Telur Mentah vs Telur Matang, Mana Lebih Baik untuk Tubuh?

GalaPos ID, Tangerang.
Popularitas konsumsi telur mentah masih bertahan di masyarakat Indonesia, baik sebagai campuran jamu, STMJ, maupun minuman protein bagi sebagian olahragawan. Banyak yang meyakini telur mentah menyimpan khasiat lebih besar dibandingkan telur matang.
Namun, sejumlah pakar kesehatan menegaskan bahwa anggapan tersebut tidak sepenuhnya tepat dan justru menyimpan risiko kesehatan yang sering diabaikan.

Telur Mentah vs Telur Matang: Mana Lebih Baik untuk Tubuh?

“Telur Mentah Disebut Lebih Bergizi—Benarkah? Kita Bongkar Risiko Tersembunyinya”

Baca juga:

Gala Poin:
1. Telur mentah memang mengandung nutrisi lebih tinggi sebelum dimasak, tetapi penyerapan protein dan biotin justru lebih rendah.
2. Konsumsi telur mentah meningkatkan risiko paparan bakteri salmonella yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan serius.
3. Telur matang memberikan penyerapan nutrisi lebih optimal dan jauh lebih aman bagi kesehatan.


Telur mentah memang kerap digunakan dalam pembuatan adonan kue, saus, atau krim makanan karena mampu membuat tekstur lebih lembut dan mengembang.

Dalam beberapa hidangan, telur mentah tidak dimasak kembali sehingga konsumen sebenarnya mengonsumsi telur mentah tanpa disadari.

Fenomena yang sama berlaku pada minuman tradisional susu telur madu jahe (STMJ) serta tren mencampur telur mentah ke dalam protein shake yang dipercaya dapat meningkatkan stamina.

Pakar kesehatan mengakui bahwa telur mentah mengandung vitamin, mineral, lemak, dan antioksidan yang lebih tinggi sebelum terkena panas, tetapi hal itu tidak berarti konsumsi telur mentah lebih menguntungkan.

Justru ada aspek penting yang luput dari perhatian: kemampuan tubuh menyerap nutrisi dari telur mentah lebih rendah dibandingkan telur matang.

Baca juga:
Data Terkini, Penjualan Mobil Hybrid Vs Listrik Oktober 2025

Penelitian tahun 2004 dalam International Journal of Food Sciences and Nutrition menunjukkan bahwa tubuh mampu menyerap hingga 90 persen protein dari telur matang.

Sebaliknya, konsumsi telur mentah hanya memungkinkan tubuh menyerap sekitar 50 persen protein, membuat sebagian nutrisi terbuang percuma. Selain itu, penyerapan biotin (vitamin B7) juga tidak berjalan optimal jika telur dimakan mentah. Vitamin ini bersifat larut air dan mudah terikat oleh protein avidin yang terdapat pada putih telur mentah.

Ikatan tersebut membuat biotin tidak dapat diserap tubuh. Proses memasak akan menghancurkan avidin, sehingga biotin dapat terserap dengan baik. Dari sisi keamanan pangan, risiko terbesar konsumsi telur mentah adalah infeksi bakteri salmonella. Bakteri ini umum ditemukan pada produk hewani seperti daging, susu mentah, dan telur.

Kontaminasi dapat terjadi melalui ayam yang menelurkannya atau proses penyimpanan yang tidak higienis. Ketika telur dimakan mentah, bakteri dapat masuk langsung ke tubuh.

Konsumsi Telur Mentah: Mitos Protein Tinggi yang Perlu Diwaspadai

 

Gejala infeksi salmonella biasanya muncul dalam 6 jam hingga tiga hari setelah konsumsi, berupa nyeri perut, mual, diare, demam, sakit kepala parah, hingga dehidrasi.

Meski sebagian kasus bersifat ringan, risiko komplikasi dapat meningkat pada anak-anak, lansia, dan individu dengan imunitas rendah. Melihat berbagai bukti tersebut, pakar kesehatan menegaskan bahwa memasak telur sebelum dikonsumsi merupakan langkah paling aman dan efektif dalam memperoleh manfaat nutrisi sekaligus mencegah risiko infeksi.

 

 

Baca juga:
Hari Ke-6 Operasi SAR Longsor Cilacap, Drone hingga Anjing Pelacak Dikerahkan

"GalaPos ID mencoba mengulas secara kritis anggapan bahwa telur mentah lebih sehat dan lebih bergizi. Dengan pendekatan jurnalisme kesehatan, tulisan ini menelusuri fakta ilmiah, risiko bakteri salmonella, serta efektivitas penyerapan nutrisi pada telur mentah dan matang."

#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #Kesehatan #Telur #Salmonella

Lebih baru Lebih lama

Nasional

نموذج الاتصال