GalaPos ID, Surabaya.
Tragedi yang menimpa Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, terus menggugah simpati dan empati publik. Salah satunya datang dari Jaringan Kyai Santri Nasional (JKSN), yang menggelar tahlil dan doa bersama di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya, Sabtu, 18 Oktober 2025.
KH Asep Syaifuddin menyerukan empati, sekaligus meminta proses hukum dijalankan dengan kebijakan.
"Seratusan kyai berdoa, publik menunduk haru, tapi gugatan atas ambruknya bangunan pesantren masih belum menemukan jawaban yang memuaskan."
Baca juga:
- Duka Kolektif Ponpes: Di Balik Tahlil, Ada Gugatan
- Korupsi di Kampus, Ketika Ilmu Dijual dan Mantan Rektor Dipenjara
- Khutbah Jumat, Jangan Berharap Tobat di Ujung Usia
Gala Poin:
1. KH Asep mengimbau semua pihak tidak menyalahkan secara gegabah dalam tragedi bangunan runtuh.
2. Tahlil dan doa dilakukan sebagai bentuk solidaritas, namun proses hukum tetap berjalan.
3. Tragedi ini membuka wacana publik soal keselamatan dan pengawasan bangunan pesantren.
“Kami memberikan perhatian atas musibah ini, baik kepada para santri yang meninggal maupun yang selamat, dan juga kepada para orang tua mereka,” ungkap Prof. Dr. KH. Asep Syaifuddin Chalim dalam keterangannya, Sabtu, 18 Oktober 2025.
KH Asep, pengasuh ponpes setempat, menegaskan bahwa para korban meninggal dalam kondisi syahid. Ia pun berharap para keluarga korban dapat mengikhlaskan musibah tersebut sebagai ujian keimanan. Namun demikian, KH Asep juga menyampaikan harapan agar semua pihak tidak gegabah dalam menilai dan menyalahkan.
Ia menyebut bahwa pondok Al Khoziny telah berdiri selama ratusan tahun, dan tidak mungkin peristiwa runtuhnya dilakukan secara sengaja.
“Kami menghimbau kepada semua pihak, termasuk kepolisian hadapi semua ini dengan penuh kebijakan,” ujarnya.
Baca juga:
Manfaat Grapeseed Oil untuk Kulit Wajah, Alami dan Ampuh
Meski seruan moral disampaikan, namun suara publik menghendaki kejelasan: adakah audit struktur bangunan? Siapa yang bertanggung jawab atas kelayakan bangunan yang roboh itu?
Apalagi, bangunan tersebut digunakan untuk aktivitas pendidikan dengan jumlah santri yang besar. Pihak kepolisian sendiri masih melanjutkan proses hukum dan investigasi.
Tim DVI RS Bhayangkara Polda Jatim telah menyelesaikan identifikasi seluruh korban. Kini, publik menanti lebih dari sekadar doa: transparansi dan tindakan konkret agar tragedi serupa tak terulang kembali.
KH Asep, yang juga pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet, menyampaikan bahwa doa bersama ini merupakan bentuk solidaritas terhadap para korban dan keluarga yang ditinggalkan.
Ia juga menyerukan agar semua pihak, termasuk aparat penegak hukum, bijak dalam menyikapi proses penyelidikan atas insiden ini.
“Kami menghimbau kepada semua pihak, termasuk kepolisian hadapi semua ini dengan penuh kebijakan peristiwa di Buduran ini. Karena tidak mungkinlah peristiwa (ambruknya bangunan) tersebut dilakukan dengan kesengajaan,” tuturnya.
Baca juga:
Tawuran Gagal, Senjata Tajam Berserakan di Pauh
"KH Asep mengajak publik bersikap bijak menanggapi tragedi Al Khoziny. Tapi apakah kebijakan berarti tanpa penyelidikan menyeluruh atas musibah yang menelan puluhan nyawa santri?"
#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #Ponpes #Pesantren #TragediAlKhoziny
.jpg)
.jpg)