Santri Tumbang Massal, Ada Apa di Pesantren Baitul Qur’an?

GalaPos ID, Jabar.
Dalam kurun waktu tiga hari, sebanyak 72 santri Pondok Pesantren Baitul Qur’an Kota Depok harus mendapatkan perawatan medis akibat dugaan kuat keracunan makanan. Gejala yang dialami para santri tidak ringan: demam tinggi, pusing, muntah, dan diare akut.
Sebagian besar korban bahkan kehilangan banyak cairan dan harus dirawat inap.

Santri Tumbang Massal, Apa yang Terjadi di Pesantren Baitul Qur’an?

“Pondok pesantren, tempat mendidik generasi penerus umat, mendadak menjadi tempat krisis kesehatan. Puluhan santri tumbang, rumah sakit kewalahan, dan masyarakat bertanya-tanya: di mana pengawasan makanan mereka selama ini?”

Baca juga:

Gala Poin:
1. 72 Santri Terkena Keracunan dalam 3 Hari. Gejala meliputi demam, muntah, diare, dan pusing. 32 masih dirawat inap di RS Bhayangkara Brimob.
2. Penanganan Medis dan Koordinasi. RS Bhayangkara berkoordinasi dengan Puskesmas dan Dinas Kesehatan, sampel muntahan sudah diuji laboratorium.
3. Publik Desak Transparansi dan Audit Kesehatan. Tidak cukup hanya penanganan medis; pengawasan makanan dan tanggung jawab institusi harus dibuka ke publik.


Kasus bermula pada 1 September, saat 57 santri mendatangi RS Bhayangkara Brimob. Dari jumlah itu, 31 orang harus dirawat inap, sementara 26 lainnya diperbolehkan menjalani rawat jalan.

Keesokan harinya, 2 September, jumlah pasien bertambah sembilan orang. Semuanya memerlukan rawat inap.

Namun di hari yang sama, 10 pasien dinyatakan membaik dan dipulangkan untuk melanjutkan pemulihan di rumah.

Tidak berhenti di situ, 2 santri tambahan kembali masuk rumah sakit pada 3 September, dengan gejala serupa. Total korban kini tercatat 72 santri, terdiri dari 42 pasien rawat inap dan 30 pasien rawat jalan.

Baca juga:
Dari Jakarta ke Beijing: Pesan Politik Global Prabowo


Namun setelah 10 pasien rawat inap lainnya dipulangkan, hingga 4 September, masih ada 32 santri yang menjalani perawatan intensif.

"Sampai dengan hari ini total ada 72 santri yang mengalami keracunan, 32 santri yang masih dirawat karena banyaknya kehilangan cairan," ujar AKBP dr. Arinando Pratama, Sp.An-TI, MARS, Kepala RS Bhayangkara Brimob, Kamis, 4 September 2025.

Pihak rumah sakit telah berkoordinasi dengan Puskesmas Tugu dan Dinas Kesehatan Kota Depok. Sampel muntahan para pasien telah diambil untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Namun hingga kini, penyebab pasti belum diketahui, menimbulkan kegelisahan di kalangan wali santri dan masyarakat luas.

Santri Keracunan Massal di Depok: 72 Dirawat, Publik Pertanyakan Pengawasan Pangan

Transparansi dan Tanggung Jawab Diperlukan
Publik mulai mempertanyakan bagaimana pengawasan makanan dijalankan di pesantren. Apakah ada standar kebersihan dan kualitas makanan yang dijaga secara rutin?

Siapa penyedia makanan dan bagaimana proses distribusinya? Pertanyaan-pertanyaan ini belum mendapat jawaban memadai.

Pemerintah Kota Depok dan Dinas Kesehatan didesak untuk tidak hanya melakukan pemeriksaan laboratorium, tetapi juga mengaudit rantai pasok makanan di pondok pesantren. Apalagi ini bukan kasus pertama keracunan massal di lingkungan pendidikan berasrama.

Sementara itu, pihak pesantren belum mengeluarkan pernyataan resmi ke publik, menambah ruang spekulasi dan ketidakpastian.

 

Baca juga:
Tuntutan HMI: Dari Ojol hingga Transparansi DPRD

“Kasus keracunan massal melanda Pondok Pesantren Baitul Qur’an, Depok. Dalam waktu tiga hari, 72 santri mengalami gejala serius seperti muntah, diare, hingga harus dirawat di RS Bhayangkara Brimob. Penelusuran penyebab masih dilakukan, namun publik mendesak adanya transparansi dan pengawasan lebih ketat.”

#GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia #Keracunan #Santri #PengawasanPangan #Pesantren #Depok

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال