GalaPos ID, Sumbar.
Di Kota Solok, banjir bukan hanya peristiwa alam—ia membentuk lanskap baru yang mengubah rumah, jalan, dan kebiasaan warga menjadi instalasi ruang yang tidak diinginkan. Hujan deras menyebabkan Sungai Batang Lembang meluap, menggenangi ribuan jiwa pada Selasa, 25 November 2025.
"Di Kota Solok, air yang tak kunjung surut menjadikan pemukiman seperti panggung senyap: lampu padam, jalan terputus, tetapi manusia tetap bertahan dalam skenario yang tidak pernah mereka pilih."
Baca juga:
- Bencana Solok dan “Panggung” Jembatan Darurat
- Melati Pertiwi, Enam Pahlawan Hidupkan Peran Perempuan Indonesia
- Jumlah Korban Meningkat, 11 Wilayah Terdampak Bencana
Gala Poin:
1. Banjir merendam 559 KK di Kota Solok, termasuk kelompok rentan.
2. Pohon tumbang memperburuk situasi, merusak rumah dan akses.
3. BPBD masih melakukan evakuasi dan pemantauan, sementara warga kekurangan logistik dasar.
BPBD Kota Solok mencatat, 559 kepala keluarga atau 1.279 jiwa terdampak banjir di empat kelurahan: Tanah Garam, KTK, Koto Panjang, dan Sinapa Piliang.
“Total yang terdampak, yakni 559 KK dengan jumlah 1279 jiwa, di mana 93 di antaranya balita dan 62 lansia,” ujar Kepala BPBD, Edrizal.
Banjir mencapai ratusan rumah, termasuk area dengan keluarga rentan—balita dan lansia—yang selalu menjadi kelompok paling tidak terlindungi dalam tiap bencana.
Tidak hanya banjir, pohon tumbang memperpanjang rangkaian kerusakan. Rumah Asmi Akmal di Kampung Jawa tertimpa pohon, sementara tumbangan lain menutup akses dan kabel listrik.
“Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini,” kata Edrizal.
Baca juga:
Longsor dan Banjir Sumut, Alarm Mitigasi yang Terabaikan
Warga kini membutuhkan alat kebersihan, sembako, family kit, matras, dan selimut. Situasi diperburuk oleh air yang belum juga surut.
“Saat ini banjir belum surut dan masih menggenangi permukiman warga,” katanya.
Di tengah penanganan BPBD, petugas lapangan masih melakukan pendataan dan evakuasi. Setiap langkah mereka mengingatkan betapa bencana sering kali memaksa warga untuk memainkan peran yang tidak pernah direhearsal—peran bertahan hidup.
Hujan deras yang mengguyur Solok selama beberapa hari terakhir kembali menguji ketahanan ruang hidup warga.
Selasa, 25 November 2025, jembatan satu-satunya menuju Jorong Muaro Busuak di Nagari Koto Hilalang, Kecamatan Kubung, putus setelah tersapu arus Sungai Batang Kambang dan Batang Gawan. Sebanyak 56 kepala keluarga terancam terisolasi seketika.
Namun, di balik kabar buruk itu, publik menyaksikan bagaimana prioritas dasar—akses, mobilitas, dan keselamatan—menjadi “panggung darurat” yang dikerjakan bersama. Pemerintah Kabupaten Solok, dibantu TNI, Polri, dan masyarakat nagari, langsung membangun jembatan darurat dari bambu. Sebuah “instalasi seni” yang tak dimaksudkan indah, tetapi menyelamatkan.
“Jembatan darurat harus segera berfungsi agar warga tidak lagi terisolasi. Kita upayakan dengan segala sumber daya yang ada,” ujar Bupati Solok, Jon Firman Pandu.
Baca juga:
Kontroversi Larangan Thrifting, Data dan Solusi Dipertanyakan
"Ratusan rumah terendam banjir di Kota Solok akibat peningkatan debit Sungai Batang Lembang. Menggambarkan bagaimana warga, BPBD, dan pemerintah bergerak bersama dalam lanskap bencana yang menyerupai set panggung besar."
#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #BanjirSolok #Bencana #Kemanusiaan
.jpeg)
.jpeg)