Pengamat GAKI : Miris Indonesia Impor BBM 1 Juta Bbl Perhari

GalaPos ID, Jakarta.
Ironis, mungkin ini kalimat yang pantas disematkan untuk Indonesia yang sumber daya alamnya sangat berlimpah tetapi masih sangat tergantung dengan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk memenuhi kebutuhan atau konsumsi didalam negeri.
Ironi ini membuka mata tentang kegagalan tata kelola migas dan peluang kedaulatan energi nasional di tengah tekanan global dan mafia migas.

Harga Global Naik, Rupiah Tertekan: Ancaman Nyata Impor BBM

"Bagaimana mungkin negara kaya sumber daya masih impor BBM lebih dari 1 juta barel per hari? Saatnya bongkar ironi dan cari solusinya!"

Baca juga:

Gala Poin:
1. Ketergantungan BBM Impor Tinggi Meski SDA Melimpah. Indonesia mengimpor lebih dari 1 juta barel minyak per hari dari kebutuhan 1,6 juta bph. Sebuah ironi besar bagi negara dengan kekayaan alam yang melimpah.
2. Masalah Internal dan Eksternal yang Kompleks. Mulai dari keterbatasan kilang, peningkatan konsumsi, hingga jebakan harga minyak global dan dolar kuat menjadi penyebab utama ketergantungan impor.
3. Solusi: Kedaulatan Energi dan Kolaborasi Strategis. GAKI mendorong strategi geopolitik baru, pengawasan sipil, dan komitmen elite politik untuk keluar dari tekanan mafia migas dan sistem global yang timpang.


Menurut Direktur Eksekutif Gerakan Kedaulatan Energi (GAKI) Feko Supriyadi, berdasarkan laporan yang dirilis dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Tahun 2025, kebutuhan minyak mentah Indonesia sebanyak 1.600.000bbl/hari, Sedangkan lebih dari 1.000.000 bbl/hari harus impor dari luar negeri,

"Inilah yang pada akhirnya menjadi sebuah pertanyaan besar mengapa negara yang sangat berlimpah sumberdaya alamnya bisa bergantung dengan impor BBM, ini sangat ironis sekali," kata Feko kepada wartawan, Jumat, 10 Oktober 2025.

Feko menegaskan bahwa faktor internal seperti keterbatasan kilang minyak, peningkatan konsumsi BBM, penurunan produksi minyak mentah, keterbatasan infrastruktur energi dan beban subsidi BBM hanya sebatas bemper logis penentu kebijakan untuk menghindar dari tudingan gagal dalam mengelola Migas.

Sedangkan diluar sana harga minyak mentah global disertai dolar yang melekat erat serta terus menguat terhadap rupiah mempengaruhi kebutuhan impor BBM menjadi lebih berat.

Baca juga:
Bank Sampah, Solusi Ekonomi dan Lingkungan dari Warga

"Kompleksitas realita tersebut bukan berarti tanpa solusi, pasalnya dikancah geopolitik yang telah berubah drastis terbuka kesempatan serta peluang luas merintis kedaulatan dan ketahanan energi. Karena itu kerjasama dengan negara negara penghasil migas tanpa mekanisme dollar adalah salah satu jalan keluar dari himpitan impor BBM sebagai  penyebab utama defisit anggaran negara," tegas Feko.

Menurut mantan aktivis 98 ini, di era di era Prabowo Subianto dalam realitas geopolitik kekinian di perlukan komitmen bersama dengan para pemimpin politik untuk mengambil tindakan.

Sehingga jerat mafia Migas dan ketidakadilan sistem tata kelola migas global bisa ditanggung bersama.

Ironi BBM Impor: SDA Melimpah, Tapi Tetap Tergantung Luar Negeri

"Pada sisi lain diperlukan pengawasan Ekstra dengan melibatkan jaring civil society untuk melakukan pengawasan dan pengawalan melekat supaya kebijakan strategis bisa terhindar dari hambatan hambatan dalam kultur birokrasi," pungkasnya.


Wahyu Baskara

 

Baca juga:
Mahasiswa Ciptakan Alat Analisis Emosi, Deteksi Gangguan Bipolar

"Indonesia kaya sumber daya alam tapi masih bergantung impor BBM? Ironi ini membuka mata tentang kegagalan tata kelola migas dan peluang kedaulatan energi nasional di tengah tekanan global dan mafia migas."

#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #Kedaulatan #Energi #IroniImporBBM #MafiaMigas

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال