GalaPos ID, Sumut.
Gelombang bencana di Sumatera Utara belum mereda. Data terbaru Polda Sumut mencatat 24 korban meninggal dunia akibat banjir, tanah longsor, pohon tumbang, hingga puting beliung yang melanda 11 kabupaten/kota. Total terdapat 72 korban, termasuk 5 orang yang masih dicari.
Longsor masih mengancam, sementara hujan ekstrem belum mereda.
![]() |
| Foto: Tanah longsor yang menutup sejumlah akses jalan warga di Kabupatem Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, Selasa (25/11). Dok: BNPB |
"Di tengah hujan yang tak kunjung berhenti, jumlah korban terus bertambah. Sumatera Utara memasuki fase krisis, dan setiap detik menentukan: siapa yang selamat, siapa yang tidak."
Baca juga:
- Longsor dan Banjir Sumut, Alarm Mitigasi yang Terabaikan
- Inovasi Pembayaran BRI QRIS BRImo Kini Power-Up Sogo
- Minuman Manis dan Ancaman Kesehatan Publik
Gala Poin:
1. 86 kejadian bencana melanda 11 kabupaten/kota dengan 24 korban meninggal.
2. Curah hujan ekstrem memicu banjir hingga 1 meter dan potensi longsor susulan.
3. Polda, TNI, BPBD, dan relawan bekerja terpadu untuk evakuasi, pencarian korban, dan pembukaan akses.
“Kami mencatat 72 korban, 24 di antaranya meninggal dunia. Saat ini masih ada 5 orang yang dalam pencarian,” ujar Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Ferry Walintuka, dalam keterangan yang diterima GalaPos ID, Rabu, 26 November 2025.
Rentetan bencana tersebut tercatat sebanyak 86 kejadian: 59 longsor, 21 banjir, 4 pohon tumbang, dan 2 puting beliung.
Wilayah terdampak meluas mulai Mandailing Natal, Nias, Nias Selatan, Pakpak Bharat, Serdang Bedagai, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Padang Sidempuan, hingga Kota Sibolga.
Analisis sementara menunjukkan pemicu utama ialah curah hujan ekstrem yang turun hampir tanpa henti dalam beberapa hari terakhir.
Baca juga:
Kontroversi Larangan Thrifting, Data dan Solusi Dipertanyakan
Di sejumlah titik, air masih setinggi 1 meter. Sementara hujan intensitas sedang hingga lebat masih terjadi, meningkatkan risiko longsor susulan terutama di wilayah berbukit seperti Tapanuli Utara, Humbahas, Pakpak Bharat, dan Mandailing Natal.
Sejak hari pertama bencana, Polda Sumut mengerahkan seluruh jajaran untuk membantu evakuasi warga dan membersihkan material longsor.
“Fokus kami menyelamatkan warga, melakukan evakuasi, dan membuka akses. Polri hadir sepenuh hati untuk masyarakat,” kata Ferry.
Sinergi besar dilakukan oleh TNI, Polri, BPBD, pemerintah daerah, dan relawan.
“Kami terus berkoordinasi untuk percepatan penanganan, pencarian korban, pendirian posko, dan distribusi bantuan. Situasi masih dinamis, masyarakat kami imbau tetap waspada,” jelas Ferry.
Bencana yang terus bertambah menjadi pengingat bahwa mitigasi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak.
![]() |
| Petugas mengevakuasi warga melintasi aliran banjir. Foto: dok. Polda Sumut |
Rentetan bencana di Sumatera Utara kembali menegaskan pernyataan klasik: manusia baru bergerak ketika bencana sudah terjadi. Pada Senin, 24 November 2025, dan Selasa, 25 November 2025, empat kabupaten—Sibolga, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan—dihantam banjir, banjir bandang, dan tanah longsor secara bertubi-tubi.
BNPB mengerahkan tim, bantuan udara, hingga operasi modifikasi cuaca untuk merespons darurat.
Baca juga:
Evakuasi Terkendala, Ratusan KK Terjebak Banjir Padang Pariaman
"Polda Sumut melaporkan 24 korban meninggal akibat 86 kejadian bencana. Evakuasi berlangsung di 11 kabupaten/kota. Longsor masih mengancam, sementara hujan ekstrem belum mereda."
#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #Bencana #SumateraUtara #CuacaEkstrem
.jpeg)
.jpeg)