GalaPos ID, Jabar.
Ketika slogan pemerataan pendidikan terus digaungkan dan anggaran infrastruktur diklaim mengalir deras, murid-murid SDN 3 Kutajaya, Kecamatan Kutawaluya, Karawang, justru belajar dalam bayang-bayang maut.
Tiga ruang kelas di sekolah ini rusak berat: atap rapuh, genteng bocor, dan kayu lapuk yang sewaktu-waktu bisa runtuh.
“Setiap tetes hujan bukan lagi penyejuk bagi siswa SDN 3 Kutajaya, Karawang. Di ruang kelas yang lapuk dan bocor, hujan justru membawa ketakutan: akankah atap ambruk kali ini?”
Baca juga:
Gala Poin:
1. Tiga ruang kelas SDN 3 Kutajaya rusak berat dan membahayakan siswa.
2. Ruang tetap digunakan karena tidak ada ruang pengganti.
3. Pihak sekolah berharap pemerintah segera turun tangan.
Ironisnya, ruang-ruang berbahaya ini tetap digunakan karena sekolah tak punya pilihan lain.
Setiap hujan turun, guru harus mengevakuasi siswa dengan cemas, berharap atap tak runtuh hari itu. Sementara itu, janji perbaikan dari pemerintah belum juga menjadi kenyataan.
Di sini, mimpi anak-anak tentang masa depan nyaris terkubur di balik dinding retak dan langit-langit yang menggantungkan ancaman.
Baca juga:
Bondowoso Kekeringan, Warga Hidup dari 10 Liter Air
Di tengah gencarnya slogan pemerataan pendidikan dan perbaikan infrastruktur, realita di SDN 3 Kutajaya, Kecamatan Kutawaluya, Karawang, Provinsi Jawa Barat (Jabar), justru berbanding terbalik.
Tiga ruang kelas di sekolah ini nyaris ambruk, dengan genteng bocor dan atap rapuh yang menjadi ancaman nyata bagi keselamatan siswa dan guru.
Hampir dua tahun terakhir, proses belajar mengajar berlangsung di tengah kondisi yang mengkhawatirkan.
Kondisi memprihatinkan ini dibenarkan oleh Kepala Sekolah SDN 3 Kutajaya Salma Sari.
"Ya terpaksa kelasnya dipake untuk belajar karena tidak ada kelas lain, yang saya khawatirkan di saat belajar bangunan ambruk dan menimpa anak-anak," ujar Salma Sari, 8 Agustus 2025.
Setiap kali hujan turun, guru-guru harus segera mengevakuasi siswa ke luar kelas demi menghindari risiko ambruk.
Baca juga:
Lingkungan RSUD Praya Kotor, Siapa Bertanggung Jawab?
Namun, keterbatasan ruang membuat proses belajar tak punya alternatif.
Sekolah dan orang tua siswa kini hanya bisa berharap pada uluran tangan pemerintah.
Sebelum jatuh korban, mereka meminta tindakan nyata, bukan sekadar janji dan rencana.
Baca juga:
Advokasi Buruh dan Rakyat Kecil, Pengurus LBH K-SARBUMUSI Dilantik
“Puluhan siswa SDN 3 Kutajaya, Karawang, harus belajar di kelas rusak yang mengancam keselamatan. Di tengah semangat pemerataan pendidikan, sekolah ini justru nyaris roboh.”
#DaruratPendidikan #SekolahNyarisRoboh #AnakButuhAman #KeadilanPendidikan #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia
0 Komentar