GalaPos ID, Yogyakarta.
Sebanyak 12 dalang cilik dari berbagai kapanewon di Kulon Progo tampil dalam pementasan wayang kulit massal di Taman Budaya Kulon Progo.
Mengangkat tema perdamaian, pementasan ini menjadi bagian dari rangkaian Hari Jadi ke-74 Kabupaten Kulon Progo, serta upaya menyuarakan harapan akan persatuan bangsa di tengah berbagai dinamika sosial yang terjadi di Indonesia.
“Di balik kelir putih yang tergelar setengah lingkaran di Taman Budaya Kulon Progo, suara gamelan mengalun, dan 12 pasang tangan kecil menari lincah memainkan tokoh-tokoh pewayangan. Tapi bukan sekadar pertunjukan—ini adalah panggung perlawanan sunyi para dalang cilik, yang bersuara lewat lakon Mahabharata demi menyerukan persatuan di tengah riuh perpecahan.”
Baca juga:
- Skandal Pendidikan, Nadiem Makarim Tersangka Proyek Chromebook
- Novita Hardini Bongkar Iritnya Dukungan Ekraf & UMKM
- Terbaru! Ketinggalan Whoosh? Tiket Hangus, Tak Bisa Diubah
Gala Poin:
1. 12 dalang cilik dari seluruh kapanewon di Kulon Progo tampil bersama dalam pementasan wayang kulit massal untuk menyuarakan pesan perdamaian.
2. Pementasan ini merupakan bagian dari perayaan Hari Jadi ke-74 Kulon Progo dan bertujuan melestarikan budaya sekaligus mendidik anak mencintai tradisi.
3. Para pelatih dan peserta berharap pertunjukan ini mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat, terutama dalam menjaga kebersamaan dan gotong-royong.
Meskipun sebagian besar masih berusia di bawah umur, penampilan mereka mampu memikat perhatian penonton.
Deretan kelir putih membentuk setengah lingkaran menjadi panggung bersama, tempat para dalang muda memainkan tokoh-tokoh dari kisah Mahabharata.
Penampilan yang enerjik dan penuh semangat ini menjadi simbol kebangkitan generasi muda dalam melestarikan budaya sekaligus menyampaikan pesan moral.
“Saya senang bisa ikut dalam pementasan ini. Selain untuk melestarikan kesenian tradisional wayang kulit, saya ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat agar selalu menjunjung tinggi rasa kebersamaan dan gotong-royong,” ungkap Mahatmasih Andadari (12), dalang cilik asal Girimulyo, dikutip Kamis, 4 September 2025.
Baca juga:
Dari Jakarta ke Beijing: Pesan Politik Global Prabowo
Pementasan yang dikemas secara sederhana ini tak kehilangan makna. Justru kesederhanaannya mempertegas pesan yang dibawakan: ajakan untuk menjaga kedamaian, bersatu dalam keberagaman, dan saling bergotong-royong membangun bangsa.
Pelatih dalang cilik Kulon Progo, Rubiyanto, menyatakan bahwa kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga wadah pendidikan bagi anak-anak agar mencintai budaya sejak dini.
“Yang jelas itu memang untuk mendidik anak, kesenangan anak, untuk memberikan edukasi agar anak bisa lebih mengetahui tentang wayang. Harapan kami, dengan diadakannya pementasan wayang, semoga ke depannya dengan keadaan seperti ini tidak terlalu berlarut-larut,” jelas Rubiyanto.
Di tengah sorotan lampu minyak dan iringan gending Jawa, para dalang cilik tidak hanya menyajikan seni, tetapi juga sebuah narasi alternatif: bahwa suara anak-anak pun bisa membawa pesan penting bagi negeri ini.
Sebuah suara jernih yang mengingatkan, bahwa perdamaian adalah warisan yang harus dijaga bersama.
Baca juga:
Tuntutan HMI: Dari Ojol hingga Transparansi DPRD
“Pementasan wayang kulit massal di Taman Budaya Kulon Progo menghadirkan 12 dalang cilik dari berbagai wilayah. Dengan tema perdamaian, mereka tidak hanya menghibur, tapi juga menyampaikan pesan moral penting bagi bangsa yang tengah menghadapi tantangan sosial.”
#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #KulonProgo #Wayang #DalangCilik #Budaya