliti, Rasyidin memutuskan turun langsung dengan membangun kepercayaan kepada dua relawan seni dari SDN 1 Bereunuen. Inisiatif ini membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari pinggiran.

“Target utama adalah memindahkan prestasi kepada anak-anak berbakat di kabupaten selain Kota Banda Aceh dan memindahkan potensi bakat itu ke daerah yang terbatas segala prasarana,” ujar Seniman Nasional yang berasal dari Aceh tersebut.

Aceh Bukan Hanya Banda: SD Pidie Rebut Panggung Nasional

Dan hasilnya mencengangkan, dalam enam kali keikutsertaan di ajang nasional Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS3N), SDN 1 Bereunuen secara bertahap mengukir prestasi, yakni Juara Harapan IV Nasional, Juara Harapan III Nasional, serta yang terbaru: Mendali Emas untuk Pantomim dan Seni Tari

Melampaui Sekolah, Membangun Ekosistem Pelatihan
Pendorong utama keberhasilan ini adalah kolaborasi kuat antara peneliti, guru, dan kepala sekolah. Rasyidin mendorong pasangan suami istri, Syarifah Zaimah, dan Dhian Ramadhan, untuk mengubah pola pelatihan dari hanya berfokus di sekolah menjadi pusat pengembangan guru dan siswa berprestasi di seluruh kecamatan.

Inisiatif ini mendapat dukungan penuh dari Kepala Sekolah SDN 1 Bereunuen, Cut Zanabon, yang membuka pintu bagi pelatihan dan bimbingan teknis (Bimtek).

Baca juga:
Delpedro Marhaen, Dari Aktivisme ke Jeruji Besi

Program pelatihan tak hanya digelar di sekolah sendiri, tapi meluas ke kecamatan sekitar:
1–3 September 2025, Bimtek untuk 50 guru SD se-Kecamatan Mutiara Timur
7–9 September 2025, pelatihan teknis untuk siswa di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pidie Jaya

Fenomena yang terjadi di Aceh bukan kasus tunggal. Hampir di seluruh Nusantara, terjadi kecenderungan dominasi "circle" dalam sistem pelatihan dan apresiasi prestasi pendidikan. SDN 1 Bereunuen membuktikan bahwa jika diberi kesempatan dan ruang yang setara, kabupaten bisa bersuara dan bersinar di panggung nasional.

Namun, pertanyaannya kini, apakah sistem pendidikan kita siap membuka akses setara, atau akan terus menumbuhkan kasta dalam dunia prestasi?

 

Baca juga:
Ferry Resmi Dilantik, Tantangan Ekonomi Desa Menanti

“Dari pelosok Kabupaten Pidie, muncul cahaya prestasi dari sebuah sekolah dasar yang berhasil menembus dominasi "circle" pendidikan di Aceh. Tapi di balik gemerlap juara, ada cerita soal ketimpangan akses, kooptasi ruang, dan perjuangan melawan sistem yang kaku.”

#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #Prestasi #Pendidikan #Pelajar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال