Harga Naik, Senyum Harapan Petani Garam Pesisir

GalaPos ID, Jatim.
Di balik hamparan putih yang memantulkan cahaya mentari, petani garam di Desa Tanjung, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, kembali menemukan secercah harapan.
Musim kemarau tahun ini tak hanya membawa cuaca cerah yang ditunggu-tunggu, tetapi juga kenaikan harga garam yang membuat wajah-wajah lelah berubah ceria.

Petani Garam Pamekasan Bangkit, Harga Tembus Rp 1.300

“Musim kemarau membawa harapan baru bagi petani garam Madura. Setelah lama terpuruk karena cuaca dan harga yang tak menentu, kini semangat kembali menyala. Tapi apakah cukup hanya mengandalkan langit?”

Baca juga:

Gala Poin:
1. Harga garam naik jadi Rp 1.300/kg, memberikan harapan baru bagi petani di Pamekasan yang sebelumnya merugi akibat cuaca dan harga anjlok.
2. Petani mulai kembali berproduksi, meskipun sempat vakum karena cuaca ekstrem dan harga jual rendah.
3. Desakan kepada Pemerintah dan PT Garam untuk menetapkan harga patokan dan mendukung petani garam agar tidak terus dirugikan.


Setelah bertahun-tahun bergulat dengan cuaca ekstrem dan harga jual yang tak sebanding dengan jerih payah, kini para petani bisa sedikit bernapas lega dengan harga garam yang menembus Rp 1.300 per kilogram.

Salah seorang petani garam setempat, Sucipto mengaku sempat menghentikan aktivitas produksi selama beberapa bulan karena cuaca yang tidak menentu.

Namun dalam sepekan terakhir, tambak-tambak garam di kawasan itu mulai bergeliat kembali.

Baca juga:
212 Merek Beras Oplosan Terbongkar, DPR Usung QR Code Mutu

"Alhamdulilah produksi garam di sini sudah kembali bergerak. Lega karena harganya lumayan naik dibandingkan sebelumnya. Sebelumnya harga anjlok drastis hanya di bawah seribu. Sekarang naik mencapai Rp 1.300 per kilogram," ujar Sucipto, Jumat 1 Agustus 2025.

Harga tersebut dinilai cukup membantu memperbaiki kondisi ekonomi petani setelah masa paceklik yang membuat mereka merugi dan berhenti berproduksi.

Namun, kebangkitan ini belum cukup menenangkan bagi para pelaku industri garam.

“Pulau Garam” Teriakkan Patokan Harga ke Pemerintah

Marta, pengelola garam di wilayah tersebut, menekankan pentingnya campur tangan Pemerintah dan peran PT Garam dalam menjaga kestabilan harga agar tidak selalu petani yang menanggung kerugian.

"Perlu ada patokan harga dari Pemerintah sehingga petani tidak selalu dirugikan di setiap musim panen garam," kata Marta.

Ia juga menyinggung pentingnya identitas Madura sebagai "Pulau Garam" yang semestinya mendapatkan perhatian khusus.

Baca juga:
Nurdin Halid: Waspadai Provokator Munaslub Golkar Gulingkan Bahlil

Sebab mayoritas masyarakat Madura masih menggantungkan hidup dari sektor pertanian garam.

Meski cuaca mendukung dan harga mulai membaik, ketidakpastian regulasi dan minimnya dukungan kebijakan menjadikan nasib petani garam tetap rentan.

Tanpa jaminan harga dan perhatian yang serius, sektor ini akan terus bergantung pada cuaca dan pasar yang tak menentu.

 

Baca juga:
Ketika Komik Rumah Tangga Syindir Budaya Diam dan Beban Mental

“Petani garam di Pamekasan mulai tersenyum lega setelah harga garam naik jadi Rp 1.300 per kilogram. Namun mereka masih menanti kepastian harga dan campur tangan pemerintah agar tak terus merugi.”

#GaramMadura #PetaniBicara #HargaPangan #KebijakanAgraria #EkonomiDaerah #GalaPosID #MediaPublikasiIndonesia