GalaPos ID, Jakarta.
Di Gaza, menjadi jurnalis berarti berjalan di garis api — bukan hanya dari ledakan dan peluru, tetapi dari kekuatan yang secara sadar ingin melenyapkan saksi mata.
Sejak 2023, lebih dari 170 jurnalis tewas dalam agresi Israel, menjadikan profesi ini salah satu yang paling mematikan di wilayah konflik tersebut.
![]() |
| Foto X: dina_sulaeman |
“Ketika suara dibungkam, siapa yang akan menyampaikan kebenaran? Di Gaza, menjadi jurnalis kini setara dengan menantang maut — dan Israel tahu itu.”
Baca juga:
- FSPPSN Merapat, Sarbumusi Bersiap Lawan SBSI
- Tragedi Sungai Gombong, Pemuda Tewas Tenggelam
- Diserang Hoaks, Heni Sagara Ambil Langkah Hukum
Gala Poin:
1. AJI Indonesia mengutuk pembunuhan jurnalis oleh Israel sebagai bentuk penghilangan kebenaran.
2. Israel dituding menggunakan kekerasan sistematis untuk membungkam pelaporan dari zona konflik.
3. AJI menyerukan sanksi dari PBB dan perlindungan menyeluruh untuk jurnalis Palestina.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia angkat suara lantang, menyebut pembantaian sistematis ini bukan sekadar kejahatan perang, melainkan genosida informasi: penghancuran kebenaran melalui pembunuhan mereka yang berusaha menyampaikannya.
Ketika suara jurnalis dilenyapkan, siapa yang akan bersaksi atas penderitaan rakyat Gaza?
Pembunuhan terhadap lebih dari 170 jurnalis di Gaza sejak 2023 oleh militer Israel kembali menuai kecaman keras.
Baca juga:
FSPPSN Merapat, Sarbumusi Bersiap Lawan SBSI
Pernyataan tegas itu datang dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, tak lama tragedi yang menimpa Jurnalis di Gaza.
AJI Indonesia menilai pembantaian itu sebagai bagian dari kejahatan yang lebih besar: penghilangan kebenaran dan genosida informasi.
“Serangan ini merupakan bagian dari upaya membungkam fakta, menekan kebenaran dan suara independen yang melaporkan kekejaman serta krisis kemanusiaan di Gaza,” tegas Nany Afrida, Ketua Umum AJI Indonesia, dalam keterangan resminya, Selasa, 12 Agustus 2025.
![]() |
| Foto X: Mustafa2AlMomri |
Dalam pernyataan sikapnya, AJI Indonesia menyebut bahwa militer Israel secara sadar menargetkan pekerja media — termasuk dalam serangan terbaru di dekat Rumah Sakit al-Shifa, yang menewaskan jurnalis-jurnalis Palestina.
Mereka mendesak Dewan Keamanan PBB untuk menghukum Israel dan menghentikan kebijakan blokade media yang selama ini dilakukan.
“Solidaritas kami bagi seluruh jurnalis yang berani menegakkan hak publik atas informasi akurat dan independen,” lanjut Nany.
Baca juga:
Saat Pendidikan Tergerus Longsor dan Banjir
“Kami juga menyerukan perlindungan penuh bagi jurnalis Palestina tanpa pengecualian,” tulisnya.
AJI menilai kekerasan terhadap jurnalis bukan sekadar pelanggaran HAM, melainkan upaya terencana menghapus saksi mata dari kejahatan kemanusiaan.
Ketika media internasional dibatasi aksesnya, jurnalis lokal menjadi satu-satunya sumber kebenaran — dan justru itulah yang diincar.
Baca juga:
Perang Prioritas Tasikmalaya, Infrastruktur Atau Pendidikan?
“AJI Indonesia mengecam pembunuhan jurnalis oleh militer Israel, menyebutnya sebagai bagian dari upaya sistematis membungkam kebenaran. Mereka mendesak PBB menjatuhkan sanksi, serta menuntut perlindungan penuh bagi jurnalis Palestina.”
#StopKekerasanPers #SolidaritasJurnalis #SaveGazaMedia #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia
.jpg)
.png)