GalaPos ID, Kendari.
Setelah viralnya penggerebekan pasangan berselingkuh di sebuah penginapan di Kendari, publik kembali menyoroti penyebab dan pola perselingkuhan di era modern.
Kasus ini menjadi cermin kompleksitas hubungan rumah tangga — di mana komunikasi, keintiman, dan kepercayaan semakin diuji oleh teknologi.
Dari masalah emosional hingga kecanduan validasi digital, fenomena ini merefleksikan rapuhnya komunikasi dalam banyak rumah tangga Indonesia.
"Perselingkuhan bukan lagi sekadar kisah cinta terlarang — ia adalah gejala sosial. Di era notifikasi dan pesan rahasia, kesetiaan kini tak hanya diuji oleh godaan, tapi juga oleh jarak dan teknologi."
Baca juga:
- Miris! Orang Tua Kandung Terlibat Penjualan Bayi Lewat Media Sosial
- Skandal Perselingkuhan Mamah Muda, dari Drone Hingga Grebek di Toilet
- Mak Yong dan Joget Dangkong Guncang Malam Budaya di Batam
Gala Poin:
1. Perselingkuhan sering dipicu oleh ketidakpuasan emosional, kebosanan, dan lemahnya komunikasi pasangan.
2. Teknologi mempermudah perselingkuhan, mulai dari aplikasi rahasia hingga media sosial.
3. Fenomena ini menunjukkan tantangan baru dalam menjaga kesetiaan di era digital.
Para pakar hubungan menilai, motif perselingkuhan tidak tunggal. Ia sering kali berakar dari ketidakpuasan emosional, rasa bosan, atau kebutuhan validasi diri.
Hubungan yang kehilangan komunikasi terbuka membuat salah satu pihak mencari pelarian — baik secara emosional maupun fisik. Ketika kebutuhan untuk didengar tak terpenuhi, pesan-pesan di media sosial bisa berubah menjadi ruang pelarian yang berbahaya.
Selain itu, modifikasi teknologi telah memudahkan modus perselingkuhan. Dari penggunaan aplikasi pesan rahasia hingga akun palsu di media sosial, teknologi kini menjadi “pagar digital” yang justru melindungi kebohongan.
Baca juga:
Akhir Pencarian, Santri Asal Cilacap Ditemukan di Saluran Irigasi Banyumas
Aksi penggerebekan tak biasa terjadi di sebuah penginapan di Kelurahan Wawowanggu, Kecamatan Kadia, Kota Kendari, Minggu, 19 Oktober 2025, lalu. Dua pasangan sah bersekongkol membongkar perselingkuhan pasangan masing-masing, setelah kecurigaan yang terpendam berubah menjadi kenyataan pahit.
Pria berinisial ER dan wanita berinisial W terciduk tengah berada di dalam kamar penginapan. Saat digerebek, ER tampak sedang merokok di depan kamar, sementara W ditemukan di kamar mandi hanya mengenakan handuk berwarna merah muda.
Penggerebekan dilakukan oleh IK (28), suami W, dan F (23), istri ER. Keempatnya diketahui merupakan warga Kecamatan Abuki, Kabupaten Konawe.
Perselingkuhan modern juga memunculkan fenomena baru: pemerasan dengan modus jebakan selingkuh, di mana pelaku memanfaatkan situasi intim korban untuk menuntut uang atau barang berharga.
Modusnya bisa lewat media sosial, bahkan lewat aplikasi ojek online. Mereka menyembunyikan percakapan dalam platform yang dianggap aman.
Tak hanya dalam hubungan fisik, kini muncul istilah perselingkuhan emosional — di mana seseorang membangun kedekatan batin dengan orang lain, meskipun tanpa kontak fisik. Dalam banyak kasus, bentuk ini justru lebih menyakitkan karena terjadi di ruang kepercayaan yang seharusnya paling aman.
Fenomena ini memperlihatkan realitas getir: keintiman yang rapuh dan komunikasi yang hilang menjadi lahan subur bagi perselingkuhan.
Kepolisian dan lembaga sosial di Kendari menyerukan agar masyarakat lebih terbuka menyelesaikan konflik rumah tangga secara sehat, bukan dengan kekerasan atau penggerebekan.
Perselingkuhan, dalam bentuk apa pun, selalu meninggalkan luka sosial — bagi pasangan, anak, hingga komunitas tempat mereka tinggal.
Baca juga:
Intip Kekayaan Raisa-Hamish Daud, Ditengah Kabar Cerai Kisah Cinta Ikonik
Sementara, Psikolog klinis Pingkan Rumondor menyebut definisi selingkuh dimulai dari ketertarikan indovidu.
"Definisi selingkuh menurut saya adalah adanya ketertarikan dan kedekatan, baik secara fisik, emosional, atau seksual dengan pihak di luar hubungan yang dirahasiakan dari pasangan resmi, dan melanggar komitmen hubungan," kata Pingkan, pada Kamis, 5 Juni 2025, kepada CNNIndonesia.
Dia berkata tidak semua kedekatan dengan rekan kerja lawan jenis otomatis tergolong selingkuh.
Menurutnya, jika pasangan mengetahui dan menyetujui hubungan tersebut serta tidak ada pelanggaran komitmen, maka hal itu bisa jadi sebatas persahabatan.
"Kedekatan emosional dengan rekan kerja, yang diketahui dan disetujui pasangan karena masih sejalan dengan komitmen, belum tentu selingkuh. Bahkan dalam beberapa kasus hubungan terbuka atau poliamori yang disepakati, kontak fisik dengan pihak ketiga pun belum tentu dikategorikan sebagai pengkhianatan," tambahnya.
Sebuah hubungan menurut dia baru dikatakan perselingkuhan jika ada rahasia atau interaksi yang dirahasiakan dari pasangan. Inilah yang dinamakan cheating atau selingkuh karena mencoba bermain dari belakang.
Baca juga:
Janji Manis Pengembang Bodong, Uang Ludes Rumah Tanah Tak Ada
"Kasus penggerebekan perselingkuhan di Kendari membuka perbincangan luas: mengapa orang berselingkuh? Dari masalah emosional hingga kecanduan validasi digital, fenomena ini merefleksikan rapuhnya komunikasi dalam banyak rumah tangga Indonesia."
#FenomenaSelingkuh #TeknologiDanMoral #KrisisKepercayaan #CintaDigital #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia
.jpg)
.jpg)