GalaPos ID, Canberra.
Gagasan menjadikan Australia sebagai pintu gerbang ekspor produk Indonesia ke kawasan Indo-Pasifik terdengar ambisius dan penuh peluang.
Namun di balik potensi pasar dan jaringan diaspora, pertanyaan strategis tak bisa dihindari: apakah infrastruktur logistik, standar mutu, dan strategi industrialisasi berbasis UMKM sudah cukup matang untuk bersaing di arena global?
“Apakah Indonesia bisa menjadikan Australia sebagai gerbang ekspor ke Pasifik? Nurdin Halid yakin, tapi syaratnya: kolaborasi konkret dan strategi industrialisasi berbasis UMKM.”
Baca juga:
- Indonesia–Australia: Dari Defisit ke Surplus?
- Dramatis! Disbud vs Biringkanaya Berakhir Tanpa Gol
- Jurnalis di Gaza Anas al-Sharif Gugur, Dunia Diam
Gala Poin:
1. Australia dinilai potensial sebagai hub ekspor Indonesia ke kawasan Pasifik.
2. Diaspora dan IA-CEPA bisa dimanfaatkan untuk memperluas pasar ekspor lokal.
3. UMKM dan koperasi didorong sebagai sumber komoditas ekspor bernilai tambah.
Optimisme politik perlu dibarengi peta jalan konkret, jika tidak ingin sekadar menjadi slogan diplomasi dagang.
Australia dinilai dapat menjadi pintu gerbang ekspor produk Indonesia ke kawasan Indo-Pasifik, jika kemitraan bilateral dimaksimalkan secara strategis.
Gagasan ini dilontarkan oleh Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Nurdin Halid, dalam kunjungan kerja resmi ke Canberra dan Melbourne.
Baca juga:
AJI: Jurnalis Dibunuh Zionis, Genosida Informasi
“Australia bisa menjadi pusat logistik dan distribusi produk Indonesia di kawasan ini,” tegas Nurdin dalam pernyataannya pada Minggu, 10 Agustus 2025.
Menurutnya, hubungan dagang ini memiliki dimensi geopolitik dan geoekonomi yang strategis di tengah persaingan global.
Lebih jauh, Nurdin menjelaskan bahwa kedekatan geografis, diaspora Indonesia di Australia, serta keunggulan produk lokal Indonesia memberi modal kuat untuk ekspansi pasar.
Ia juga menyoroti potensi 62 juta pelaku UMKM sebagai tulang punggung ekspor bernilai tambah.
Tantangan tetap besar. Di satu sisi, produk Indonesia kaya akan kerajinan, makanan, dekorasi, dan hasil perkebunan. Namun di sisi lain, banyak UMKM belum siap dari sisi standar mutu ekspor, sertifikasi, dan konsistensi pasokan.
“Total perdagangan naik dari Rp 185 triliun menjadi Rp 382 triliun. Ini bukti bahwa peluang besar terbuka,” kata Nurdin. “Sekarang tinggal bagaimana kita memaksimalkannya, bukan hanya oleh perusahaan besar, tapi juga koperasi dan UMKM.”
Baca juga:
Perang Prioritas Tasikmalaya, Infrastruktur Atau Pendidikan?
“Dalam kunjungan ke Australia, Nurdin Halid menyampaikan gagasan menjadikan Australia sebagai pusat distribusi produk Indonesia ke kawasan Indo-Pasifik. Potensi besar, tapi apakah strategi dan infrastrukturnya siap?”
#EksporUMKM #IndoPasifik #HubAustralia #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia