Duka Kolektif Ponpes: Di Balik Tahlil, Ada Gugatan

GalaPos ID, Surabaya.
Suasana khidmat menyelimuti Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Siwalankerto, Surabaya, Jawa imur (Jatim), pada Sabtu malam, 18 Oktober 2025. Doa dan tahlil digelar oleh lebih dari seratusan kyai dan santri yang tergabung dalam Jaringan Kyai Santri Nasional (JKSN).
Mereka mengenang dan mendoakan para santri yang menjadi korban dalam tragedi runtuhnya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.

Ponpes Amanatul Ummah Siwalankerto JKSN Pesantren AlKhoziny Jaringan Kyai Santri Nasional

"Doa bersama dan seruan empati menyelimuti Surabaya, usai tragedi rubuhnya bangunan pondok pesantren Al Khoziny. Namun, pertanyaan soal kelalaian dan tanggung jawab masih menggantung."

Baca juga:

Gala Poin:
1. Jaringan Kyai Santri Nasional (JKSN) menggelar doa bersama dan tahlil bagi korban ambruknya bangunan ponpes Al Khoziny.
2. KH Asep Syaifuddin menyerukan empati, sekaligus meminta proses hukum dijalankan dengan kebijakan.
3. Tragedi menewaskan 63 santri ini memantik solidaritas, tapi juga menyisakan pertanyaan besar soal keamanan infrastruktur pendidikan pesantren.


Peristiwa tragis yang terjadi pada 29 September itu menelan korban jiwa sebanyak 63 santri. Mereka meninggal saat tengah menunaikan ibadah salat Ashar, ketika bangunan tiga lantai di pondok tersebut tiba-tiba ambruk. Selain korban meninggal, sejumlah santri lainnya mengalami luka-luka.

“Kami berharap para orangtua santri yang menjadi korban dalam musibah ini diberi kesabaran dan ketabahan serta mengikhlaskan anak-anaknya. Karena mereka telah meninggal secara syahid dan kelak di akhirat nanti merekalah yang akan membantu orang tuanya,” ujar Ketua Umum JKSN, Prof. Dr. KH. Asep Syaifuddin Chalim, dalam keterangan yang diterima GalaPos ID, Sabtu, 19 Oktober 2025.

KH Asep, yang juga pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet, menyampaikan bahwa doa bersama ini merupakan bentuk solidaritas terhadap para korban dan keluarga yang ditinggalkan.

Baca juga:
Tawuran Gagal, Senjata Tajam Berserakan di Pauh


Ia juga menyerukan agar semua pihak, termasuk aparat penegak hukum, bijak dalam menyikapi proses penyelidikan atas insiden ini.

“Kami menghimbau kepada semua pihak, termasuk kepolisian hadapi semua ini dengan penuh kebijakan peristiwa di Buduran ini. Karena tidak mungkinlah peristiwa (ambruknya bangunan) tersebut dilakukan dengan kesengajaan,” tuturnya.

Namun, di tengah suara doa dan seruan empati, pertanyaan publik tetap menggantung: siapa yang harus bertanggung jawab atas kelalaian ini?

Usia pesantren memang disebut telah ratusan tahun, namun tak lantas menghapus pentingnya evaluasi konstruksi bangunan yang menampung ratusan santri setiap hari.

Mereka mengenang dan mendoakan para santri yang menjadi korban dalam tragedi runtuhnya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.

Namun demikian, KH Asep juga menyampaikan harapan agar semua pihak tidak gegabah dalam menilai dan menyalahkan.

“Kami menghimbau kepada semua pihak, termasuk kepolisian hadapi semua ini dengan penuh kebijakan,” ujarnya.

Pihak kepolisian sendiri masih melanjutkan proses hukum dan investigasi. Tim DVI RS Bhayangkara Polda Jatim telah menyelesaikan identifikasi seluruh korban. 

Kini, publik menanti lebih dari sekadar doa: transparansi dan tindakan konkret agar tragedi serupa tak terulang kembali.

 

 

Baca juga:
Restoran Pandawa Sydney, Antara Diplomasi Kuliner dan Tren Global

"Saat tangis tahlil menggema di Pondok Amanatul Ummah, suara keadilan bagi 63 nyawa santri yang gugur dalam tragedi bangunan ambruk di Sidoarjo masih menggema dalam senyap."

#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #Santri #Tahlil #PonpesAlKhoziny 

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال