GalaPos ID, Cilegon.
Proyek PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) kembali menjadi sorotan dalam kunjungan kerja Komisi VII DPR RI pada Jumat, 21 November 2025. Legislator memandang proyek bernilai USD 3,9 miliar ini sebagai infrastruktur industri yang harus dijaga ketat, terutama karena Indonesia masih mengimpor lebih dari 50 persen kebutuhan petrokimia.
Selain itu mitigasi risiko keterlambatan, volatilitas harga bahan baku, kompetisi global, hingga dampak pada UMKM.
![]() |
| Komisi VII DPR RI di PT Lotte Chemical Indonesia. Foto: istimewa |
"Dengan nilai investasi USD 3,9 miliar, Lotte Chemical Indonesia diminta menjawab sederet isu krusial—dari keterlambatan proyek, daya saing biaya, hingga integrasi UMKM. Peresmian mungkin sudah terjadi, tetapi pertanyaan-pertanyaan publik justru baru dimulai."
Baca juga:
- Dua Wajah Pasar Kripto, Fear & Greed Index 15 vs Proyeksi Brandt USD 150.000
- Ribuan Warga Mengungsi, Pemulihan Longsor Majenang Masih Lambat
- Cara Jalan Kaki yang Benar untuk Menurunkan Berat Badan
Gala Poin:
1. Komisi VII menilai LCI proyek strategis dengan dampak besar pada substitusi impor petrokimia.
2. DPR mengajukan 10 pertanyaan kritis terkait risiko operasional, daya saing global, dan dampak sosial ekonomi.
3. Isu ketergantungan impor bahan baku dan tekanan global menjadi fokus evaluasi utama.
Dalam pernyataannya, Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Golkar, Ilham Permana, menegaskan bahwa proyek LCI bukan sekadar investasi industri. Ia menyebutnya sebagai tonggak yang dapat menggeser peta kemandirian nasional.
“Keberadaan proyek Lotte Chemical LINE senilai USD 3,9 miliar bukan hanya investasi—tetapi game changer yang akan menentukan arah kemandirian industri nasional kita,” ujarnya.
Meski begitu, Ilham menegaskan bahwa kunjungan ini bukan sekadar memastikan progres konstruksi, tetapi mengevaluasi apakah proyek tersebut benar-benar akan mendorong kemandirian dan efisiensi industri.
Ia menyoroti target 1.000 KTA etilena dan 520 KTA propilena sebagai barometer efektivitas kebijakan industrialisasi pemerintah.
Baca juga:
Bitcoin Anjlok ke USD 87.000, Ada Peringatan Skenario Max Pain
Komisi VII mengajukan 10 pertanyaan strategis kepada LCI, mulai dari kepastian operasi komersial semester II 2025, volatilitas laporan bahan baku, dampak oversupply resin di Asia, potensi dumping, hingga keterlibatan UMKM dalam rantai pasok.
Salah satu isu terbesar adalah ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan baku.
Pertanyaannya tegas: bagaimana LCI memastikan keberlanjutan pasokan nafta dan LPG yang masih diimpor, serta menjaga daya saing di tengah fluktuasi harga global?
Selain itu, Komisi VII menekankan integrasi UMKM, penegakan standar SNI, dampak lingkungan, hingga strategi komunikasi publik yang melibatkan Antara, TVRI, dan RRI.
DPR juga menyoroti risiko keterlambatan proyek akibat perizinan, pasokan material, dan persoalan teknis.
![]() |
| Anggota Komisi VII DPR RI Ilham Permana. Foto: istimewa |
Ilham menegaskan bahwa semua pertanyaan ini berangkat dari satu tujuan: memastikan proyek LCI bukan hanya kebanggaan Banten, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi ekonomi nasional serta memperkuat posisi Indonesia dalam rantai industri petrokimia Asia.
Diketahui, peresmian PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) oleh Presiden RI pada 10 November lalu dinilai sebagai momentum besar bagi industri petrokimia nasional. Namun bagi Anggota Komisi VII DPR RI, Ilham Permana, proyek ini tidak boleh dipandang sebelah mata.
Ia menilai LCI memang bisa menjadi titik balik, tetapi hanya jika pemerintah dan industri mampu menjawab persoalan paling mendasar: ketergantungan impor bahan baku dan daya saing biaya produksi.
Baca juga:
UMKM Indonesia Sulit Berkembang? Ini Masalah Utamanya
"Komisi VII DPR RI menilai proyek Lotte Chemical Indonesia bernilai strategis bagi kemandirian industri nasional. Namun DPR mengajukan sederet pertanyaan kritis tentang risiko keterlambatan, volatilitas harga bahan baku, kompetisi global, hingga dampak pada UMKM."
#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #LCI2025 #Petrokimia #KomisiVII

