Kapan Berbicara pada Diri Sendiri, Justru Kontraproduktif?

GalaPos ID, Jakarta.
Jika afirmasi klise terasa tidak authentic bagi Anda, Anda tidak sendirian. Daripada menolak mentah-mentah konsep self-talk positif, mari kita geser pendekatannya. Kepentingan publik yang lebih besar adalah menemukan strategi yang benar-benar bekerja, bukan yang sekadar terdengar bagus.
Namun, latihannya bukan sekadar pengulangan kosong, melainkan pelatihan untuk secara sadar mengarahkan ulang pola pikir ke arah yang lebih konstruktif dan realistis.
STRATEGI BERBICARA PADA DIRI SENDIRI YANG EFEKTIF: DARI AFIRMASI MENUJU REALITAS
"Daripada memaksakan "Saya hebat" saat Anda merasa tidak baik-baik saja, mungkin yang diperlukan adalah perubahan pola bicara yang lebih manusiawi dan konstruktif. Bagaimana caranya?"

Baca juga:
Gala Poin:
1. Pendekatan yang Lebih Efektif: Artikel ini menawarkan alternatif praktis dari afirmasi klise, seperti menggunakan pertanyaan pemberdaya dan bahasa yang realistis, yang lebih mudah diterima oleh otak dan lebih efektif memicu tindakan.
2. Validasi sebagai Langkah Awal: Strategi yang diajukan mengakui pentingnya memvalidasi emosi negatif terlebih dahulu sebelum beralih ke pola pikir yang lebih konstruktif, sehingga terhindar dari toxic positivity.
3. Penekanan pada Proses: Pesan utamanya adalah mengalihkan fokus self-talk dari hasil akhir yang tidak pasti ke proses dan usaha yang dapat dikendalikan, yang lebih menenangkan dan memotivasi.


Berikut adalah pendekatan yang lebih nuanced dan efektif berdasarkan prinsip psikologi kognitif:

1. Ganti Afirmasi dengan Pertanyaan yang Memberdayakan
Alih-alih memaksakan pernyataan"Saya pasti bisa", coba ajukan pertanyaan kepada diri sendiri. Pertanyaan memicu otak untuk mencari jawaban dan solusi.

Contoh: Ganti "Saya tidak takut presentasi ini" dengan "Apa yang bisa saya lakukan untuk membuat presentasi ini berjalan lancar?" atau "Bagian mana dari presentasi ini yang sudah saya kuasai dengan baik?"

2. Gunakan Bahasa yang Realistis dan Manusiawi
Otak kita membenci ketidakcocokan antara pernyataan dan realitas.

Baca juga:
Razia Tempat Hiburan Malam, 18 Pengunjung Ditertibkan


Gunakan bahasa yang mengakui tantangan tetapi tetap menunjukkan agency (kemampuan bertindak). ·

Contoh: Ganti "Saya selalu produktif" (yang tidak realistis) dengan "Hari ini ada tantangan, tetapi saya akan fokus menyelesaikan satu tugas penting terlebih dahulu."

3. Fokus pada Proses, Bukan Hanya pada Hasil
Afirmasi seringkali berfokus pada hasil ("Saya akan sukses").

Beralihlah ke self-talk yang memvalidasi usaha dan proses belajar, yang lebih mudah dikendalikan. ·

Contoh: Ganti "Saya akan dapat nilai A" dengan "Saya akan memahami materi ini sebaik-baiknya dan melakukan yang terbaik saat ujian."

Seni Self-Talk yang Produktif: Mengubah Kritik Internal Menadi Motivasi


4. Akurami dan Validasi Perasaan Negatif, Lalu Alihkan
Langkah pertama yang krusial adalah mengakui perasaan negatif,bukan memaksanya pergi. Setelah divalidasi, baru alihkan perspektif. ·

Contoh: "Saya memang merasa gugup tentang wawancara ini. Itu wajar. Tapi saya sudah mempersiapkan diri, dan saya akan menghadapinya dengan sungguh-sungguh."

Membangun Kebiasaan Self-Talk yang Sehat Kunci dari semua ini adalah konsistensi. Seperti disebutkan dalam artikel asli, 


Baca juga:
Keracunan Massal MBG, Siapa Yang Bertanggung Jawab

"Dengan latihan, kita bisa menciptakan kebiasaan berbicara positif hingga menjadi refleks." Poin ini valid. Namun, latihannya bukan sekadar pengulangan kosong, melainkan pelatihan untuk secara sadar mengarahkan ulang pola pikir ke arah yang lebih konstruktif dan realistis."

#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #PolaPikir #Mindset #Psikologi

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال