GalaPos ID, Lumajang.
Di tengah situasi belum stabil akibat erupsi Gunung Semeru, kondisi para penyintas di pengungsian kian mengkhawatirkan. Persediaan obat di sejumlah pos pengungsian dilaporkan semakin menipis, bahkan hampir habis.
Situasi ini diperparah oleh hujan abu yang masih terus berlangsung di wilayah terdampak.
![]() |
| Stok obat hampir habis sehingga memperburuk kondisi para penyintas; kebutuhan mendesak mencakup obat pernapasan, antihipertensi, suplemen, dan multivitamin, Sabtu, 22 November 2025. |
"Di tengah abu vulkanik yang terus turun, persediaan obat di pengungsian menipis. Para lansia, anak-anak, hingga relawan menghadapi risiko kesehatan yang semakin serius."
Baca juga:
- Abu Vulkanik Selimuti Jalan, Petugas Tutup Jalur Selatan Semeru
- Komunitas Brenx Gerakkan Anak Muda Depok Jauhi Narkoba
- Komisi VII Minta Pemerataan Industri Petrokimia Nasional
Gala Poin:
1. Ketersediaan obat di pengungsian penyintas Semeru semakin menipis.
2. Para penyintas mengalami gangguan pernapasan, hipertensi, stres, dan trauma.
3. Petugas medis mendesak pengiriman obat dan multivitamin untuk pengungsi serta relawan.
Di Pos Pengungsian SDN 4 Supiturang, lebih dari 100 warga bertahan. Mayoritas adalah lansia dan anak-anak dari Dusun Sumbersari, Desa Supiturang — salah satu wilayah terdampak terparah. Rumah mereka hancur dan tidak ada harta benda yang berhasil diselamatkan.
Gangguan pernapasan menjadi keluhan utama yang terus bertambah. Abu vulkanik memperburuk kondisi kesehatan para penyintas. Selain itu, banyak warga mengeluhkan pusing, tekanan darah tinggi, hingga trauma psikologis.
Dhian, petugas medis yang menangani pengungsi sejak hari pertama, membenarkan kondisi tersebut.
“Mayoritas para pengungsi mengalami sesak napas dan tensi yang sebagian besar tinggi serta mengalami stres dan traumatik. Obat pun juga mulai menipis semoga dapat segera kita atasi,” jelas Dhian, Sabtu, 22 November 2025.
Baca juga:
Ilham Permana Soroti LCI soal Bahan Baku, UMKM, dan Daya Saing Global
Petugas medis berharap segera ada pengiriman obat-obatan ke lokasi. Bukan hanya obat, mereka juga meminta tambahan multivitamin untuk para pengungsi dan relawan.
“Para relawan dan petugas selama memberikan pelayanan juga harus diimbangi dengan vitamin agar tetap sehat dan kondisi fit,” pungkas Dhian.
Krisis obat ini menunjukkan bahwa respons bantuan masih belum maksimal. Kondisi abu vulkanik yang tak kunjung mereda semakin menempatkan kelompok rentan—anak-anak, lansia, dan relawan—pada risiko kesehatan berlipat.
Sebelumnya ditempat terpisah, hujan deras yang mengguyur Kawasan Puncak Gunung Semeru, Jumat sore 21 November 2025, kembali memicu bencana susulan. Aliran Sungai Besuk Kobokan menerjang banjir lahar dingin setelah air hujan menghantam timbunan material vulkanik erupsi.
Letusan sekunder terjadi berulang di bawah Jembatan Gladak Perak atau Jembatan Besuk Kobokan, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro. Di lapangan terlihat kepulan asap panas membumbung tinggi.
Abu pekat terbawa angin hingga menyelimuti kawasan sekitar jembatan. Dampaknya langsung terasa: jarak pandang turun drastis hingga hanya satu meter. Petugas menghentikan seluruh kendaraan yang mencoba melintas. Jalan dinyatakan tidak aman. Permukaan aspal dipenuhi lumpur vulkanik yang licin dan berpotensi memicu kecelakaan.
Baca juga:
10 Cara Menghafal, Mana yang Benar Bekerja untuk Otak?
"Persediaan obat di pengungsian Semeru hampir habis. Para penyintas mengalami gangguan pernapasan, tekanan darah tinggi, dan trauma, sementara petugas medis mendesak pengiriman obat dan vitamin."
#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #Pengungsian #Semeru #KrisisObat
.jpeg)
.jpeg)