GalaPos ID, Jakarta.
Skandal beras oplosan menjalar ke wilayah luas. Sampel dari Aceh, Lampung, hingga Sulawesi mengungkap puluhan merek dari perusahaan ternama yang tidak sesuai standar.
Masyarakat diminta lebih teliti saat membeli beras, terutama pada produk berlabel premium dengan harga tidak wajar.
“Tak hanya satu dua merek, puluhan nama besar tersebar dari Sumatera hingga Sulawesi kini dalam sorotan tajam.”
Baca juga:
- 212 Merek Beras Diduga Oplosan, Kerugian Mencapai Triliunan
- Lamongan, Awal Terbongkarnya Dugaan Beras Oplosan Nasional
- Sketsa KN, Persahabatan Bang Banteng dan Bang Ibab
Gala Poin:
1. Merek-merek besar dari Wilmar, Food Station, hingga Japfa Group diduga beredar dalam bentuk oplosan.
2. Investigasi mencatat distribusi produk tidak murni meliputi berbagai provinsi.
3. Konsumen diminta waspada, Satgas teruskan pemeriksaan menyeluruh.
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengungkapkan ada 212 merek beras oplosan atau tidak memiliki kualitas sesuai standar dan regulasi yang ditetapkan.
Adapun 212 merek beras yang telah diinvestigasi Kementan dan Satgas Pangan Polri itu terbukti tidak memenuhi standar mutu, baik dari sisi berat kemasan, komposisi, hingga labelnya.
"Semuanya ini yang 212 merek, kami sudah kirim langsung ke Pak Kapolri, kemudian Satgas Pangan dan Pak Jaksa Agung. Mudah-mudahan ini diproses cepat. Kami sudah terima laporan tanggal 10 (Juli) lalu, itu telah mulai pemeriksaan, kami berharap ini ditindak tegas," ujar Amran dalam sebuah pernyataan lewat video, Senin, 14 Juli 2025.
Baca juga:
Kisah Pahit Trading, PWK Bongkar Titik Terendah Ello–Gofar
Wilmar Group tercatat memiliki merek seperti Sania, Sovia, Fortune, dan Siip yang sampelnya diperiksa dari berbagai provinsi.
PT Food Station Tjipinang Jaya diduga memasarkan beras tak murni seperti Setra Ramos, Beras Pulen Wangi, dan Alfamidi Setra Pulen.
Perusahaan lain seperti PT Belitang Panen Raya, PT Unifood Candi Indonesia, PT Buyung Poetra Sembada Tbk, dan PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group) turut tercantum dalam laporan investigasi.
Produk-produk tersebut tersebar di ritel dan pasar besar di Jabodetabek, Yogyakarta, Lampung, Sulawesi Selatan, hingga Kalimantan Selatan.
Kementerian Pertanian menekankan pentingnya transparansi label dan perlindungan konsumen.
“Kalau emas ditulis 24 karat padahal hanya 18 karat, itu penipuan. Sangat merugikan masyarakat,” ujar Menteri Amran, Senin, 14 Juli 2025.
Baca juga:Masyarakat diminta lebih teliti saat membeli beras, terutama pada produk berlabel premium dengan harga tidak wajar.
Korban Asusila Oknum Pendeta Blitar Alami Trauma Berat
Skandal beras oplosan yang merambah berbagai daerah memicu kekhawatiran mendalam.
Bukan hanya praktik curang, tapi peringatan akan rapuhnya integritas dalam sistem pangan nasional—di mana merek-merek ternama pun bisa terlibat.
Baca juga:Transparansi bukan sekadar anjuran, tapi hak publik. Audit independen, penegakan hukum tegas, dan pelibatan masyarakat dalam pengawasan.
KEK Singhasari Ditinjau Komisi VII DPR RI, Dapat Apa?!
Ini bukan sekadar krisis produk—ini ujian moral industri pangan Indonesia.
Baca juga:
Ribuan Lowongan Terbaru di Bursa Kerja Naker Fest Kalsel 2025
“Berbagai merek beras dari sejumlah produsen besar ditemukan bermasalah di banyak wilayah. Investigasi nasional menelusuri sebaran dan modus operandi manipulasi pangan.”
#BerasTidakMurni #BerasNasional #LindungiKonsumen #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia