GalaPos ID, Jakarta.
Viral di media sosial, sebuah video konten kreator @andreyudias memperlihatkan fakta mencengangkan: mayoritas masyarakat yang diwawancarainya tidak memahami tuntutan "17+8" yang tengah ramai diperbincangkan dan menjadi dasar aksi demonstrasi di berbagai kota di Indonesia
Ada yang mendukung keterusterangan konten tersebut, namun tak sedikit pula yang melontarkan kritik tajam.
“Ketika suara-suara protes menggelegar di berbagai kota, sebagian besar rakyat kecil ternyata bahkan tidak tahu apa yang sedang diperjuangkan. Sebuah konten jalanan membongkar fakta ini, lalu viral — dan menuai kritik.”
Baca juga:
- Sumur Bor Rp 1,3 M di Kupang Mangkrak, Kerugian Negara Menggunung
- IEE Series 2025, Revolusi Industri Hijau di Panggung Nasional
- Pulang Tak Sampai, Arjuna Ditemukan Tewas di Sungai Anget
Gala Poin:
1. Mayoritas warga akar rumput tidak memahami isi tuntutan 17+8 meski aksi demonstrasi berlangsung masif di berbagai kota.
2. Keinginan utama rakyat kecil justru sederhana: kelancaran usaha, tidak digusur, dan kehidupan yang stabil—jauh dari narasi besar demonstrasi.
3. Konten viral tersebut menuai kritik warganet, mempertanyakan motif dan dampak konten yang dianggap tidak berpihak atau kehilangan relevansi.
Dalam video yang diunggah ke akun media sosial pribadinya, Andre menyambangi beragam warga dari latar belakang pekerjaan berbeda—pedagang minuman pinggir jalan, tukang parkir, penjual jajanan sempol, hingga siswa dan pekerja kantoran. Link video: https://www.instagram.com/reel/DObJZLcgWfe/?igsh=MTlqMmxkN2tqbmF4MA==
Pertanyaan sederhana ia lontarkan: “Pak, mohon maaf, bapak tahu soal tuntutan 17+8 yang rame di social media nggak?”
Jawaban yang didapat hampir seragam.
“Nggak. Nggak tahu,” ucap seorang tukang minuman.
“Ngga tahu bang,” timpal penjual sempol.
Baca juga:
Dua Plt Kadis Diganti, Disdik Batubara Dalam Sorotan
Tak satu pun dari warga yang diwawancarai mampu menjelaskan secara jelas apa itu "17+8". Sebagian bahkan baru pertama kali mendengarnya saat diwawancarai.
Ironi mencuat ketika tuntutan yang diklaim mewakili suara rakyat ternyata asing di telinga masyarakat bawah.
Andre kemudian mengganti pendekatan dengan menanyakan, “Kalau bapak/ibu bisa minta satu hal ke pemerintah, ingin apa?”
Jawaban yang muncul mencerminkan keresahan nyata masyarakat sehari-hari:
“Minta usaha lancar gitu aja, makin laris dan tidak digusur-gusur,” ujar seorang pedagang.
![]() |
Foto tangkapan layar IG: andreyudias |
Sementara itu, seorang pekerja yang mengaku pernah mendengar isu "17+8" mengaitkannya dengan topik gaji anggota DPR.
“Tau sih tau bang, cuman kagak terlalu merhatiin juga sih. Gaji DPR itu ya, gaji mereka samain kayak gaji kita,” katanya sambil tertawa kecil.
Video yang menyingkap jurang antara wacana demonstrasi dan realitas pemahaman masyarakat ini pun mengundang berbagai respons di media sosial. Ada yang mendukung keterusterangan konten tersebut, namun tak sedikit pula yang melontarkan kritik tajam.
Baca juga:
Daeng Tojeng: Penjaga Badik, Pelestari Budaya
Komentar netizen seperti akun @pnzky._ mempertanyakan respons publik:
“Kok banyak yg ga terima ya?” tulisnya.
Namun kritik lebih pedas datang dari akun @julhidayat_777:
“Gara-gara video ini, sy jadi unfollow lu bg,” ungkapnya di kolom komentar.
Akun lain, @vinzaandhika, bahkan menyindir:
“Ciri-ciri kalah pamor.”
Meski menuai pro dan kontra, video Andre Yudias telah membuka kembali diskursus penting: sejauh mana tuntutan aksi benar-benar menyentuh akar permasalahan rakyat kecil, dan apakah publik benar-benar diajak serta dalam percakapan tentang masa depan mereka sendiri?
Baca juga:
Dakwah Maulid, Seruan Cinta Rasul di Tengah Zaman
“Sebuah konten viral memicu pertanyaan tajam: benarkah tuntutan aksi yang menyuarakan kepentingan rakyat justru tidak dimengerti rakyat sendiri? Konten kreator @andreyudias turun ke jalan dan menemukan ironi di tengah hiruk pikuk demonstrasi 17+8.”
#RealitaRakyat #ViralSosmed #Demo #Tuntutan17+8 #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia