GalaPos ID, Jakarta.
Tak banyak penonton menyadari betapa rumitnya produksi seni ketika panggung telah dibuka. “Monoplay Melati Pertiwi: Merajut Sejarah Perjalanan Bangsa” berdiri bukan hanya berkat penampil di atas panggung, tetapi juga melalui kerja panjang kru kreatif yang membangun dunia bagi para pahlawan perempuan itu untuk hidup kembali.
"Jika enam pahlawan perempuan mengisi panggung depan, ada puluhan “pahlawan senyap” yang bekerja di belakang layar. Tanpa mereka, sejarah tak akan pernah tampak seindah ini."
Baca juga:
- Melati Pertiwi, Enam Pahlawan Hidupkan Peran Perempuan Indonesia
- Jumlah Korban Meningkat, 11 Wilayah Terdampak Bencana
- Longsor dan Banjir Sumut, Alarm Mitigasi yang Terabaikan
Gala Poin:
1. Produksi teater ini melibatkan tim kreatif besar dengan spesialisasi berbeda untuk membangun narasi dan visual pertunjukan.
2. Dukungan Kementerian Kebudayaan memperkuat posisi pertunjukan sebagai karya edukatif dan strategis.
3. Tiket dan informasi tersedia secara digital, membuka akses luas bagi publik.
Lima penulis naskah—Ahda Imran, Cut Novita Srikandi, Felix K. Nesi, Endah Dinda Jenura, dan Fandy Hutari—merangkai enam cerita individual menjadi satu pertunjukan kohesif. Tata artistik Trianzani Sulshi, musik dari Achi Hardjakusumah, cahaya oleh Fajar Okto Adiputra, kostum oleh Natasha Anadella, serta rias–rambut oleh Vani Sagita dan Fakhrudin, menjadikan panggung sebagai ruang sejarah yang hidup.
Penata multimedia Aep Suherman dan fotografer poster Winston Gomez memperkuat imaji visual yang menjadi ciri khas produksi ini. Tidak hanya memindahkan sejarah ke panggung, tetapi merayakan identitas visualnya.
Keana Production memastikan seluruh elemen ini bergerak rapi melalui Pimpinan Panggung Bayu Dharmawan. Di tangan dialah puluhan elemen dipadukan agar pertunjukan berlangsung tanpa jeda dan tanpa cacat.
Baca juga:
Inovasi Pembayaran BRI QRIS BRImo Kini Power-Up Sogo
Dukungan Kementerian Kebudayaan menjadi legitimasi penting bagi produksi ini, menandai bahwa karya seni bukan hanya hiburan, tetapi instrumen pendidikan dan penguatan identitas nasional.
Pertunjukan ini dibuka untuk publik dengan harga tiket mulai Rp150.000 hingga Rp1.000.000, dapat diperoleh melalui loket.com. Informasi lebih lengkap tersedia melalui Instagram resmi @keana_film.
Keana Production, rumah produksi milik Marcella Zalianty, sekali lagi menegaskan misinya: menghadirkan karya yang bukan hanya indah, tetapi relevan bagi masa depan kebudayaan Indonesia.
Jakarta kembali menjadi saksi lahirnya pertunjukan teater yang menuntut publik untuk tidak sekadar menonton, tetapi merenungkan ulang bagaimana sejarah perempuan Indonesia ditulis. “Monoplay Melati Pertiwi: Merajut Sejarah Perjalanan Bangsa”, produksi Keana Production, digelar pada Selasa, 25 November 2025 di Gedung Kesenian Jakarta.
Pertunjukan ini menjadi lanjutan persembahan Hari Kemerdekaan RI ke-80 sekaligus penghormatan kepada para pahlawan perempuan yang kerap tenggelam dalam narasi besar bangsa. Dibangun sebagai pertunjukan monoplay dengan enam karakter berbeda, karya ini justru menantang batas bentuk monolog tunggal.
Enam tokoh pahlawan—S.K. Trimurti, Nyi Ageng Serang, Ratu Kalinyamat, Rasuna Said, Christina Martha Tiahahu, dan Laksamana Malahayati—dihubungkan melalui satu benang merah: keberanian perempuan yang menolak tunduk pada penindasan sejarah.
Baca juga:
Minuman Manis dan Ancaman Kesehatan Publik
"Tim kreatif Monoplay Melati Pertiwi menghadirkan produksi teater yang rumit dan detail, dari penulisan naskah hingga tata cahaya dan multimedia. Artikel ini mengupas kerja kolaboratif, harga tiket, dan komitmen Keana Production dalam mengangkat nilai perempuan Indonesia."
#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #KruTeater #ProduksiSeni #PentasBudaya
.jpeg)
.jpeg)