GalaPos ID, Jakarta.
Seorang pengguna Bitcoin (BTC) dilaporkan melakukan kesalahan fatal saat mengirim dana pada Senin, 11 November 2025. Menurut laporan Cryptopolitan, pengguna tersebut secara tidak sengaja menetapkan biaya transaksi sebesar 0,99 BTC—setara dengan Rp1.749.000.000—untuk mentransfer hanya Rp166.690.
Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi investor tentang risiko human error dalam transaksi blockchain.
"Di tengah pesatnya adopsi aset digital, insiden mahal kembali mengguncang komunitas kripto global. Seorang pengguna Bitcoin (BTC) dilaporkan kehilangan lebih dari Rp1,7 miliar hanya untuk mengirim Rp166 ribu ke bursa Kraken. Kesalahan kecil dalam pengaturan biaya transaksi ternyata bisa berujung fatal."
Baca juga:
- Ketika Peretas Tinggalkan Bitcoin, Monero Jadi Koin Pilihan Baru Dunia Gelap
- Belanja Pegawai Melejit, DPRD Batubara Rem Pemekaran OPD
- Mau Cuan? Kenali dulu Pola Dragonfly Doji bagi Trader dan Investor
Gala Poin:
1. Pengguna Bitcoin kehilangan Rp1,7 miliar karena salah input biaya transaksi.
2. Kesalahan terjadi akibat tidak menggunakan fitur estimasi otomatis pada dompet kripto.
3. Ahli menyarankan penggunaan fitur auto-fee dan transfer percobaan untuk mencegah kerugian.
Kesalahan itu terjadi karena pengguna tidak menggunakan fitur estimasi otomatis yang biasanya tersedia di dompet kripto modern. Ia secara manual mengatur biaya transaksi yang seharusnya hanya sebagian kecil dari nilai pengiriman.
Akibatnya, sistem blockchain memproses transaksi dengan biaya besar tersebut, dan dana langsung berpindah ke penambang blok (miners) tanpa bisa dibatalkan.
Peristiwa ini segera menjadi perhatian besar di komunitas kripto global karena menyoroti betapa rapuhnya proses manual dalam transaksi digital.
Banyak pengguna media sosial dan forum blockchain menyoroti pentingnya pemahaman teknis sebelum bertransaksi di jaringan terbuka seperti Bitcoin.
Baca juga:
RAPBD Batubara 2026 Defisit, Fraksi PDI Perjuangan Minta Koreksi Menyeluruh
Ahli keamanan kripto yang dikutip Cryptopolitan menegaskan bahwa insiden ini bisa dihindari dengan mengaktifkan fitur biaya otomatis (auto-fee estimation).
“Sebagian besar dompet modern seperti Electrum atau MetaMask sudah menyediakan fitur ini. Pengguna hanya perlu memanfaatkannya,” ujar salah satu analis.
Para ahli juga menyarankan agar pengguna melakukan transfer percobaan dalam jumlah kecil terlebih dahulu sebelum mengirim dana besar.
Kesalahan kecil dalam kolom “perubahan” dan “keluaran” bisa menyebabkan dana tersisa justru dikirim ke penambang, bukan kembali ke dompet pengguna.
Kasus ini kembali memperkuat pentingnya literasi digital dan kehati-hatian dalam mengelola aset kripto di tengah meningkatnya aktivitas blockchain global.
Baca juga:
BYD Vs Kompetitor, Strategi Harga Kuasai Pasar Mobil Listrik Indonesia
"Seorang pengguna Bitcoin kehilangan Rp1,7 miliar karena salah mengatur biaya transaksi saat mengirim Rp166 ribu ke bursa kripto Kraken. Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi investor tentang risiko human error dalam transaksi blockchain."
#Kripto #Bitcoin #Blockchain #CryptoEducation #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia
.jpeg)
.jpeg)