GalaPos ID, Jakarta.
Koreksi Bitcoin dari rekor US$126.000 mengungkap perbedaan mendasar dengan siklus bull run sebelumnya. Jika tahun 2021 euforia lebih banyak digerakkan investor ritel, kini institusi menjadi penggerak utama melalui produk ETF dan treasury korporasi.
Dengan dukungan ETF dan fungsi sebagai lindung nilai, Bitcoin kini berdiri di atas fondasi yang lebih kuat—tapi apakah cukup untuk menopang tren jangka panjang?
"Bitcoin turun tipis dari rekor, tapi bukan karena panik pasar. Kali ini bukan soal hype, tapi soal siapa yang mendominasi—institusi atau investor jangka pendek?"
Baca juga:
- Bitcoin US$126.000 Tergelincir, Tapi Analis Masih Bullish
- Tukar Sampah Dapat Sembako, Inovasi Unggulan Pohuwato
- Efek Domino Injeksi Likuiditas, Dari Himbara ke Sektor Riil
Gala Poin:
1. Transisi Struktural Pasar Kripto. Berbeda dari 2021 yang digerakkan euforia ritel, bull run kali ini lebih stabil berkat partisipasi institusi lewat ETF dan adopsi korporasi. Ini menandai pergeseran fundamental dalam lanskap pasar kripto global.
2. Data On-Chain Tunjukkan Keyakinan Jangka Panjang. Cadangan Bitcoin di bursa mencapai level terendah enam tahun—indikasi kuat bahwa investor cenderung menyimpan, bukan menjual. Sementara itu, aliran dana ke ETF seperti BlackRock IBIT terus meningkat.
3. Strategi Investor di Tengah Volatilitas. Meskipun koreksi terjadi, indikator teknikal seperti RSI menunjukkan ruang untuk konsolidasi sehat. Analis menyarankan strategi Dollar-Cost Averaging (DCA) dan memantau rotasi modal ke altcoin utama seperti ETH dan XRP.
"Kita tidak lagi melihat kenaikan berbasis hype. Kali ini, kenaikan Bitcoin terbangun atas dasar kepercayaan dan penerapan nyata di berbagai sektor, termasuk pembayaran lintas negara, aset treasury, hingga instrumen lindung nilai terhadap inflasi," papar Antony Kusuma, Vice President Indodax, Kamis, 9 Oktober 2025.
Fondasi Pasar Lebih Sehat
Data menunjukkan cadangan Bitcoin di bursa telah turun ke level terendah dalam enam tahun, menandakan kecenderungan investor menyimpan aset untuk jangka panjang.
Sementara itu, arus masuk dana institusional ke ETF Bitcoin spot terus berlanjut, dengan BlackRock's IBIT ETF saja mencatat arus masuk US$426,2 juta pada 7 Oktober 2025.
Dampak ke Altcoin
Pencapaian rekor Bitcoin juga berdampak positif pada aset kripto populer lainnya. Antony mencatat, Ethereum dan XRP mendapatkan dampak positif dari aktivitas BTC.
Baca juga:
Mengulik Klaim Manfaat Pisang, Seberapa Besar Buktinya?
"Hal itu lumrah, karena ketika Bitcoin mencapai rekor baru, biasanya modal juga akan berputar ke altcoin utama. Situasi itu menunjukkan bahwa seluruh ekosistem kripto sedang bergerak ke fase pertumbuhan berikutnya," ujarnya.
Strategi Menghadapi Volatilitas
Para analis menyarankan investor untuk tetap disiplin dan mempertimbangkan strategi Dollar-Cost Averaging (DCA) untuk menghadapi volatilitas.
Relative Strength Index (RSI) yang telah keluar dari area overbought membuka ruang untuk konsolidasi sehat sebelum potensi kenaikan berikutnya.
Disclaimer:
Konten ini disajikan untuk tujuan informasi dan edukasi. GalaPos ID menyusun materi dari berbagai sumber terpercaya, tanpa pengaruh pihak luar. Perlu diingat, performa aset di masa lalu tidak menjamin hasil di masa depan. Investasi kripto bersifat fluktuatif dan berisiko tinggi. Selalu lakukan riset sendiri dan gunakan dana yang siap untuk risiko (uang dingin). Segala keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca. Investasi cerdas dimulai dari pengetahuan yang cukup.
Baca juga:
Bupati Batubara Tolak Anggaran Mobil, DPRD Pertanyakan
"Koreksi Bitcoin setelah mencapai rekor US$126.000 menandai transisi penting di pasar kripto: dari euforia ritel menuju dominasi institusi. Dengan dukungan ETF dan fungsi sebagai lindung nilai, Bitcoin kini berdiri di atas fondasi yang lebih kuat—tapi apakah cukup untuk menopang tren jangka panjang?"
#Bitcoin #Kripto #ETF #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia