GalaPos ID, Jatim.
Di Bondowoso, air tak lagi mengalir dari keran—melainkan dari truk tangki, tetesan demi tetesan yang diperebutkan ribuan keluarga. Di tengah musim kemarau yang semakin panjang, 12 kecamatan dan 19 desa di kabupaten ini dilanda kekeringan parah.
“Hanya 10 liter air bersih untuk satu rumah dalam sehari. Itu pun harus ditunggu, diantre, dan terkadang habis sebelum giliran tiba. Di Bondowoso, air kini jadi barang mewah.”
Baca juga:
- Jaringan Narkoba Gresik Dibongkar, Kos Jadi Gudang Sabu
- Sinergi DPR dan Kemenpar Kembangkan Wisata Kreatif Trenggalek
- Lisa Mariana Tes DNA, Taruhan Harga Diri dan Klaim Kebenaran
Gala Poin:
1. Kekeringan melanda 12 kecamatan dan 19 desa di Bondowoso, berdampak pada lebih dari 4.800 keluarga.
2. Warga hanya menerima 10 liter air bersih per pengiriman dari BPBD.
3. Distribusi air terus dilakukan, namun kebutuhan warga jauh dari tercukupi.
Warga hanya mendapat jatah 10 liter air bersih per hari, jumlah yang tak cukup bahkan untuk kebutuhan dasar.
Ironisnya, di negeri yang dikelilingi laut dan sungai, ada warga yang harus berjalan berkilometer hanya untuk satu ember air.
Pemerintah menyebut ini sebagai darurat bencana kekeringan. Tapi bagi warga, ini lebih dari sekadar status administratif—ini adalah pertarungan harian antara hidup, haus, dan harapan yang kian kering.
Baca juga:
CSR untuk Rakyat, Mengalir ke DPR dan Berubah Jadi Properti Mewah?”
Sebanyak 12 kecamatan di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, dilanda kekeringan dan krisis air bersih sejak Juli 2025. Akibatnya, ribuan keluarga kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan harian.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bondowoso mencatat, 4.820 keluarga dari 19 desa terdampak langsung kekeringan. Pemerintah daerah telah menetapkan status darurat bencana kekeringan melalui surat keputusan resmi.
“Distribusi air bersih masih terus dilakukan dengan anggaran dari BPBD Bondowoso. Kami juga mendapat tambahan dana dari BPBD Provinsi untuk dua bulan ke depan,” kata Sekretaris BPBD Bondowoso, Kristianto Putro, Kamis 7 Agustus 2025.
Wilayah terdampak tersebar di Kecamatan Probolinggo, Taman Krocok, Curahdami, Wringin, Sumber Wringin, Wonosari, Tamanan, Tapen, Jambesari Darus Sholah, Pakem, Klabang, dan Maesan.
“Wilayah paling parah berada di bagian timur, antara Desa Cerme, Botolinggo, dan Klabang, dengan jumlah warga terdampak terbesar,” tambah Kristianto.
Setiap desa terdampak hanya menerima 10 liter air bersih setiap kali pengiriman.
Baca juga:
Munjan di Persimpangan: Kaya Cumi, Murah Harga
Jumlah ini jelas tak mencukupi untuk memasak, mandi, dan mencuci. Hingga awal Agustus, BPBD mengklaim telah mendistribusikan lebih dari 140 ribu liter air ke desa-desa terdampak.
Namun di lapangan, kebutuhan air terus meningkat seiring cuaca yang makin panas dan minimnya sumber air alternatif.
Banyak warga terpaksa berjalan jauh ke sumber mata air yang masih aktif, meski debitnya juga semakin menipis.
Baca juga:
Konflik Warga vs PT DSJ, Bupati Kaur Jadi Penjamin Tahanan
“Sejak sebulan terakhir, ribuan keluarga di Bondowoso hidup dalam krisis air bersih. Pemerintah mendistribusikan air, namun kebutuhan jauh dari tercukupi. Warga berjalan jauh, cuaca panas makin memperparah.”
#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #BondowosoKekeringan #KrisisAirBersih #DaruratAir
0 Komentar