Anak SD Pangkalpinang Lebih Pilih Gasing daripada Gadget

GalaPos ID, Pangkalpinang.
Permainan gasing, bagian dari warisan budaya suku Melayu, menunjukkan kebangkitan yang signifikan di Kota Pangkalpinang. Setelah meredup akibat pandemi COVID-19, gasing kini kembali menarik minat generasi muda, terutama pelajar sekolah dasar.
Anak-anak sekolah dasar kini lebih memilih gasing daripada gawai, memperlihatkan harapan lestarinya budaya Melayu di tengah tantangan zaman.

"Di era dominasi gadget dan teknologi, sebuah permainan tradisional nyaris terlupakan justru bangkit kembali di Kota Pangkalpinang, menantang arus modernisasi yang mengikis budaya lokal."

Baca juga:

• Keracunan Massal MBG, Siapa Yang Bertanggung Jawab
• Limbah di Sawah Nganjuk Picu Penyakit, Siapa Bertanggung Jawab?
• Potret Kemiskinan Anak Sebatang Kara di Gubuk Sawit Musi Rawas

Gala Poin:
1. Permainan gasing mengalami kebangkitan signifikan sejak tahun 2023, setelah terpuruk selama pandemi.
2. Produksi gasing kini berkembang mandiri oleh warga dalam skala rumahan.
3. Gasing menjadi alternatif positif yang mengurangi ketergantungan anak pada gadget.

Ketua Persatuan Gasing Indonesia, Agus, mengungkapkan bahwa kebangkitan ini dipicu oleh kejuaraan gasing pada HUT Bhayangkara ke-76 di Polda tahun 2023.

“Sebenarnya, permainan gasing ini sempat mengalami masa mati suri pasca pandemi COVID-19. Namun titik baliknya terjadi pada tahun 2023... Respons generasi muda luar biasa — mereka sangat antusias karena kini sudah memiliki gasing sendiri yang dibuat dengan standar industri, begitu juga dengan talinya,” ujar Agus, dikutip Sabtu, 29 September 2025.

Data lapangan menunjukkan bahwa tidak hanya bermain, produksi gasing juga berkembang secara mandiri di kalangan warga, khususnya dalam skala rumahan.

Baca juga:
Perampok Minimarket Nyaris Lolos, Polisi Ungkap Fakta Mengejutkan

Ini menandakan tidak sekadar hobi sesaat, melainkan upaya menjaga kelangsungan budaya. Imam Hidayat, seorang siswa SD kelas 5 yang aktif bermain gasing, mengakui perubahan gaya bermainnya.

“Dari kelas 3 SD sampai sekarang kelas 5, saya main gasing hampir setiap hari. Jarang main HP lagi,” kata Imam.

Fenomena ini menarik perhatian karena gasing bukan hanya hiburan, tapi juga media edukasi dan pembentukan karakter, mengajarkan sportivitas dan keterampilan motorik sekaligus memperkuat ikatan sosial di antara anak-anak.

Namun, skeptisisme tetap muncul soal konsistensi dan dukungan berkelanjutan, apakah kebangkitan ini cukup untuk menahan gelombang modernisasi dan dominasi teknologi yang semakin masif.

 

Baca juga:
Claudia-Richard, Duo Harvard di Balik Pluang

"Setelah sempat mati suri selama pandemi, permainan tradisional gasing di Pangkalpinang bangkit kembali. Anak-anak sekolah dasar kini lebih memilih gasing daripada gawai, memperlihatkan harapan lestarinya budaya Melayu di tengah tantangan zaman."

#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #BudayaMelayu #PermainanTradisional #LestarikanBudaya