Breaking News

Saat Pendidikan Tergerus Longsor dan Banjir

GalaPos ID, Jabar.
Pemerintah Kabupaten Majalengka boleh saja menjanjikan perbaikan 280 ruang kelas rusak berat tahun ini, namun satu fakta krusial terabaikan: sebagian besar wilayah tempat sekolah-sekolah itu berdiri adalah zona rawan bencana.
Longsor, banjir, dan cuaca ekstrem bukan sekadar potensi, melainkan realitas bulanan yang mengancam keselamatan siswa dan guru.

Sekolah Rusak di Majalengka: Inventarisasi Dulu, Perbaikan Belakangan

"Apa gunanya membangun ratusan ruang kelas jika setahun kemudian hanyut oleh banjir atau runtuh diterjang longsor? Di Majalengka, infrastruktur pendidikan terus dibangun — namun tak disiapkan untuk selamat dari bencana.”

Baca juga:

Gala Poin:
1. Majalengka kerap dilanda bencana alam, dengan 44 kejadian dalam sebulan termasuk banjir dan longsor.
2. Banyak wilayah rawan bencana menjadi lokasi sekolah, tapi mitigasi belum jadi prioritas pembangunan.
3. Pemerintah diminta tidak hanya membangun, tetapi merancang sekolah yang tahan terhadap bencana.


Dengan 44 kejadian bencana tercatat hanya dalam sebulan, pertanyaan mendesak pun muncul: untuk siapa dan seberapa lama gedung-gedung sekolah baru ini akan bertahan?

Tanpa desain tahan bencana, perbaikan infrastruktur pendidikan di Majalengka hanyalah proyek tambal sulam—dibangun untuk rusak kembali.

Sementara itu, anak-anak tetap belajar di bawah bayang-bayang reruntuhan, bukan hanya karena usia bangunan, tapi juga karena kelalaian dalam perencanaan.

Baca juga:
Lingkungan RSUD Praya Kotor, Siapa Bertanggung Jawab?

Saat pemerintah Majalengka berjanji memperbaiki 280 ruang kelas rusak berat, fakta lain mencuat: sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah daerah rawan bencana.

Dengan curah hujan tinggi dan kontur tanah labil, ancaman banjir, tanah longsor, hingga kebakaran menjadi risiko nyata terhadap fasilitas pendidikan yang dibangun.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat 44 kejadian bencana hidrometeorologi sepanjang Februari 2025.

Miris! 280 Kelas SD dan SMP di Majalengka dalam Kondisi Rusak Parah

Dari jumlah tersebut, 26 adalah kasus longsor, 10 cuaca ekstrem, 6 banjir, dan 2 kebakaran.

"Sebanyak 69 rumah mengalami kerusakan ringan, dua rumah rusak sedang, dua rumah rusak berat, dan 23 rumah terendam banjir," ujar Penata Penanggulangan Bencana Ahli Pertama BPBD Majalengka, Wawan Suryawan, pada Kamis, 6 Maret 2025, lalu.

Ia menambahkan, 19 kecamatan tergolong rawan longsor, dan 15 kecamatan lainnya berisiko banjir.

Baca juga:
Advokasi Buruh dan Rakyat Kecil, Pengurus LBH K-SARBUMUSI Dilantik

Hampir seluruh kecamatan terdampak. Bahkan, 349 warga terkena dampak, 18 orang mengungsi, satu meninggal dunia, dan satu lainnya luka-luka akibat bencana tersebut.

Ironisnya, pembangunan sekolah yang tengah digencarkan justru sering kali dilakukan tanpa mempertimbangkan aspek mitigasi bencana.

Tanpa perencanaan lokasi dan konstruksi tahan bencana, siklus bangun-rusak akan terus berulang.

 

Baca juga:
LMK vs UMKM: Siapa yang Diuntungkan?

“Bencana alam yang kerap melanda Majalengka menunjukkan lemahnya mitigasi dalam pembangunan infrastruktur sekolah. Pemerintah ditantang tak hanya membangun, tapi juga memikirkan daya tahan bangunan menghadapi realitas cuaca ekstrem.”

#BencanaMajalengka #MitigasiPendidikan #SekolahTahanBencana #FasilitasRentan #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia

0 Komentar

Type and hit Enter to search

Close