GalaPos ID, Banda Aceh.
Harapan ribuan penggemar untuk menyaksikan band legendaris Slank di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, pupus sudah. Konser yang dijadwalkan berlangsung pada Sabtu, 25 Oktober 2025, malam hari waktu setempat itu resmi dibatalkan secara sepihak oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Aceh.
Situasi berkesenian tersebut dinilai yang belum kondusif, dan berpotensi mencoreng citra Aceh sebagai daerah terbuka bagi kegiatan seni yang berlandaskan nilai Islami
![]() |
| Foto: Ketua Dewan Kesenian Aceh (DKA), Teuku Afifuddin |
"Sebuah konser yang mestinya menjadi panggung kampanye anti-narkoba justru berakhir dengan pembatalan sepihak. Di Aceh, tempat seni kerap berhadapan dengan batas moral dan birokrasi, suara musik Slank tak sempat terdengar—meninggalkan tanya: apakah ruang bagi seni masih aman di Tanah Rencong?"
Baca juga:
- Dampak Kopi pada Stres yang Perlu Anda Ketahui
- Di Balik Batalnya Konser Slank 2025 di Banda Aceh
- Hindari Bakteri, Simpan Sisa Makanan dengan Benar
Gala Poin:
1. Dispora Aceh membatalkan konser Slank secara sepihak, memicu keprihatinan Dewan Kesenian Aceh (DKA).
2. DKA menilai pembatalan konser mencerminkan iklim seni yang belum kondusif di Aceh, padahal konser membawa misi positif anti-narkoba.
3. DKA menegaskan pentingnya ruang bagi seni yang tetap selaras dengan nilai Islami, demi menjaga citra Aceh dan mendukung ekonomi rakyat kecil.
Keputusan tersebut tak hanya menimbulkan kekecewaan, tetapi juga kritik dari kalangan seniman. Dewan Kesenian Aceh (DKA) menilai pembatalan ini bisa menjadi preseden buruk bagi dunia seni dan kebebasan berekspresi di Aceh.
Ketua DKA, Teuku Afifuddin, menyebut situasi tersebut menggambarkan iklim berkesenian di Aceh yang belum kondusif. Menurutnya, konser Slank justru memiliki misi sosial yang patut diapresiasi.
“Padahal harusnya konser ini dapat berdampak positif bagi Aceh. Karena ada misi pencegahan dan pemberantasan peredaran narkotika melalui panggung seni dan hiburan rakyat,” ujar Teuku Afifuddin, dalam keterangan yang diterima redaksi, Minggu, 26 Oktober 2025.
Baca juga:
6 Makanan Manis dan Sehat (Dijamin Tak Kalah Enak)
Sebagai dosen di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh, Teuku Afifuddin menegaskan bahwa ajang seni dengan misi positif semestinya diberi ruang untuk tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat.
“Jadi harusnya kita dukung bersama, karena ini juga menyangkut citra Aceh di mata orang luar,” tukasnya.
Menurutnya, pembatalan konser ini berpotensi menimbulkan dampak ekonomi dan pariwisata, terutama bagi pelaku usaha kecil yang biasanya menggantungkan rezeki dari perhelatan besar seperti konser.
Namun, ia juga menegaskan bahwa setiap kegiatan seni di Aceh memang perlu selaras dengan nilai-nilai Islami yang dijunjung masyarakat. Meski begitu, konser Slank, katanya, tidak bertentangan dengan pelestarian syariat Islam.
"Sepanjang tidak mengangkangi nilai-nilai luhur ke-Acehan, sejatinya semua pihak mendukung dan mempermudah setiap even yang berlangsung. Karena ada banyak manfaat yang dapat diraih dari kegiatan tersebut. Misalnya perputaran ekonomi selama acara. Hal ini banyak sekali membantu rakyat kecil,” pungkasnya.
Pernyataan DKA ini memperkuat desakan publik agar pemerintah Aceh lebih terbuka terhadap kegiatan seni yang bernilai edukatif, bukan justru menutupnya dengan alasan administratif atau tekanan kelompok tertentu.
Baca juga:
Aturan Menyimpan Sisa Makanan agar Tidak Cepat Basi
"Pembatalan konser Slank di Banda Aceh menuai sorotan dari Dewan Kesenian Aceh (DKA). Ketua DKA menilai keputusan sepihak Dispora Aceh mencerminkan situasi berkesenian yang belum kondusif, dan berpotensi mencoreng citra Aceh sebagai daerah terbuka bagi kegiatan seni yang berlandaskan nilai Islami."
#Slank #Aceh #DKA #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia
.jpeg)
.jpg)