GalaPos ID, Sidoarjo.
Siapa sangka, bermula dari berjualan ayam geprek tanpa nasi di depan rumah, seorang ibu rumah tangga bernama Indah Kusniah (42) kini menjelma menjadi “Ratu Ayam Geprek” dengan 28 cabang yang tersebar hingga Pulau Bali.
Kisah inspiratif Indah Kusniah, ibu rumah tangga asal Sidoarjo, yang membuktikan bahwa kesuksesan tak selalu lahir dari modal besar.
"Dari wajan dapur sederhana di Tanggulangin, lahirlah kerajaan kuliner yang kini mengguncang pasar ayam geprek di Jawa Timur dan Bali."
Baca juga:
- Cinta Tak Terbalas, Ayah Wanita Jadi Sasaran Tikaman di Tanjung Tiram
- Strategi Global Tiongkok: FSI dan PAPI Soroti Dampak dan Peluang
- Dari Rempah ke Rasa, Kue Sifon Pala Jadi Ikon Kuliner Fakfak
Gala Poin:
1. Indah Kusniah memulai usaha ayam geprek dari depan rumah dengan modal minim.
2. Dalam tujuh tahun, bisnisnya berkembang menjadi 28 cabang hingga Bali.
3. Ia menolak sistem franchise demi menjaga tanggung jawab moral dan kualitas produk.
Perjalanan itu dimulai pada tahun 2018, saat Indah yang memiliki lima anak berjuang memenuhi kebutuhan keluarga.
“Dulu modalnya pas-pasan, alatnya juga seadanya. Tapi saya yakin, rezeki itu ada kalau kita mau berusaha,” kenangnya.
Dalam tujuh tahun, warung sederhana di Desa Randegan, Kecamatan Tanggulangin berubah menjadi jaringan usaha besar yang dikenal dengan rasa pedas khas dan harga ramah kantong.
“Alhamdulillah, ini semua berkat kerja keras dan doa. Tidak menyangka bisa sampai sejauh ini,” ujarnya.
Rahasia sukses Bu Indah sederhana namun kuat: kombinasi rasa lezat dan harga bersahabat. Paket hemat dijual Rp10 ribu, paket original Rp15 ribu, dan paket jumbo Rp17 ribu.
“Yang penting semua kalangan bisa menikmati ayam geprek saya,” katanya.
Baca juga:
Profil Chef Sabrina Alatas, Sosok di Balik Isu Raisa dan Hamish Daud
Tak hanya itu, inovasi membuka gerai selama 24 jam menjadi strategi tak terduga yang justru menambah keuntungan.
“Awalnya karena banyak permintaan dari pelanggan, terutama anak-anak muda yang suka nongkrong malam. Eh, ternyata malah jadi berkah,” ungkapnya. Kini, setiap gerai mampu menjual 200–300 potong ayam per hari.
Ketika banyak pebisnis memilih sistem waralaba, Bu Indah menolak tawaran franchise.
“Saya tidak mau franchise karena tidak ingin merugikan orang lain. Tanggung jawab moral itu tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat,” jelasnya.
Indah memilih membuka cabang dengan modal dari hasil penjualan sendiri. Baginya, bisnis bukan hanya soal laba, tetapi juga keberkahan.
Kini, dengan 200 karyawan di seluruh cabang, ia merasa bangga bisa membuka lapangan kerja.
“Bisa jadi orang yang bermanfaat dan membantu orang lain itu rasanya lebih bahagia daripada dapat untung banyak,” katanya dengan senyum tulus.
Kesuksesan sering kali mengundang cibiran. Begitu pula yang dialami Indah Kusniah (42), pemilik jaringan “Ayam Geprek Bu Indah” yang kini memiliki 28 cabang di berbagai kota, termasuk hingga Pulau Bali.
“Ada yang bilang saya pakai pesugihan lah, apalah. Tapi saya cuma senyum saja. Rezeki itu datangnya dari Allah, bukan dari yang lain,” tegasnya.
Baca juga:
Iklan di GalaPos ID
"Kisah inspiratif Indah Kusniah, ibu rumah tangga asal Sidoarjo, yang membuktikan bahwa kesuksesan tak selalu lahir dari modal besar. Dari dapur rumah sederhana, ia kini memiliki 28 cabang “Ayam Geprek Bu Indah” hingga Bali."
#KisahInspiratif #UMKM #RatuAyamGeprek #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia
.jpeg)
.jpg)