Terumbu Karang Indonesia, Harta yang Perlahan Punah

GalaPos ID, Sulsel.
Indonesia memang dikenal sebagai pusat keanekaragaman terumbu karang dunia. Tapi sebutan ‘surga bawah laut’ kini terdengar seperti ironi yang menyakitkan.
Di balik kejernihan laut tropis, ekosistem karang kita perlahan runtuh—dimakan waktu, dicekik perubahan iklim, dan dilukai tangan manusia.

Dari Pulau Bonetambu untuk Coral Triangle: Indonesia di Persimpangan

"Indonesia adalah surga terumbu karang dunia, tapi surga ini perlahan sekarat. Di Pulau Bonetambu, secercah harapan muncul di tengah ancaman global yang kian mengancam ekosistem laut kita."

Baca juga:

Gala Poin:
1.Fungsi vital karang: Pelindung pesisir, habitat laut, sumber pangan, hingga potensi obat-obatan.
2.Ancaman serius: Perubahan iklim, polusi, penangkapan ikan berlebihan, dan kerusakan fisik.
3.Solusi jangka panjang: Konservasi, rehabilitasi, edukasi, dan pengelolaan berkelanjutan.


Di Pulau Bonetambu, sebuah pulau kecil di gugusan Makassar, secuil harapan muncul: 250 media tanam karang diturunkan, bukan sekadar seremoni kemerdekaan, melainkan sinyal darurat untuk kehidupan laut yang kian sekarat.

Pertanyaannya: apakah bangsa ini cukup serius merawat surga yang dimilikinya, atau kita hanya sedang menunda kepunahan yang tak terhindarkan?

Baca juga:
Petaka Sungai Serayu, Petaka Bermain Berujung Duka

Indonesia memiliki sekitar 18% terumbu karang dunia, menjadikannya harta karun laut yang tak ternilai.

Namun, harta ini kian rapuh. Pemutihan karang akibat perubahan iklim, polusi dari limbah rumah tangga hingga industri, serta praktik penangkapan ikan destruktif menjadi ancaman nyata.

Terumbu karang bukan sekadar pemandangan indah. Ia adalah pelindung alami pesisir, rumah bagi ribuan biota laut, sumber pangan, hingga magnet pariwisata.

HUT RI dan Lompatan Ekologi: Menyelamatkan Karang, Menyelamatkan Generasi

Bahkan, penelitian terbaru menunjukkan terumbu karang berpotensi menjadi bahan baku obat-obatan dan kosmetik.

Namun, kerusakan massif mengancam. Penurunan kualitas laut memicu hilangnya habitat ikan, mengganggu rantai makanan, hingga mengancam ekonomi nelayan kecil.

Di sinilah restorasi di Pulau Bonetambu menjadi sinyal penting.

Baca juga:
Swasembada Gula 2028, Petani atau Korporasi yang Menang?

Program ini bukan satu-satunya, tapi menjadi contoh bagaimana kolaborasi masyarakat, akademisi, dan korporasi bisa menghidupkan kembali harapan.

“Kami berharap, dengan keahlian dari akademisi dan dukungan dari masyarakat, program ini akan berhasil memperkaya ekosistem laut di Pulau Bonetambu,” ujar EVP Telkom Regional 5 Amin Soebagyo, pada kegiatan Komunitas Gusung Tallang Community (Gustalcom), dan Universitas Hasanuddin (Unhas) melakukan restorasi terumbu karang di Pulau Bonetambu, Kelurahan Barang Caddi, Kecamatan Sangkarang, Makassar, Sabtu, 16 Agustus 2025.

Di Balik Karang yang Sunyi: Harapan, Ancaman, dan Masa Depan Laut Indonesia

Namun upaya ini tak cukup tanpa kesadaran publik.

Edukasi, konservasi, dan pengelolaan berkelanjutan harus berjalan beriringan. Tanpa itu, karang kita akan tinggal sejarah.

 

Baca juga:
Pidato Kenegaraan Prabowo Dorong Euforia Pasar Saham

"Di balik restorasi terumbu karang di Makassar, tersimpan ancaman besar bagi keberlangsungan ekosistem laut Indonesia. Dari perubahan iklim hingga polusi, semuanya mengintai. Namun, gerakan ini menjadi alarm agar bangsa ini tak berpaling dari laut."

#SelamatkanTerumbuKarang #LautIndonesiaLestari #EkosistemLautKita #KarangUntukGenerasi #BluePlanetIndonesia #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia

Lebih baru Lebih lama

Nasional

نموذج الاتصال