Saat Warga Kendal dan Startup Jakarta Berebut Sampah
GalaPos ID, Jakarta.
Gerakan pengelolaan sampah berbasis masyarakat kembali menunjukkan tajinya. Di Kabupaten Kendal, Bank Sampah Induk (BSI) mempelopori edukasi dan inovasi pengelolaan sampah melalui program “Tukar Sampah Jadi Emas”.
Masyarakat, terutama pelajar, dilibatkan aktif dalam kegiatan yang mengajarkan cara memilah sampah dengan insentif berupa emas mini.
![]() |
Foto: Unit Pengelola Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta |
“Inisiatif masyarakat berbasis kesadaran seperti di Kendal bersaing dengan inovasi berbasis teknologi dari perusahaan startup di ibu kota. Mana yang lebih efektif: gerakan sosial atau korporasi digital?”
Baca juga:
- Tukar Sampah Jadi Emas, Inovasi BSI Kendal
- Zero Waste, Startup Jangjo Ubah Sampah Jadi Produk Bernilai
- Mulai dari Rumah: Kurangi Sampah, Dukung Bumi Sehat
Gala Poin:
1. BSI Kendal memanfaatkan pendekatan edukatif dan sosial untuk mengelola sampah, termasuk program PEPSI dan insentif emas.
2. Startup Jangjo menawarkan solusi teknologi tinggi berbasis zero waste dan sistem desentralisasi dengan produk bernilai seperti RDF dan SRF.
3. Dua pendekatan ini menyoroti kontras antara gerakan masyarakat dengan keterbatasan alat, dan perusahaan swasta dengan akses teknologi tinggi.
Ketua BSI Kabupaten Kendal, Nunuk Sarah Zenubia mengatakan, “Salah satu program unggulan BSI Kendal adalah Kegiatan Pusat Edukasi Pengelolaan Sampah Terintegrasi (PEPSI),” ujarnya pada Jumat, 19 Juli 2024.
"Melalui kegiatan outbond, siswa diajak untuk belajar memilah dan mengolah sampah dengan cara yang menyenangkan dan edukatif. PEPSI juga memperkenalkan konsep 'Tukar Sampah Jadi Emas' dengan memberikan mini gold sebagai insentif bagi mereka yang aktif berpartisipasi," lanjut Sarah.
Baca juga:
Edukasi dan Aksi Bersih Pantai, PT KITB dan Masyarakat
Tak berhenti di situ, BSI Kendal juga mengembangkan program integrasi 3K: Kandang Magot, Kolam Lele, dan Kebun Organik.
Kolaborasi ini tidak hanya menyasar aspek lingkungan, tapi juga membantu penanganan gizi buruk dengan membagikan hasil budidaya lele kepada anak-anak stunting.
Di Jakarta, Startup Ambil Peran Lewat Teknologi
Sementara itu di Jakarta, perusahaan rintisan Jangjo mengambil pendekatan berbeda.
Dengan teknologi JOWI Integrated System, Jangjo mengolah sampah menjadi berbagai produk bernilai seperti Refuse Derived Fuel (RDF), pakan maggot BSF, hingga plank dari residu plastik.
Co-Founder dan CEO Jangjo, Joe Hansen, menjelaskan, "JOWI hanya membutuhkan area pengelolaan sampah seluas 3.000 m2, sedangkan sistem konvensional membutuhkan 10.000 m2."
Dengan prinsip desentralisasi, Jangjo percaya sampah tidak perlu menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Kita cacah jadi RDF, jadi bahan bakar semen. Kita jual ke pabrik semen,” terang Joe saat ditemui pada Jumat, 19 Juli 2024.
Baca juga:
Tumpukan Sampah di Kerinci, Ini Kata DLH
Plastik pun tidak tersisa. “Plastik-plastik ini bisa kita inovasi, kita bikin jadi semacam plank kayu,” tambahnya.
Jangjo juga menegaskan sistem mereka tidak menyisakan residu, yang berarti seluruh sampah diproses hingga habis.
“Teknologi ini jauh lebih aman ketimbang (teknologi pengelolaan sampah lainnya). Keyakinan ini muncul karena Jangjo fokus melakukan riset selama bertahun-tahun sebelum mengembangkan alat yang cocok untuk sampah di Indonesia,” tegas Joe.
Baca juga:
Gerakan Sekolah Bersih Yogyakarta Ajak Pelajar Jadi Agen Kelola Sampah
Dua Pendekatan, Satu Tujuan
Gerakan masyarakat dan inovasi swasta sama-sama bertujuan mengurangi beban sampah.
Namun, keduanya hadir dengan pendekatan berbeda: satu dengan kekuatan edukasi dan sosial, lainnya dengan teknologi tinggi dan investasi.
Pertanyaannya, akankah keduanya bisa saling mengisi, atau justru saling berebut peran dalam masa depan pengelolaan sampah di Indonesia?
Baca juga:
Inovasi Hijau, Paramount Petals Luncurkan Program KURASAKI
“Di satu sisi, masyarakat Kendal belajar mengolah sampah demi sekeping emas. Di sisi lain, teknologi mutakhir dari perusahaan swasta di Jakarta menjanjikan pengelolaan sampah tanpa sisa. Ketika gerakan kesadaran beradu dengan kekuatan modal dan mesin, siapa yang lebih berdampak bagi masa depan bumi?”
#PengelolaanSampah #InovasiLingkungan #EkonomiSirkular #StartupHijau #GerakanMasyarakat #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia