GalaPos ID, Pagar Alam.
PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel menyebut distribusi bahan bakar minyak (BBM) ke wilayah Sumatera Selatan masih dalam kondisi aman dan terkendali.
Namun pernyataan itu bertolak belakang dengan situasi nyata yang dihadapi masyarakat Kota Pagar Alam.
"Di saat Pertamina menyatakan distribusi berjalan normal, warga justru antre berjam-jam dan kehabisan BBM. Ini bukan sekadar krisis pasokan, ini krisis kepercayaan."
Baca juga:
- Belajar dari Malino, Inovasi Sayuran Petani Lau
- Batik in Motion, Simfoni Warna di Tengah Modernisasi
- Duka di Tengah Kobaran, Dua Orang Tewas Tersengat Listrik
Gala Poin:
1. Pertamina mengklaim distribusi BBM normal, tapi warga alami kelangkaan dan antrean parah.
2. Pengiriman Pertamax dari Depo terganggu, tidak ada sistem distribusi alternatif yang memadai.
3. Warga mendesak solusi konkret, bukan hanya pernyataan normatif dari perusahaan energi negara.
“Kami terus memonitor kondisi distribusi secara real-time di setiap SPBU dan melakukan koordinasi intensif... agar suplai BBM dapat berjalan optimal,” terang Rusminto Wahyudi, Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Sumbagsel, dikutip Rabu, 24 September 2025.
Namun, pengelola SPBU dan warga punya cerita berbeda. Dio Sapta, Pengawas SPBU, mengungkap adanya pengurangan signifikan pada distribusi Pertamax.
Jika sebelumnya ada 5–6 tangki per minggu, kini hanya 1–2 tangki saja. Kekosongan ini membuat banyak warga terpaksa membeli Pertalite, yang notabene subsidi pemerintah.
"Biasanya masyarakat malas antre untuk BBM subsidi. Tapi karena Pertamax kosong, mereka menyerbu Pertalite dan membelinya lebih banyak dari biasanya,” jelas Dio.
Baca juga:
Ketika Tarian Massal Jadi Motor Ekonomi Daerah
Sementara itu, pengelola SPBU di Karang Dalo pun membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan bahwa stok kosong berasal dari Depo Pertamina, bukan dari keterbatasan SPBU.
Keluhan masyarakat terus mengalir. Selain soal pasokan, kebijakan non-tunai solar subsidi juga dianggap memperparah situasi. Belum lagi faktor harga yang ikut berperan dalam pilihan jenis BBM yang dibeli masyarakat.
Pertamina berdalih bahwa keterlambatan pasokan disebabkan oleh faktor cuaca di jalur laut menuju IT Palembang.
“Penerimaan BBM dari kapal dapat dipengaruhi oleh faktor cuaca,” tambah Rusminto.
Namun warga bertanya-tanya: mengapa tak ada mitigasi? Mengapa solusi tidak segera diterapkan? Di tengah kelangkaan dan kebijakan yang berubah tiba-tiba, masyarakat kembali menjadi korban sistem yang gagal adaptif.
Baca juga:
Integrated Farming, Solusi Pertanian Masa Depan yang Terlupakan
"Meski Pertamina menyebut pasokan BBM tetap stabil, realitas di lapangan memperlihatkan sebaliknya. Warga Pagar Alam kehabisan stok, antre berjam-jam, bahkan terpaksa menggunakan BBM bersubsidi. Siapa yang bertanggung jawab?"
#Pertamina #KrisisBBM #SPBU #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia