GalaPos ID, Gorontalo.
Provinsi Gorontalo, yang selama ini dikenal religius dan menjunjung tinggi nilai-nilai adat, kini menghadapi fakta yang mengejutkan.
Sejak 2001 hingga 2025, 1.360 kasus HIV/AIDS tercatat menyebar hampir merata di seluruh wilayah provinsi.
![]() |
Foto: ilustrasi kampanye pencegahan HIV AIDS |
“Di tanah yang dikenal sebagai "Kota Serambi Madinah", angka kasus HIV/AIDS justru terus naik. Di balik senyum ramah dan nilai religius yang dijunjung tinggi, Gorontalo kini berhadapan dengan ancaman senyap yang menyebar tanpa pandang bulu.”
Baca juga:
- Skandal Pendidikan, Nadiem Makarim Tersangka Proyek Chromebook
- Novita Hardini Bongkar Iritnya Dukungan Ekraf & UMKM
- Terbaru! Ketinggalan Whoosh? Tiket Hangus, Tak Bisa Diubah
Gala Poin:
1. Angka Kasus HIV/AIDS di Gorontalo Terus Naik. Total 1.360 kasus tercatat sejak 2001–2025, dengan sebaran merata di seluruh wilayah provinsi.
2. KPA Genjot Edukasi dan Tes Gratis. Pemeriksaan gratis dan sosialisasi dilakukan di sekolah-sekolah dan instansi pemerintah.
3. Efektivitas Edukasi Dipertanyakan. Meski edukasi berjalan, peningkatan kasus menunjukkan perlunya strategi lebih mendalam dan lintas sektor.
Ironisnya, Kabupaten Gorontalo mencatat jumlah tertinggi, yakni 388 kasus, menjadikannya episentrum penyebaran virus mematikan tersebut di wilayah yang dulu dikenal sebagai bagian dari pusat penyebaran Islam di timur Indonesia.
Menurut Franky Adam, Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Gorontalo, peningkatan kasus sangat dipengaruhi oleh perilaku berisiko yang marak di masyarakat, meskipun daerah ini dikenal religius secara budaya dan sosial.
“Kesadaran masyarakat terkait deteksi dini mulai meningkat. Hal ini terlihat dari antusiasme warga yang memeriksakan diri,” ujar Franky Adam, dikutip Kamis, 4 September 2025.
Baca juga:
Dari Jakarta ke Beijing: Pesan Politik Global Prabowo
KPA Gorontalo telah meluncurkan berbagai langkah pencegahan, mulai dari edukasi ke sekolah-sekolah, organisasi perangkat daerah, hingga pembukaan layanan pemeriksaan HIV/AIDS gratis. Tujuannya jelas: mendeteksi sedini mungkin dan memutus rantai penularan.
Namun pertanyaan mendasar muncul: Mengapa kasus terus bertambah, meski edukasi sudah berjalan bertahun-tahun?
Dan apakah edukasi formal cukup untuk melawan stigma, ketidaktahuan, dan perilaku seks bebas yang cenderung disembunyikan di masyarakat?
Antara Data dan Fakta Lapangan
Provinsi Gorontalo dihuni oleh sekitar 1,39 juta jiwa, dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1,16% per tahun. Di tengah pertambahan penduduk yang stabil dan keunikan budaya yang menjunjung tinggi syariat dan adat, lonjakan kasus HIV/AIDS menjadi cermin kontradiktif.
Kondisi ini menimbulkan keprihatinan. Di satu sisi, masyarakat dikenal religius dengan falsafah “Adat bersendikan Syara’, Syara’ bersendikan Kitabullah”. Namun di sisi lain, fakta di lapangan menunjukkan penyebaran HIV/AIDS tak terbendung.
Pengamat kesehatan masyarakat menyebut, masih ada celah besar dalam edukasi yang hanya menyentuh permukaan, sementara penyebab utama — seperti kurangnya edukasi seksual komprehensif dan akses terhadap alat perlindungan — belum disentuh secara serius.
Baca juga:
Tuntutan HMI: Dari Ojol hingga Transparansi DPRD
Langkah Strategis atau Sekadar Formalitas?
Pihak KPA mengklaim bahwa layanan pemeriksaan gratis telah membantu mendeteksi kasus lebih awal. Tapi tanpa disertai intervensi perubahan perilaku, upaya ini dikhawatirkan hanya akan menjadi solusi sesaat.
Komitmen jangka panjang diperlukan, bukan hanya dari KPA, tapi juga dari pemerintah daerah, tokoh agama, tokoh adat, dan dunia pendidikan.
Keterlibatan mereka bisa menjadi kunci dalam menghadirkan edukasi yang tidak hanya normatif, tapi transformatif.
Baca juga:
Tambang Ilegal Menggila, DPR Desak Gakkum Lebih Tajam
“Jumlah kasus HIV/AIDS di Gorontalo terus bertambah, menembus angka 1.360 sejak 2001. Pemerintah melalui KPA mendorong tes gratis dan edukasi, namun banyak pihak mempertanyakan efektivitas upaya pencegahan di tengah perilaku masyarakat yang masih berisiko.”
#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #DaruratHIVAIDS #Gorontalo #KesehatanPublik #EdukasiKesehatan