1.666 Titik Rusak, Banjir Sumatra dan Kelumpuhan Infrastruktur

GalaPoin, Sumut.
Banjir bandang dan longsor yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat kembali menyingkap rapuhnya ketahanan infrastruktur Indonesia.
Kementerian Pekerjaan Umum mencatat 1.666 titik kerusakan, sebuah angka yang mengindikasikan besarnya risiko dan lemahnya mitigasi bencana di kawasan rawan hidrometeorologi.

Infrastruktur Ambruk, Mobilitas Sumatra Terhambat di Banyak Ruas
Pasca banjir di Pidie Jaya — infrastruktur rusak parah dan aktivitas ekonomi warga ikut terhenti. Masyarakat berjuang memulihkan kehidupan di tengah keterbatasan. Foto: Pilo Poly

"Banjir bandang yang merusak 1.666 titik infrastruktur di Sumatra memunculkan pertanyaan krusial: mengapa kerusakan sebesar ini terus berulang tanpa mitigasi yang memadai?"

Baca juga:

Gala Poin:
1. Banjir dan longsor di tiga provinsi menyebabkan 1.666 titik infrastruktur rusak dan banyak ruas nasional terputus.
2. Pemerintah melakukan pemetaan dan pemulihan, tetapi skala kerusakan memunculkan kritik terhadap kesiapan mitigasi bencana.
3. Akses logistik dan ekonomi terancam lumpuh bila pemulihan tidak dilakukan cepat dan terkoordinasi.


Wakil Menteri PU, Diana Kusumastuti, menyampaikan bahwa kementerian telah melakukan pemetaan kerusakan di tiga provinsi terdampak.

“Kami sudah identifikasi di lokasi bencana pada 3 provinsi di Sumatra, tercatat ada 1.666 titik kerusakan,” kata Diana dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR RI, Senin, 8 Desember 2025.

Rinciannya menunjukkan skala kerusakan yang serius: 477 titik di Aceh, 275 titik di Sumatra Utara, dan 914 titik di Sumatra Barat. Di Aceh, kerusakan didominasi tanggul kritis dan jebol.

Baca juga:
Buah Bacang, Potensi Hidrasi Lawan Klaim Netralisir Racun dan Penjaga Otak


Di Sumatra Utara, longsor dan jalan putus mengisolasi akses publik. Sementara di Sumatra Barat, longsor dan jembatan tergerus menunjukkan betapa rentannya infrastruktur terhadap intensitas hujan ekstrem.

Lebih jauh, sejumlah jalan nasional non-tol masih terputus. Di Aceh, akses Merudu–Pidie Jaya, Bireuen–Aceh Utara, hingga jalur menuju Bener Meriah belum bisa dilalui. Kondisi serupa terjadi di Sumatra Utara, termasuk ruas Tarutung–Sibolga dan Batangtoru–Singkuang. Sumatra Barat pun terdampak, antara lain jalur Padang Panjang–Sicincin yang terputus.

Diana menegaskan bahwa pemulihan dilakukan dengan dukungan lintas lembaga.

“Ini mudah-mudahan kami tetap untuk berupaya untuk bisa menembus bersama-sama dengan TNI Polri,” ujarnya.

Aceh–Sumut–Sumbar Dilanda Kerusakan 1.666 Titik: Apa Respons Pemerintah?
Banjir besar melanda Pidie Jaya, meninggalkan kerusakan infrastruktur dan menekan ekonomi masyarakat. Upaya pemulihan terus dilakukan demi bangkit dari keterpurukan. Foto: Pilo Poly

 

Skala kerusakan ini memantik pertanyaan publik: mengapa infrastruktur dasar di wilayah rawan bencana masih belum dirancang dengan standar adaptasi iklim yang memadai?

Dengan frekuensi bencana yang terus meningkat, pemeriksaan terhadap tata kelola, kualitas konstruksi, dan kesiapan mitigasi menjadi krusial.

Jika akses jalan dan jembatan tak segera dipulihkan, biaya ekonomi—mulai dari keterlambatan logistik, anjloknya aktivitas perdagangan, hingga terisolasinya masyarakat—dipastikan membengkak.

 

 

Baca juga:
Fakta Tak Terduga, Fenomena Mimpi yang Jarang Dibahas

"Bencana banjir dan longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat menyebabkan kerusakan infrastruktur mencapai 1.666 titik. Artikel ini mengupas kondisi lapangan, upaya pemulihan, dan tantangan tata kelola infrastruktur di kawasan rawan bencana."

#Infrastruktur #Sumatra #Banjir #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia

Lebih baru Lebih lama

Nasional

نموذج الاتصال