GalaPos ID, Lamongan.
Satu langkah maju dalam pemantauan gangguan bipolar lahir dari tangan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Lamongan (UMLA), Rohmatul Badiyah.
Dengan alat bernama Bipohear, ia menggabungkan ilmu fisika dan teknologi untuk mendeteksi potensi gangguan bipolar melalui frekuensi suara manusia.
"Inovasi tak melulu datang dari laboratorium besar. Di sebuah kampus kecil di Lamongan, seorang mahasiswa membuktikan bahwa kepedulian bisa berubah jadi teknologi yang menyelamatkan jiwa."
Baca juga:
- Bitcoin US$126.000 Tergelincir, Tapi Analis Masih Bullish
- Tukar Sampah Dapat Sembako, Inovasi Unggulan Pohuwato
- Efek Domino Injeksi Likuiditas, Dari Himbara ke Sektor Riil
Gala Poin:
1. Bipohear memanfaatkan frekuensi suara untuk mendeteksi perubahan emosi pada penderita bipolar.
2. Inovasi ini dikembangkan oleh mahasiswa fisika dengan pendekatan ilmiah berbasis IoT.
3. Alat telah terpublikasi dan akan dikembangkan lebih lanjut untuk aplikasi klinis dan keluarga.
Alat ini menggunakan sensor MAX9814 yang terintegrasi dengan mikrokontroler Arduino Nano dan modul Internet of Things (IoT).
Dengan sistem tersebut, frekuensi suara percakapan pasien direkam, dianalisis, dan dibandingkan dengan data referensi ilmiah untuk mendeteksi tanda-tanda awal gangguan bipolar.
“Pada pasien bipolar, pergeseran emosi bisa terlihat dari frekuensi suara. Fase mania menghasilkan nada tinggi dan cepat, fase depresi cenderung rendah dan monoton,” jelas Rohmatul, Selasa, 7 Oktober 2025.
Baca juga:
Mengulik Klaim Manfaat Pisang, Seberapa Besar Buktinya?
Meski terlihat sederhana, inovasi ini mampu menganalisis perubahan suasana hati ekstrem secara real-time. Ia menambahkan, alat ini akan memunculkan emoji hati pada layar sebagai simbol kondisi emosional pengguna.
"Responden lebih mudah mengetahui kondisinya dengan visualisasi seperti emoji," ujar Rohmatul Badiyah.
Inovasi tersebut dikembangkan di bawah bimbingan dosen Uswatun Chasanah dan Asmaul Lutfi Marufah.
Tidak hanya menjadi proyek tugas akhir, karya Bipohear berhasil dinobatkan sebagai salah satu karya terbaik Universitas Muhammadiyah Lamongan tahun 2025, dan akan menerima penghargaan khusus dalam Wisuda ke-7 UMLA pada 11 Oktober mendatang.
Di balik keberhasilannya, Rohmatul mengaku tak menyangka penelitiannya akan mendapat respons positif dari berbagai kalangan.
Penelitiannya kini telah dipublikasikan dalam jurnal nasional Gravity (SINTA 3) dan dijadikan skripsi terbaik UMLA tahun ini.
Baca juga:
Bupati Batubara Tolak Anggaran Mobil, DPRD Pertanyakan
"Dari kampus kecil di Lamongan, lahir inovasi besar yang menyasar masalah serius: gangguan bipolar. Seorang mahasiswa berhasil menciptakan alat deteksi dini berbasis suara, memberi harapan baru di dunia kesehatan mental Indonesia."
#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #Bipohear #TeknologiKesehatanMental #InovasiAnakBangsa