Fakta Tak Terduga, Fenomena Mimpi yang Jarang Dibahas

GalaPos ID, Jakarta.
Mimpi tidak hanya sekadar bunga tidur. Sejumlah fenomena di baliknya justru memperlihatkan betapa kompleksnya kerja otak manusia. Beberapa fakta berikut bahkan jarang dibicarakan dalam diskursus publik.
Hubungan posisi tidur dengan mimpi, hingga alasan anak-anak lebih sering mengalami mimpi buruk.

Anak-Anak dan Mimpi Buruk: Mengapa Terjadi Lebih Sering?

"Mengapa posisi tidur bisa menentukan jenis mimpi? Dan benarkah wanita juga dapat mengalami mimpi basah? Artikel ini membongkar detail yang kerap diabaikan publik."

Baca juga:

Gala Poin:
1. Posisi tidur dapat memicu jenis mimpi tertentu, termasuk mimpi seksual.
2. Mimpi basah juga dapat dialami oleh wanita, bukan hanya pria.
3. Anak-anak lebih rentan mengalami mimpi buruk dan sleep paralysis dapat muncul pada siapa saja.


Salah satu temuan menarik adalah bahwa posisi tidur dapat menentukan jenis mimpi. Orang yang tidur dengan wajah menempel pada bantal dilaporkan lebih sering mengalami mimpi mengenai seks, terjebak di ruangan, berenang, atau kesulitan bernapas.

Mekanisme tekanan fisik ini diduga memengaruhi aktivitas otak yang sedang berada dalam fase tidur REM. Fenomena lain yang sering disalahpahami adalah mimpi basah. Selama ini masyarakat menganggap mimpi basah hanya dialami oleh pria.

Padahal, wanita juga dapat mengalami mimpi serupa yang menyebabkan keluarnya cairan dari vagina. Artinya, respons fisiologis tersebut bukan hanya milik satu jenis kelamin.

Dalam beberapa kasus, seseorang bahkan bisa melakukan aktivitas tertentu saat bermimpi, termasuk berhubungan seksual tanpa sadar. Kondisi ini sejalan dengan parasomnia lain seperti sleepwalking, meski tidak terjadi pada semua orang.

Baca juga:
Cara Jalan Kaki yang Benar untuk Menurunkan Berat Badan

Anak-anak juga tercatat lebih sering mengalami mimpi buruk dibanding orang dewasa. Hal ini dipengaruhi rasa takut yang masih berkembang dan daya imajinasi yang sangat kuat.

Tidak heran jika beberapa anak memilih tidur ditemani agar tidak mengalami mimpi yang sama. Fenomena sleep paralysis—atau kelumpuhan tidur—juga bisa terjadi pada siapa saja.

Pada kondisi ini, seseorang merasa sadar tetapi tidak dapat bergerak sekaligus merasakan tekanan psikologis dari mimpi buruk yang menyertainya.

Tak berhenti di situ, suasana hati setelah bangun tidur dapat dipengaruhi mimpi. Mimpi menyenangkan membuat seseorang memulai hari dengan lebih baik, sedangkan mimpi buruk dapat mengganggu mood sepanjang pagi.

Dengan banyaknya fenomena yang terungkap, mimpi bukan lagi sekadar pengalaman acak. Ia adalah pergerakan kompleks antara tubuh, psikologi, dan alam bawah sadar manusia.

Mengapa Posisi Tidur Memengaruhi Mimpi? Ini Penjelasannya

Bagi sebagian orang, mimpi adalah hiburan alam bawah sadar. Namun bagi sebagian lainnya, mimpi justru menyimpan ketakutan yang membuat tidur terasa berat. Meskipun dialami hampir setiap malam, mimpi masih menjadi fenomena yang menyisakan banyak pertanyaan.

Penelitian menunjukkan mimpi lebih sering muncul pada pagi hari ketika tubuh memasuki fase tidur Rapid Eye Movement (REM). Itulah sebabnya banyak orang merasa mimpi terjadi sangat singkat, lalu terbangun karena hari telah pagi. Namun, pada malam hari, mimpi jarang muncul karena tubuh belum tentu berada pada fase REM yang sama.

 

Baca juga:
Pijat Bayi: Antara Tradisi, Sains, dan Peran Kritis Orang Tua

"Fenomena unik seputar mimpi: mimpi basah pada wanita, hubungan posisi tidur dengan mimpi, hingga alasan anak-anak lebih sering mengalami mimpi buruk."

#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #FenomenaMimpi #SleepParalysis #PsikologiTidur

Lebih baru Lebih lama

Nasional

نموذج الاتصال