GalaPos ID, Jakarta.
Kebijakan pemerintah menyuntikkan Rp 200 triliun ke bank-bank Himbara mulai membuahkan hasil. Data terbaru menunjukkan, kredit perbankan tumbuh signifikan, dengan realisasi penyaluran dana injeksi telah menggerakkan sektor riil.
Kredit memang tumbuh, tetapi belum merata di seluruh bank. BTN, misalnya, baru menyerap 19% dari total dana.
"Rp 200 triliun sudah digelontorkan, kredit mulai tumbuh. Tapi apakah semua bank siap menyerapnya? Siapa yang paling diuntungkan dan apa dampak jangka panjangnya bagi ekonomi rakyat?"
Baca juga:
- Efek Domino Injeksi Likuiditas, Dari Himbara ke Sektor Riil
- Mengulik Klaim Manfaat Pisang, Seberapa Besar Buktinya?
- Bupati Batubara Tolak Anggaran Mobil, DPRD Pertanyakan
Gala Poin:
1. Kredit Tumbuh, Tapi Tak Merata. Data menunjukkan pertumbuhan kredit memang meningkat secara nasional, namun tidak semua bank menunjukkan kinerja serapan dana yang optimal. BTN, misalnya, hanya menyalurkan 19% dari total dana yang diterima. Ini menimbulkan pertanyaan tentang kesiapan bank dan efektivitas alokasi dana.
2. Risiko Konsentrasi & Kesenjangan Distribusi. Penyaluran masih terkonsentrasi di bank-bank besar milik negara. Pemerintah belum mempertimbangkan distribusi ke bank swasta karena alasan likuiditas, namun potensi kolaborasi dengan BPD mulai dibuka. Apakah ini sinyal ketidakseimbangan sistem keuangan?
3. Dampak Positif, Tapi Butuh Transparansi. Penurunan suku bunga dan bertambahnya likuiditas jadi dampak positif langsung. Tapi akuntabilitas penggunaan dana publik dalam skema ini belum mendapat pengawasan ketat dari parlemen maupun publik. Risiko moral hazard dan penyalahgunaan dana tetap harus diantisipasi.
Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu, Febrio Kacaribu, mengungkapkan, penyerapan dana oleh Himbara berjalan sesuai harapan sejak digelontorkan pada 12 September 2025.
“Tingkat bunganya (menjadi) sekitar 3,8%. Angka ini jelas lebih murah dibandingkan cost of fund (CoF) perbankan. Dengan dana yang lebih murah, bank Himbara tentu akan memperluas penyaluran uang ini ke sektor riil,” terang Febrio di Kantor Ditjen Pajak, Jakarta, Kamis, 9 Oktober 2025.
Febrio optimistis, pertumbuhan kredit akan mencapai double digit di akhir tahun.
“Kita harapkan kalau di Agustus itu masih 7% pertumbuhan kreditnya, di akhir tahun ini bisa menuju ke 10%,” ucapnya.
Baca juga:
Nasionalisme Budaya dan Ekonomi, Strategi Baru Ketahanan Indonesia
Realisasi Penyaluran per Bank
Bank Mandiri (BMRI): Menyalurkan Rp 40,6 triliun (74%) dari total dana Rp 55 triliun.
BRI (BBRI): Realisasi Rp 33,9 triliun (62%) dari Rp 55 triliun.
BNI (BBNI): Penyaluran Rp 27,6 triliun (50%) dari Rp 55 triliun.
Bank Syariah Indonesia (BRIS): Realisasi Rp 5,5 triliun (55%) dari Rp 10 triliun.
BTN (BBTN): Baru menyalurkan Rp 4,8 triliun (19%) dari Rp 25 triliun.
Rendahnya penyerapan BBTN membuat Purbaya mempertimbangkan alih dana ke bank pembangunan daerah (BPD), seperti Bank Jakarta dan Bank Jatim.
Namun, belum ada rencana menyalurkan ke bank swasta seperti BCA, yang dinilai telah memiliki likuiditas melimpah.
Purbaya meyakini, likuiditas yang diinjeksi ke Himbara secara tidak langsung menyebar ke bank swasta dan sistem perekonomian.
“Buktinya, sekarang likuiditas perekonomian bertambah dan bunga pasar menurun. Itulah dampak yang saya lakukan untuk menambah likuiditas di pasar, menurunkan bunga, serta menggerakkan ekonomi,” tutur Purbaya.
Sementara, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menambahkan, langkah ini diperkuat dengan inisiatif lain seperti pengembangan bullion Bank dan operasional Danantara sebagai holding investasi nasional.
Pemerintah juga mendorong perluasan transaksi mata uang lokal (LCT), termasuk dengan Uni Emirat Arab, untuk mengurangi ketergantungan pada Dolar AS
Baca juga:
Inflasi Mengintai, Tapi Ethereum Masih Jadi Andalan Investor Global
"Pemerintah mengandalkan kebijakan injeksi dana ke perbankan Himbara sebagai tumpuan pertumbuhan ekonomi. Kredit memang tumbuh, tetapi belum merata di seluruh bank. BTN, misalnya, baru menyerap 19% dari total dana. Artikel ini menyoroti realisasi, dampak nyata, dan potensi distorsi dari strategi penyuntikan likuiditas besar-besaran."
#Kredit #BankHimbara #Ekonomi #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia