GalaPos ID, Qatar.
Saat harapan akan gencatan senjata di Gaza mulai terlihat, serangan udara Israel di Doha mengguncang jalur diplomasi.
Sejumlah petinggi Hamas yang sedang melakukan pertemuan internal untuk membahas proposal gencatan senjata dilaporkan menjadi target dan korban serangan tersebut.
![]() |
Foto X: BRICS Info |
"Negosiasi damai berubah menjadi medan maut. Ketika para pemimpin Hamas sedang duduk membahas proposal gencatan senjata dari Presiden Trump, rudal menghantam. Apakah ini sabotase diplomatik atau taktik militer terencana?"
Baca juga:
- Rp3 Miliar dan Ducati, Dugaan Suap Noel Eks Wamenaker
- Delpedro Marhaen, Dari Aktivisme ke Jeruji Besi
- Ferry Resmi Dilantik, Tantangan Ekonomi Desa Menanti
Gala Poin:
1. Serangan Israel menargetkan tokoh Hamas di Doha saat mereka membahas proposal gencatan senjata Trump.
2. Kematian negosiator utama Hamas menimbulkan kekhawatiran bahwa upaya perdamaian bisa gagal.
3. Proposal gencatan senjata Trump dipertanyakan keasliannya oleh pihak Hamas.
Menurut laporan Al Arabiya dan Al Bawaba, Khalil al-Hayya, seorang negosiator senior Hamas, dilaporkan tewas bersama tokoh penting lainnya seperti Zaher Jabarin, Khaled Meshaal, dan Nizar Awadallah.
Serangan ini terjadi saat mereka tengah mendiskusikan dokumen “Proposal Utama” dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
“Ini yang kami terima dari Amerika. Itu terlihat seperti ditulis oleh Israel,” ujar seorang pejabat Hamas kepada Drop Site.
Baca juga:
Qatar Kecam Serangan Israel di Jantung Doha
Proposal gencatan senjata tersebut mencakup beberapa poin utama, di antaranya:
Pembebasan semua sandera oleh Hamas,
Pembebasan tahanan Palestina oleh Israel,
Masa 60 hari untuk negosiasi dan pelucutan senjata,
Pembentukan pemerintahan baru di Gaza.
Namun, dokumen itu disebut tidak memiliki segel resmi, tanda tangan, ataupun tanggal yang jelas.
Dalam waktu hampir bersamaan, Kepala Staf IDF, Eyal Zamir, menegaskan bahwa operasi pembunuhan terhadap tokoh Hamas akan terus dilanjutkan.
“Satu kelompok pemimpin Hamas masih berada di luar negeri, dan kami akan menjangkau mereka juga,” kata Zamir, dikutip dari Times of Israel.
Suhail al-Hindi, seorang pejabat senior Hamas, menyatakan bahwa serangan terhadap Khalil al-Hayya adalah upaya pembunuhan yang gagal, meskipun anak dan ajudan al-Hayya tewas dalam insiden tersebut.
“Darah para pemimpin gerakan ini sama berharganya dengan darah setiap anak Palestina,” tegas al-Hindi kepada Al Jazeera.
Baca juga:
Duka Nagekeo! Banjir Bandang Mauponggo, Empat Masih Hilang
Israel mengonfirmasi bahwa mereka menyetujui kerangka awal proposal gencatan senjata Trump, namun tetap bersikeras pada dua syarat utama: pembebasan semua sandera dan pelucutan senjata total Hamas.
Dengan kekerasan yang terus berlangsung, pertanyaan besar muncul: apakah perdamaian masih mungkin dicapai, ataukah proposal Trump hanyalah ilusi di tengah kabut perang?
Baca juga:
Menko Yusril ke Rutan, Lagu Indonesia Raya Bergema dari Balik Jeruji
"Serangan udara di Doha terjadi di tengah upaya tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Para tokoh Hamas yang tengah membahas proposal dari Donald Trump justru menjadi target serangan mematikan."
#DonaldTrump #Serangan ##Doha #Gaza #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia