GalaPos ID, Bogor.
Dalam acara silaturahmi yang dihadiri komunitas suporter seperti The Jak Mania dan Kabo Mania, muncul pernyataan sikap bersama menolak kekerasan, ujaran kebencian, serta aktivitas yang dapat memicu konflik.
Namun, sejarah benturan suporter menimbulkan tanda tanya akan konsistensi sikap ini.
"Janji menjaga damai dan sportifitas dalam sepak bola selalu disuarakan, tapi realita benturan dan politisasi suporter kerap membayang. Bisakah komitmen ini jadi perubahan nyata bagi dunia suporter Bogor Raya?"
Baca juga:
- Tahlil untuk Santri, KH Asep Syaifuddin Serukan empati
- Mendes Yandri Ajak GP Ansor Bangun Desa
- Rasa Indonesia di Sydney, Pandawa Jadi Rumah Kedua Nusantara
Gala Poin:
1. Pernyataan sikap bersama menolak kekerasan dan ujaran kebencian.
2. Dukungan sportif tanpa memandang perbedaan warna klub.
3. Keraguan atas kekuatan komitmen di tengah sejarah benturan suporter.
“Kami mendukung tim masing-masing secara sportif, damai, dan menghormati sesama suporter tanpa memandang perbedaan,” demikian isi pernyataan sikap suporter se-Bogor Raya.
Selain itu, mereka menegaskan bahwa jika ada anggota yang terlibat dalam aksi yang tidak resmi, hal itu menjadi tanggung jawab pribadi.
Ketua Umum Kabo Mania (Kabomnia) sekaligus Ketua Umum Komunitas Suporter Ultras se-Bogor Raya, Harry Khaeruman, berharap silaturahmi ini menjadi awal hubungan yang lebih solid dan kondusif di dunia suporter Bogor.
Baca juga:
Jalan Baru di Desa Pinang Banjar, Komitmen TNI dan Harapan Warga
Selain itu, ia juga menjelaskan tujuan utama kegiatan ini untuk memperkuat solidaritas dan mencegah perpecahan.
“Kegiatan silaturahmi antara suporter Bogor Raya ini digelar untuk menjaga solidaritas dan menyatukan visi bahwa suporter adalah pendukung yang membawa cahaya positif. Kami tidak ingin ada hal-hal yang memecah belah, terutama terkait politisasi atau hal-hal negatif lainnya,” ujar Harry Herman, dalam keterangan yang diterima redaksi, Minggu, 19 Oktober 2025.
Meski begitu, komunitas suporter di Indonesia termasuk Bogor Raya dikenal tidak lepas dari benturan yang sering memicu kerusuhan.
Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah kesepakatan ini cukup mengatasi akar persoalan, seperti politisasi dan rivalitas yang terbangun dalam jangka panjang?
Kesepakatan damai yang dihasilkan suporter Bogor Raya menjadi langkah awal yang patut diapresiasi. Namun, sejarah panjang konflik antar-suporter membuktikan bahwa deklarasi semata tidak cukup.
Komitmen harus dibuktikan dalam aksi nyata, terutama saat situasi lapangan tidak lagi kondusif atau saat godaan politisasi mulai bermain.
Mampukah komunitas suporter benar-benar menjaga integritas dan sportifitas di tengah dinamika sosial-politik yang seringkali memanfaatkan massa suporter? Hanya waktu dan konsistensi yang bisa menjawabnya. Yang pasti, perubahan budaya suporter tak bisa terjadi semalam—tapi langkah hari ini bisa jadi fondasi untuk esok yang lebih damai. Ikuti terus perkembangan gerakan suporter sehat hanya di GalaPos.ID.
Baca juga:
ZRX Tertekan Jelang Akhir Tahun, Spekulasi Investor Kejutan 2026
"Komunitas suporter se-Bogor Raya sepakat menolak kekerasan dan politisasi, serta menegaskan dukungan sportif terhadap tim masing-masing. Namun, sejarah benturan suporter menimbulkan tanda tanya akan konsistensi sikap ini."
#SepakBola #BogorRaya #Suporter #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia
.png) 

.jpeg)