GalaPos ID, Jabar.
Ironi tak bisa dihindari ketika semangat pemerataan pendidikan terus digembar-gemborkan pemerintah, sementara di SD Negeri Ciawi 5, Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat (Jabar), puluhan siswa masih belajar di ruang kelas yang nyaris ambruk.
Atap-atap rapuh hanya ditopang oleh bambu seadanya—bukan solusi sementara, melainkan "normal baru" yang sudah berlangsung bertahun-tahun.
“Ketika pawai makanan dan panggung hiburan meriah menyambut hari jadi kabupaten, ribuan anak SD di Ciawi 5 harus bertahan masuk kelas yang nyaris ambruk, hanya ditopang bambu.”
Baca juga:
- Bondowoso Kekeringan, Warga Hidup dari 10 Liter Air
- Lingkungan RSUD Praya Kotor, Siapa Bertanggung Jawab?
- Advokasi Buruh dan Rakyat Kecil, Pengurus LBH K-SARBUMUSI Dilantik
Gala Poin:
1. Ruang kelas SDN Ciawi 5 ditopang bambu karena atap nyaris ambruk namun tidak kunjung diperbaiki.
2. Hujan dan gempa terus memperparah kondisi kelas, mengganggu proses belajar mengajar.
3. Siswa harus beralih ke pembelajaran daring demi keselamatan, tanpa perbaikan dari pemerintah.
Saat gedung-gedung baru dibangun demi pencitraan, sekolah dasar ini seolah ditinggalkan dari prioritas pembangunan.
Getaran gempa dan hujan deras hanya mempercepat kerusakan, mengancam keselamatan siswa dan guru setiap hari.
Namun, suara mereka tenggelam di antara pidato-pidato seremonial yang merayakan ulang tahun daerah, seolah keselamatan anak-anak ini bukan bagian dari agenda utama.
Baca juga:
LMK vs UMKM: Siapa yang Diuntungkan?
Di tengah hingar-bingar perayaan hari jadi Kabupaten Tasikmalaya ke‑393, warga SDN Ciawi 5, Kecamatan Karangnunggal, menjalani rutinitas belajar di ruang kelas yang rapuh dan berbahaya.
Hampir seluruh atap kelas ditopang bambu seadanya, kondisi seperti ini telah berlangsung bertahun-tahun tanpa perbaikan.
Dampak gempa dan intensitas hujan tinggi memperparah situasi.
Kepala Sekolah Herlina menjelaskan kondisi terparah berada di kelas 3 dan 4.
“Keadaan ruangan kelas ya seperti ini, ditopang bambu, sudah mau rubuh. Kalau hujan, air masuk semua,.” ucap Herlina, dikutip Jumat, 8 Agustus 2025.
Baca juga:
Munjan, Pintu Gerbang Potensi Laut Anambas yang Terlupakan
Setiap hujan turun, sekolah terpaksa melangsungkan pembelajaran secara daring, demi keselamatan siswa dan guru.
Mereka hanya bisa menunggu perhatian serius dari pemerintah agar belajar bisa berlangsung aman dan nyaman.
Baca juga:
Jaringan Narkoba Gresik Dibongkar, Kos Jadi Gudang Sabu
“Di saat Kabupaten Tasikmalaya merayakan hari jadinya ke‑393 dengan semarak, siswa SDN Ciawi 5 belajar di ruang kelas yang atapnya ditopang bambu — sebuah refleksi pahit atas prioritas pendidikan yang diabaikan.”
#SekolahDarurat #PendidikanTerabaikan #AnakButuhAman #PerayaanTakCukup #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia
0 Komentar